Menurut para ahli industri, industri webtoon Korea berada pada titik krusial karena kemunculan alat kecerdasan buatan (AI) menimbulkan perdebatan sengit.
Industri kreatif adalah salah satu yang pertama merasakan dampak teknologi baru. Meskipun para kreator web komik khawatir bahwa adopsi teknologi ini akan memengaruhi keunikan mereka, mereka memahami bahwa kegagalan mengadopsi teknologi ini dapat mengakibatkan tersingkir dari pasar.
Konflik ini menjadi pokok pertikaian utama selama perayaan Hari Komik Korea ke-25 pada tanggal 3 November, saat para pemangku kepentingan berkumpul untuk membahas masa depan komik Korea.
Diselenggarakan oleh Asosiasi Kartunis Korea, acara tersebut menarik lebih dari 160 pejabat industri dan menampilkan presentasi yang berfokus pada tantangan mengintegrasikan AI.
Pada acara tersebut, kartunis Kwak Baek-soo mengatakan AI merupakan solusi yang diperlukan bagi penulis yang menghadapi persaingan ketat.
Kwak menjelaskan bagaimana teknologi ini membantu seniman komik bertahan hidup di pasar yang sangat kompetitif, tempat studio-studio besar menciptakan banyak karya dalam waktu singkat dengan mempekerjakan banyak seniman untuk satu karya.
“AI membantu pembuatan adegan, pewarnaan, dan bahkan pembuatan papan cerita, sehingga memungkinkan seniman mengatasi keterbatasan waktu dan sumber daya,” kata Kwak.
Han Chang-wan, seorang profesor di Departemen Teknologi Komik dan Animasi di Universitas Sejong di Korea Selatan, juga mendukung pandangan ini. Ia percaya bahwa penerapan perangkat AI dalam pembuatan komik tidak dapat dihindari.
“Saya yakin AI bukanlah sebuah pilihan, melainkan transformasi yang menentukan dalam industri ini,” ujar Han kepada The Korea Times.
AI adalah satu-satunya cara bagi seorang seniman untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dibandingkan studio webtoon besar yang terdiri dari banyak seniman. Perangkat AI, yang semakin personal, akan memungkinkan para seniman untuk mengunggah karya tiga kali seminggu atau bahkan setiap hari.

Meskipun manfaatnya jelas, para seniman webtoon tetap berhati-hati. Menurut survei industri webtoon tahun 2024 yang dilakukan oleh Korea Creative Content Agency terhadap 800 seniman webtoon, hanya 18,3% responden yang mengatakan pernah menggunakan AI generatif, dan hanya 36,1% yang menyatakan berniat menggunakan teknologi tersebut di masa mendatang. Hal ini sangat kontras dengan 63,8% bisnis webtoon yang berencana menggunakan teknologi AI.
Penolakan sebagian besar berasal dari masalah etika dan hukum: 41,3% seniman mengatakan bahwa kurangnya pengalaman dengan AI merupakan beban terkait masalah hukum seperti etika dan hak cipta. Selanjutnya, 31,3% menyatakan kekhawatiran tentang berkurangnya keunikan karya mereka.
Han mengatakan keengganan ini bermula dari reaksi keras yang mungkin dihadapi seniman webtoon.
"Naver Webtoon memperkenalkan karya yang dihasilkan oleh AI. Ketika karya tersebut dipublikasikan, para pembaca mengorganisir boikot pendaftaran keanggotaan," ujar profesor tersebut.
Seorang pejabat di industri webtoon lokal mengatakan masih belum ada konsensus sosial mengenai apakah karya yang dibuat menggunakan teknologi ini dapat dianggap sebagai karya independen dari penulis.
"Ada perbedaan pendapat di antara para seniman dan pembaca tentang penerimaan konten buatan AI yang asal-usulnya tidak jelas," ujar pejabat tersebut, yang berbicara dengan syarat anonim. "Selain itu, konsensus sosial dan hukum belum sepenuhnya tercapai."
Sementara itu, di Jepang, animasi digital juga telah memicu perdebatan sengit antara penggemar gaya tradisional dan mereka yang menyukai teknologi baru.
Anime perlahan-lahan beralih ke dunia digital, dengan berbagai cara dan tingkatan. Transisi ini telah sukses di box office: "The First Slam Dunk" ($152 juta dan terus bertambah) dan "Dragon Ball Super: Super Hero" ($86 juta) telah menghasilkan keuntungan luar biasa bagi Toei Animation, dan keduanya termasuk di antara judul anime terlaris sepanjang masa.
Namun, bagi basis penggemar inti, tren ini tidak memuaskan dan telah memicu banyak perdebatan sengit. Forum dan jejaring sosial dipenuhi keluhan tentang tampilan animasi buatan komputer, terutama 3DCG. Di YouTube, video yang menyoroti animasi kasar tersebut selalu menarik jutaan penayangan.
Sumber: https://www.vietnamplus.vn/truyen-tranh-truc-tuyen-giua-nhung-thach-thuc-ve-phap-ly-va-dao-duc-post1080193.vnp






Komentar (0)