AI bukan lagi teknologi masa depan; AI sudah membentuk kembali lanskap geopolitik dan mengubah keseimbangan kekuatan global.
| Buku "Kecerdasan Buatan dari Perspektif Hubungan Internasional: Peluang, Tantangan, dan Implikasi bagi Vietnam." |
Buku "Kecerdasan Buatan dari Perspektif Hubungan Internasional: Peluang, Tantangan, dan Implikasi bagi Vietnam, " yang diedit oleh Dr. Vu Le Thai Hoang, Direktur Institut Studi Strategis (Akademi Diplomatik Vietnam), telah terjual habis dengan cepat sejak dirilis, bukan hanya karena judulnya yang menarik tetapi juga karena ketelitian dan dedikasi dari karya penelitiannya.
Menurut Dr. Vu Le Thai Hoang, buku ini merupakan upaya yang tepat waktu dan diperlukan untuk berkontribusi dalam mengidentifikasi perubahan mendalam yang diciptakan AI dalam hubungan internasional. Khususnya sejak tahun 2022-2023, perkembangan luar biasa dari model bahasa besar dan generasi AI telah menciptakan dampak yang luar biasa di banyak bidang.
Dapat ditegaskan bahwa AI bukan lagi teknologi masa depan, melainkan telah dan sedang membentuk kembali lanskap geopolitik, mengubah keseimbangan kekuatan global, dan secara langsung memengaruhi kepentingan nasional negara-negara.
Mengenai motivasi penyusunan buku ini, Dr. Vu Le Thai Hoang menyatakan bahwa hal itu berawal dari kebutuhan mendesak akan pemahaman yang komprehensif dan mendalam tentang dampak AI terhadap hubungan internasional dari perspektif Vietnam. Dalam konteks persaingan strategis yang semakin sengit di antara kekuatan-kekuatan besar dalam teknologi AI, meneliti dan memahami peluang serta tantangan yang dihadirkan AI akan sangat penting bagi keamanan dan pembangunan negara.
Para penulis berharap buku ini tidak hanya berkontribusi dalam memberikan referensi akademis tetapi juga bertujuan untuk mengusulkan arah kebijakan spesifik, memberikan kontribusi kecil pada upaya membantu Vietnam menjadi proaktif dan mandiri di era AI yang secara bertahap mulai terbentuk.
Buku ini membahas masa depan AI – AGI (Artificial General Intelligence – dipahami sebagai sistem AI yang mampu melakukan tugas cerdas apa pun yang dapat dilakukan manusia), dan kemudian menganalisis secara mendalam dampak AGI terhadap hubungan internasional. Menurut Dr. Vu Le Thai Hoang, “dilema keamanan” di era AI jauh lebih kompleks dan beragam daripada di era senjata nuklir. Sementara dengan senjata nuklir kita dapat menghitung jumlah hulu ledak, memperkirakan daya hancur dan kemampuan pencegahannya, dengan AI, terutama saat kita bergerak menuju AGI, menilai potensi dan kemampuan sebenarnya suatu negara menjadi sangat sulit.
Hal ini berakar dari sifat "ganda" AI – sebagai teknologi sipil dan militer , perkembangannya yang cepat dan tidak terduga, serta keberadaannya yang meluas di semua bidang kehidupan.
Dalam konteks negara-negara besar yang mempercepat pengembangan AI, "mengukur" keseimbangan kekuatan membutuhkan metrik dan pendekatan baru. Ini bukan sekadar membandingkan jumlah paten atau investasi dalam penelitian dan pengembangan, tetapi juga mempertimbangkan faktor-faktor seperti akses ke data, daya komputasi, kualitas sumber daya manusia, dan terutama kemampuan untuk mengintegrasikan AI ke dalam sistem pengambilan keputusan strategis. Hal ini menjadikan menjaga stabilitas strategis di era AI sebagai tantangan baru, yang membutuhkan koordinasi dan dialog yang lebih erat antar negara.
Implikasi bagi Vietnam: Buku ini menyebutkan strategi diplomasi AI yang komprehensif untuk mendorong peran aktif dalam membentuk aturan dan standar internasional tentang pengembangan dan penggunaan AI.
Penyunting buku tersebut menegaskan bahwa, sebagai negara yang berkembang dinamis dengan potensi teknologi dan peran yang terbukti dalam banyak isu internasional penting, Vietnam memiliki kesempatan untuk bertindak sebagai jembatan antara negara maju dan negara berkembang di bidang AI. Hal ini dapat dicapai melalui partisipasi aktif dalam forum multilateral tentang tata kelola AI, mempromosikan kerja sama Selatan-Selatan dalam pengembangan teknologi, dan berbagi pengalaman tentang aplikasi AI untuk pembangunan berkelanjutan.
Buku ini juga menyebutkan dimasukkannya AI sebagai pilar strategis dalam dokumen Kongres Nasional ke-14, yang bukan sekadar penambahan istilah teknologi baru, tetapi mencerminkan visi strategis mengenai peran penting AI dalam pembangunan negara. Hal ini akan menjadi dasar penting untuk mengarahkan sumber daya nasional, mendorong inovasi, dan yang lebih penting, menunjukkan tekad Vietnam untuk memanfaatkan peluang era digital guna mewujudkan aspirasinya untuk sebuah bangsa yang makmur dan bahagia.
Sumber: https://baoquocte.vn/tu-chu-chu-dong-trong-ky-nguyen-ai-292912.html






Komentar (0)