Popularitas Lisa di industri mode tak pernah surut, terutama sejak ia memutuskan untuk berkarier solo di pasar Eropa dan Amerika. Gayanya pun semakin berani dan tak konvensional.

Baru-baru ini, Lisa muncul di pameran Louis Vuitton Visionary Journeys di Seoul, bersama banyak duta merek terkenal seperti Jeon Ji Hyun, Gong Yoo dan Shin Min Ah.
Berbeda dengan acara mode lainnya, acara Louis Vuitton kali ini digelar secara privat, dengan pengambilan gambar terbatas. Foto-foto para artis, termasuk Lisa, hanya terekam oleh media Korea selama beberapa saat saat mereka masuk dan keluar area acara. Namun, beberapa foto ini dengan cepat menarik perhatian besar di media sosial internasional.

Penyanyi wanita ini dipuji karena kecantikannya bagaikan boneka hidup, mengungguli artis seniornya baik secara harfiah maupun kiasan.
Secara spesifik, Lisa adalah anggota grup idola tetapi ditempatkan di tengah, sementara dua aktor papan atas Korea, Jun Ji Hyun dan Gong Yoo, berdiri di kedua sisinya. Pengaturan ini bertentangan dengan aturan hierarki yang telah lama berlaku di industri hiburan Korea, yaitu aktor kemudian idola, yang memicu perdebatan sengit di media sosial.

Sebelumnya, pada 28 November, Lisa tampil di sebuah pertunjukan di Singapura mengenakan desain yang terdiri dari kemeja super pendek, bentuk logam ketat yang menyerupai topeng, dan garis-garis tegas di dada dan perut. Ia memadukannya dengan topi dan sarung tangan bercahaya, detail yang mudah menarik perhatian.
Poin kontroversialnya adalah potongan di bagian atas tubuh dan paha, yang menciptakan celah besar. Meskipun dilapisi kain tipis berwarna kulit, pakaian tersebut tetap menimbulkan rasa jijik jika dilihat dari kejauhan.

Tak hanya busana di atas, dalam tur global Blackpink bertajuk Deadline, Lisa terus memukau dengan berbagai busana terbuka saat tampil.

Gaya busana Lisa telah banyak dikomentari sebagai gaya yang condong ke arah kebebasan, kepribadian, dan lebih mencerminkan gaya busana jalanan Eropa-Amerika daripada gaya idola wanita Korea tradisional.
Kemampuannya yang serba bisa dalam berbusana membantunya mempertahankan statusnya sebagai “ikon mode global”, tetapi juga menyebabkan penggemarnya berdebat tentang keberaniannya.

Tak hanya di karpet merah atau panggung, saat menuju bandara untuk tur pada bulan Oktober, Lisa mengenakan jaket bermotif seperti pakaian dalam yang dipadukan dengan celana jin. Beberapa orang yang melihat fotonya dari jauh mengira ia mengenakan pakaian dalam, yang kemudian memicu kontroversi tentang kecabulan, terutama dalam budaya idola Asia yang sangat ketat dalam segala hal.

Pada akhir Mei, Lisa berjalan di karpet merah Met Gala untuk pertama kalinya, mengenakan gaun rancangan Louis Vuitton, rompi renda yang dipadukan dengan celana pendek yang tampak seperti celana dalam. Desain tersebut disebut-sebut melanggar standar "gaun panjang karpet merah".
Menurut komentar dari berbagai majalah mode internasional, penampilan Lisa di acara ini dianggap sebagai "momen ikonik". Namun, fotonya ini menimbulkan kontroversi di Asia.

Meskipun kontroversi terus berlanjut, Lisa tetap mempertahankan pengaruhnya yang kuat di industri mode. Dengan peran globalnya untuk merek-merek besar, ia secara rutin tampil dalam kampanye mode internasional dan mempertahankan tingkat interaksi yang luar biasa.
Setiap kali Lisa mengubah gayanya, media Asia dan Barat mengikutinya dengan saksama, membuktikan pengaruhnya yang langka di antara generasi seniman muda.

Dapat dilihat bahwa Lisa memiliki banyak kelebihan yang membantunya mempertahankan daya tarik media, selalu menjadi pusat perhatian di berbagai acara meskipun menimbulkan reaksi beragam.
Pertama-tama, ia tidak memilih pilihan yang mengejutkan dan tidak berarti. Setiap busana sang penyanyi dirancang oleh rumah mode ternama, disiapkan oleh tim penata gaya profesional, dan seringkali dikaitkan dengan tema acara atau arahan citra yang jelas.
Selain itu, ia merupakan salah satu ikon dunia dengan banyak sekali pengikut, sehingga setiap kemunculannya menciptakan liputan yang luas, membantu merek pribadinya semakin menanjak peringkatnya.

Kedua, selera mode di panggung internasional dan di pasar Barat memiliki banyak perbedaan dibandingkan dengan di Asia Timur.
Pakaian yang terinspirasi dari "pakaian dalam" yang seksi, atau avant-garde ini mungkin kontroversial di Korea atau beberapa negara Asia, tetapi dipandang sebagai cara untuk mengekspresikan individualitas dan kreativitas di kancah mode internasional.

Pada akhirnya, Lisa lebih dari sekadar fesyen. Ia adalah seorang penampil dengan kemampuan menari, penampilan, dan karisma yang diakui.
Ketika kemampuan artistiknya cukup kuat, mode menjadi faktor pelengkap, membantunya membentuk citra yang unik dan beraneka ragam, alih-alih mencoba menyesuaikan diri dengan cetakan "dewi murni" yang akrab bagi penonton Asia.

Aktivitas fesyen Lisa belakangan ini menunjukkan bahwa ia tak takut bereksperimen, terkadang minimalis, terkadang individual, terkadang mengikuti gaya Eropa yang mewah. Perubahan inilah yang membuat citra Lisa sulit ditebak, terkadang kontroversial, tetapi selalu menarik perhatian publik.
Foto: IG, Topstarnews, Nate, Getty
Sumber: https://dantri.com.vn/giai-tri/vi-sao-lisa-luon-la-tam-diem-du-co-duoc-tung-ho-hay-bi-che-bai-20251204114929353.htm










Komentar (0)