Memanfaatkan rantai pasokan global
Menurut laporan Savills Global Occupier Insight - Industrial Focus 2025, pada tahun 2024, volume kargo global akan mencapai lebih dari 504 juta TEUs, naik 7,3% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini merupakan tanda nyata pemulihan perdagangan internasional, dan mencerminkan tren bisnis global yang merombak rantai pasokan, mendiversifikasi produksi, dan mencari pusat logistik dengan koneksi yang kuat. Dalam hal ini, kawasan Asia- Pasifik , terutama Vietnam, Thailand, dan Indonesia, muncul sebagai tujuan baru.

Dengan garis pantai lebih dari 3.200 km, Vietnam memiliki sistem pelabuhan yang membentang dari utara ke selatan. Keunggulan alami ini sangat langka, membantu barang impor dan ekspor terhubung dengan mudah ke rute pelayaran internasional. Pelabuhan laut dalam seperti Lach Huyen (Hai Phong) di utara atau Cai Mep-Thi Vai ( Ba Ria-Vung Tau ) di selatan telah menjadi gerbang penting dalam rantai pasokan global.
Menurut Asosiasi Pelabuhan Laut Vietnam, pada tahun 2024, pelabuhan-pelabuhan laut Vietnam akan menangani lebih dari 22 juta TEU, sebuah angka impresif yang diperkirakan akan terus tumbuh secara stabil di tahun-tahun mendatang. Tidak hanya skalanya, poin penting lainnya adalah semakin dekatnya hubungan antara pelabuhan laut dan sistem kawasan industri, yang membantu sirkulasi barang lebih cepat dan menghemat biaya. Pelabuhan-pelabuhan besar seperti Cai Mep-Thi Vai dikelilingi oleh ekosistem logistik yang lengkap, mulai dari gudang berikat, penyimpanan dingin, hingga kawasan logistik berstandar internasional.
Secara paralel, banyak proyek infrastruktur utama juga sedang dilaksanakan. Pada awal 2025, Perdana Menteri menyetujui kebijakan investasi untuk pelabuhan transit internasional Can Gio (Kota Ho Chi Minh ) dengan modal minimum VND 50.000 miliar. Di wilayah Tengah, Pelabuhan Lien Chieu (Da Nang) diperkirakan akan selesai tahun ini, membuka rute transportasi baru untuk barang-barang dari Dataran Tinggi Tengah, Laos, dan Thailand Timur Laut ke laut, sehingga menciptakan koridor logistik multimoda.
Namun, menurut Bapak Thomas Rooney, Wakil Direktur Savills Hanoi, kurangnya infrastruktur yang sinkron masih menjadi tantangan besar. Beberapa daerah memiliki lahan industri yang melimpah tetapi logistiknya terbatas, terutama kekurangan gudang berkualitas tinggi, penyimpanan dingin standar, dan sistem koneksi multi-moda. "Ini merupakan hambatan yang perlu diatasi jika Vietnam ingin mengubah keunggulan pelabuhannya menjadi kekuatan kompetitif yang berkelanjutan," tegasnya.
Prioritaskan logistik - tren baru investor internasional
Dalam konteks perubahan rantai pasok global, perusahaan manufaktur internasional semakin memprioritaskan lokasi di dekat pelabuhan laut dalam dengan koridor logistik yang efisien. Vietnam menyaksikan tren ini dengan jelas.
Di Utara, Hai Phong dan sekitarnya semakin diminati daripada Hanoi, berkat sistem pelabuhan lautnya yang modern dan prosedur bea cukai yang cepat. Di Selatan, Kota Ho Chi Minh menarik banyak penyewa berkat aksesnya ke Pelabuhan Cai Mep. Sementara itu, Quang Ninh, Thanh Hoa, dan Da Nang telah muncul sebagai lokasi baru, dengan biaya yang kompetitif dan sangat dihargai karena layanan logistiknya yang terus berkembang.
Dorongan baru datang dari reorganisasi administratif pada periode 2024-2025, ketika beberapa provinsi pedalaman bergabung dengan wilayah pesisir. Wakil Direktur Savills Hanoi Industrial Real Estate Services mengatakan bahwa hal ini membantu memperpendek jarak transportasi, mengurangi biaya logistik, dan menyederhanakan prosedur ekspor. Pabrik-pabrik yang bergantung pada transportasi darat kini dapat terhubung langsung ke pelabuhan, membentuk koridor industri baru, dan menarik lebih banyak aliran modal FDI berkualitas tinggi.
Para ahli berpendapat bahwa dalam jangka panjang, untuk mempertahankan keunggulannya, Vietnam perlu mendorong investasi yang sinkron: memperluas jalan raya, meningkatkan jalur kereta api, memanfaatkan jalur perairan pedalaman secara efektif, dan mengembangkan sumber daya manusia logistik. Transformasi digital di bidang bea cukai, gudang pintar, dan logistik digital juga harus didorong untuk mempersingkat waktu sirkulasi, mengurangi biaya, dan meningkatkan daya saing.
Khususnya, pembangunan berkelanjutan perlu menjadi fokus. Tren pelabuhan hijau, penggunaan energi terbarukan, dan penerapan standar ESG (Lingkungan - Sosial - Tata Kelola) menjadi persyaratan wajib bagi investor internasional. Ini bukan hanya komitmen lingkungan, tetapi juga faktor penentu daya saing jangka panjang Vietnam dalam rantai pasokan global.
Sumber: https://daibieunhandan.vn/viet-nam-truoc-co-hoi-dich-chuyen-chuoi-cung-ung-toan-cau-10387421.html






Komentar (0)