Gadis berusia 17 tahun di Hanoi yang dipukuli sekelompok orang mengatakan: "Sebelumnya, saya kenal dan bermain dengan H., tetapi tidak ada konflik. Ketika anak laki-laki yang disukai H. mengungkapkan di media sosial bahwa dia menyukai saya, dia marah."
Terkait kasus pemukulan gadis oleh segerombolan orang di Hanoi, pada tanggal 19 Februari, kepada wartawan, korban NTL (17 tahun) menuturkan, pada malam hari tanggal 15 Februari, saat hendak keluar untuk minum-minum bersama dua orang temannya, ia bertemu dengan kelompok H.

Akibat konflik sebelumnya, kedua belah pihak sempat bertengkar di kedai kopi. Ketika Ibu L. dan temannya meninggalkan kedai, H. memanggil seseorang untuk mengejar mereka dan menghalangi jalan mereka di tepi Sungai Set (di distrik Hoang Mai, Hanoi). Di sana, H. dengan lantang mengajak L. berkelahi, tetapi L. menolak.
"Sekitar 10 pengendara motor H. menghalangi jalan kami. Begitu saya menolak berkelahi dengan H., dia langsung menghajar saya. Teman saya mencoba menghentikan mereka, tetapi dihentikan oleh sekelompok orang yang mengawal H.," kata gadis berusia 17 tahun itu.
Karena jalan ramai, rombongan H. segera pergi. Namun, sebelum mereka sempat pergi jauh, rombongan H. terus memblokade jalan, memaksa L. dan temannya pindah ke area danau—sebuah tempat sepi tanpa rumah dan hanya sedikit orang yang lalu lalang.
Di sini, H. terus memanggil orang lain. Setelah itu, Ibu L. dipukuli oleh banyak orang di kelompok H. Teman-teman korban mencoba melerai, tetapi dihentikan.
"Di antara orang-orang yang memukuli saya, ada seseorang yang lebih muda dari saya, tetapi saya tidak mengenalnya sama sekali. Saya hanya mengenal anak laki-laki berkacamata itu (yang memukuli saya), tetapi dia sudah putus sekolah. Dia kemudian dipanggil dan juga ikut memukuli saya," kata Ibu L.
Gadis berusia 17 tahun itu mengatakan bahwa setelah memukulinya, kelompok itu memintanya untuk berlutut dan meminta maaf kepada setiap orang yang memukulinya. "Saat itu, saya sangat panik sehingga saya harus mendengarkan apa yang dikatakan kelompok H. Saya harus meminta maaf kepada orang asing, bahkan orang yang tidak saya kenal," kenang gadis itu.
Berbicara tentang konflik dengan H, gadis berusia 17 tahun itu menambahkan: "Sebelumnya, kami saling kenal dan bermain bersama, tanpa konflik apa pun. Ketika laki-laki yang disukai H. mengungkapkan di media sosial bahwa dia menyukai saya, dia marah. Saya tidak tahu apa yang dia sukai, jadi saya tidak tahu apa-apa."
Saya juga menjelaskan kepada H. bahwa tidak ada apa-apa antara saya dan pria itu, tetapi H. masih mencari alasan untuk berkelahi dengan saya. Kami berkonflik, jadi kami berhenti bermain bersama.” Ibu L. bercerita bahwa beberapa hari setelah kejadian itu, ia masih merasa pusing dan kesakitan.
Menurut Ibu TTTT (lahir tahun 1983, tinggal di Kelurahan Yen So, Distrik Hoang Mai), ibu dari gadis berusia 17 tahun tersebut, ketika melihat putrinya belum pulang bermain hingga larut malam, ia menelepon. "Saat saya menelepon, ia mengarang alasan macam-macam. Tapi kemudian, ia mengirim pesan teks agar saya datang ke rumah sakit bersamanya."
Mendengar itu, saya pun sangat khawatir, jadi saya bertanya lagi dan anak saya berkata, "Telinga saya robek dan sakit sekali, tolong ikut saya ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, saya melihat rambut anak saya berantakan, wajahnya penuh luka gores, dan ada darah di wajahnya. Ketika saya bertanya, dia bilang dia dipukuli teman-temannya," kata Ibu T.
![]() | ![]() |
Setelah membawa putrinya ke rumah sakit untuk pemeriksaan, Ibu T. melaporkan kejadian tersebut ke polisi. "Alih-alih menghentikan insiden, lebih dari 40 orang yang hadir justru bersorak dan mendukung, lalu merekam video dan mengirimkannya ke banyak orang.
Tak berhenti di situ, mereka juga mengunggahnya di media sosial untuk pamer. "Saya tidak bisa menonton videonya lebih dari 10 detik karena orang-orang ini memukuli putri saya dengan sangat brutal," ujar Ibu T. dengan geram.
Ibu gadis berusia 17 tahun itu menambahkan bahwa putrinya masih panik dan ketakutan. Tubuh dan wajahnya masih banyak luka lebam dan memar setelah dipukuli oleh kelompok H.
Menghadapi kejadian ini, ia berharap agar pihak berwajib turun tangan dan menindak tegas pelaku penganiayaan terhadap anaknya.
Pada 19 Februari, seorang pimpinan Kepolisian Distrik Hoang Mai mengatakan bahwa unitnya telah memanggil 3 orang terkait ke kantor pusat untuk diperiksa. Bersamaan dengan itu, prosedur hukum untuk membawa korban menjalani penilaian disabilitas sedang diselesaikan sebagai dasar penyelidikan dan penanganan kasus.
[iklan_2]
Sumber: https://vietnamnet.vn/vu-co-gai-o-ha-noi-bi-danh-hoi-dong-co-mau-thuan-tu-chuyen-yeu-duong-2372875.html












Komentar (0)