Berbicara dalam konferensi pers pada 3 September, membahas penangkapan CEO Telegram Pavel Durov di Prancis, juru bicara Kantor Hak Asasi Manusia PBB Ravina Shamdasani mengatakan: "Ini adalah kasus yang sangat kompleks. Kasus ini menimbulkan banyak kekhawatiran hak asasi manusia."
Pendiri dan CEO Telegram, Pavel Durov. Foto: Reuters
Ia juga mengutip pemblokiran jaringan sosial X di Brasil baru-baru ini karena dugaan pelanggaran hukum, dengan mengatakan hal itu "menimbulkan kekhawatiran serupa tentang kewajiban negara untuk memastikan platform media sosial mematuhi hukum yang memungkinkan kebebasan berekspresi," tetapi tunduk pada pembatasan tertentu.
Ia menghimbau agar pembatasan apa pun bersifat "proporsional" dan "konsisten dengan standar hak asasi manusia internasional".
"Sulit untuk mendapatkan informasi yang lebih spesifik mengenai kasus dan dakwaan terhadap Durov saat ini, karena Kantor Hak Asasi Manusia PBB tidak memiliki akses ke informasi lengkap," ujarnya, seraya menambahkan bahwa negara-negara harus mengatur platform, dan platform itu sendiri harus mematuhi hukum sesuai dengan hukum hak asasi manusia internasional.
Sebelumnya pada 24 Agustus, pimpinan aplikasi perpesanan populer Telegram tiba-tiba ditangkap di Bandara Le Bourget di pinggiran kota Paris, Prancis. Ia kemudian didakwa atas serangkaian pelanggaran terkait aplikasi perpesanan ini. Ia juga dilarang meninggalkan Prancis.
Ngoc Anh (menurut AFP)
[iklan_2]
Sumber: https://www.congluan.vn/lien-hop-quoc-vu-phap-bat-ceo-telegram-day-len-moi-lo-ngai-ve-nhan-quyen-post310528.html
Komentar (0)