Sebuah tim ilmuwan internasional di Universitas Haifa (Israel) telah berhasil mengembangkan model kecerdasan buatan (AI) yang dapat menentukan kapan anjing polisi mendeteksi aroma target, dengan akurasi yang bahkan lebih tinggi daripada pelatih berpengalaman.
Langkah ini diharapkan dapat merevolusi penggunaan anjing polisi untuk keamanan dan penyelamatan.
Anjing polisi telah lama menjadi "alat pendengaran" yang efektif bagi polisi, bea cukai, tentara atau pasukan penyelamat, berkat kemampuan mereka untuk mengendus jauh melampaui manusia, saat mencari jejak bahan peledak, narkoba, uang tunai atau korban.
Pelatih veteran sering mengklaim bahwa mereka dapat "membaca" kesuksesan anjing melalui perilaku kecil, terutama gerakan ekor. Namun hingga saat ini, belum ada penelitian ilmiah yang membuktikan hal ini.
Dalam penelitian yang diterbitkan di Royal Society Open Science, para ilmuwan melatih delapan anjing untuk mengenali bau sintetis, lalu memfilmkan seluruh proses mengendus pada berbagai tingkat kesulitan.
Kamera khusus merekam setiap gerakan ekor: sudut, kecepatan, dan gelombang. Dari data ini, tim menerapkan teknologi visi komputer untuk membangun model AI yang mampu memprediksi secara akurat kapan seekor anjing mendekati aroma target.
Hasilnya menunjukkan bahwa model AI mencapai akurasi 77%, sementara 190 pelatih profesional hanya 46% benar.
Menurut penulis studi, hal ini menunjukkan bahwa anjing sering mengirimkan "sinyal diam" dengan gerakan ekor sebelum melakukan tindakan nyata untuk menunjukkan bahwa mereka telah mendeteksi aroma – dan bahwa AI dapat mengenali sinyal tersebut lebih sensitif daripada mata manusia.
Sumber: https://www.vietnamplus.vn/ai-thau-hieu-cho-nghiep-vu-hon-ca-huan-luyen-vien-ky-cuu-post1058393.vnp
Komentar (0)