
Nona Sake Prefektur Gifu 2025 Yuki Nakamura memimpin upacara pembukaan acara - Foto: NGOC DUC
Pada sore hari tanggal 5 Desember, Konsulat Jenderal Jepang di Kota Ho Chi Minh berkoordinasi dengan Asosiasi Pabrik Sake Tajimi (Prefektur Gifu, Jepang) untuk menyelenggarakan acara " Menemukan Sake Gifu 2025".
Acara tersebut, dengan partisipasi 10 perusahaan produksi anggur provinsi Gifu, merupakan kesempatan untuk menghubungkan perusahaan Vietnam dan Jepang.
Fitur budaya yang dihormati oleh UNESCO
Berbicara pada upacara pembukaan, Konsul Jenderal Jepang di Kota Ho Chi Minh, Ono Masuo, mengatakan bahwa setiap daerah di Jepang memproduksi sake dengan karakteristiknya masing-masing, yang mencerminkan iklim dan lingkungan alam di sana. Seni pembuatan sake telah diasah oleh para perajin Jepang selama bertahun-tahun dan diwariskan turun-temurun selama berabad-abad.
Bapak Ono menekankan: "Oleh karena itu, sake bukan sekadar minuman beralkohol, tetapi telah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari upacara tradisional Jepang. Seni pembuatan sake tradisional Jepang telah diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan pada tahun 2024."

Konsul Jenderal Jepang di Kota Ho Chi Minh Ono Masuo di acara tersebut - Foto: NGOC DUC
Berbicara dengan Tuoi Tre , Tn. Ono Masuo mengungkapkan harapannya bahwa acara ini dapat berkontribusi untuk mempromosikan intisari budaya kuliner tradisional Jepang, membantu sake menjadi sepopuler sushi di Vietnam.
Bapak Ono menekankan bahwa budaya kuliner Jepang dan Vietnam memiliki banyak kesamaan, seperti menganggap nasi sebagai makanan utama, pola makan seimbang yang terdiri dari daging, ikan, dan sayuran, serta minuman beralkohol. Khususnya, masyarakat kedua negara gemar menikmati anggur dan teh.
Wilayah kedua negara juga membentang dari utara ke selatan, menciptakan keragaman iklim, geografi, dan budaya masing-masing daerah.
"Saya rasa karena kesamaan-kesamaan inilah, masakan Jepang telah dan masih dicintai oleh banyak orang Vietnam. Oleh karena itu, saya berharap program pertukaran seperti ini akan semakin berkembang di masa mendatang," ujar Bapak Ono.
Pho dan Ao Dai populer di Jepang

Bapak Nakashima Daizo menyampaikan pidato pembukaan di acara tersebut - Foto: NGOC DUC
Tn. Nakashima Daizo, perwakilan Asosiasi Pabrik Sake Tajimi, mengatakan bahwa masakan dan kostum tradisional merupakan jembatan budaya penting dalam hubungan Vietnam - Jepang.
Menurut Bapak Nakashima, pertukaran budaya berjalan dua arah. Di satu sisi, budaya Jepang, terutama kulinernya, semakin diterima dan dipahami oleh masyarakat Vietnam. Hal ini tercermin dari meningkatnya jumlah orang Vietnam yang datang ke Jepang.
Penerimaan masyarakat, bersama dengan populasi yang besar dan tenaga kerja muda, membuat Vietnam menjadi pasar yang menarik bagi bisnis Jepang.
Sebaliknya, orang Jepang juga mengenal Vietnam melalui kuliner dan pakaian tradisionalnya. Pembuat sake tersebut menegaskan bahwa roti, pho, dan ao dai adalah ciri budaya Vietnam yang sangat terkenal di negeri matahari terbit tersebut.
"Jika bisnis Vietnam ingin berinvestasi di Jepang di bidang kuliner dan budaya, ini merupakan pasar yang sangat potensial. Masakan dan kostum tradisional Vietnam sangat populer di Jepang," tegas Bapak Nakashima.
Dengan keunggulan tersebut, ia berharap akan semakin banyak pelaku usaha Jepang, khususnya pembuat sake, yang datang dan membuka kantor perwakilan di Vietnam.

Para tamu berinteraksi dan menikmati sake di acara tersebut - Foto: NGOC DUC
Sumber: https://tuoitre.vn/am-thuc-mo-duong-cho-giao-thuong-viet-nhat-2025120518163491.htm










Komentar (0)