
Ini adalah perjalanan yang menghubungkan masa kini dan masa lalu, yang hidup dan mereka yang telah gugur, melalui kenangan, gambar, suara, dan emosi suci.
Dari parit-parit pertempuran, gema-gema itu masih terdengar – di sanalah sejarah berbicara.
Ruang pameran "From the Trenches, Echoes Resound" dibuka dengan cuplikan dokumenter dalam "Untold Stories ," yang membawa penonton kembali ke masa perang dan konflik.
Gambaran para prajurit pasukan Paman Ho yang menyerbu medan perang, prajurit yang terluka berjuang untuk bangkit dari luka mereka yang tak kunjung sembuh, dan para Ibu Pahlawan Vietnam dengan mata yang dipenuhi rasa sakit yang terpendam saat mereka mengucapkan selamat tinggal kepada putra-putra mereka yang pergi berperang—semua ini digambarkan dengan jelas melalui kesaksian para saksi mata.
Kenangan diciptakan kembali bukan melalui angka, tetapi melalui hembusan waktu, melalui rasa sakit yang terpendam di dalam hati, dan melalui keyakinan yang mengakar bahwa kemerdekaan harus diraih melalui pengorbanan.
Kenangan-kenangan itu hidup kembali melalui rekaman otentik yang mengharukan dan kisah-kisah yang penuh emosi dari para saksi sejarah itu sendiri.

Jejak Seorang Prajurit - Sebuah Kisah Epik dari Medan Perang hingga Masa Damai
Selanjutnya adalah ruang "Jejak Kaki Prajurit" , tempat artefak yang sarat dengan keringat, darah, dan air mata dikumpulkan. Dari ransel usang dan medali pudar hingga catatan harian di atas kertas yang termakan waktu, setiap kenang-kenangan mencatat era yang tragis.
Ini adalah kisah prajurit muda Nguyen Van Thieng (alias Tran Thanh) yang merangkul bom bercabang tiga, simbol semangat "Berjuang sampai mati untuk Tanah Air."
Api Dong Khe milik Kapten Tran Cu menyala terang; Vo Thi Sau, putri Dat Do, berdiri dengan menantang di tempat eksekusi; prajurit Be Van Dan menggunakan tubuhnya sebagai dudukan senjata.
Itulah semangat pemuda Nguyen Van Troi, dengan seruannya yang tak kenal lelah yang masih bergema; itulah semboyan yang terukir dalam sejarah oleh Nguyen Viet Xuan: "Bidik langsung musuh - tembak!".
Itu adalah pengorbanan sunyi dari insinyur Hoang Kim Giao, seorang prajurit penjinak bom pemberani dari Tentara Rakyat Vietnam; itu adalah pertempuran udara terakhir dari pilot Vu Xuan Thieu, "rudal ketiga" yang tercatat dalam legenda…
Ruang ini tidak hanya melestarikan peninggalan perang tetapi juga mencerminkan semangat era pasca-perang, di mana tentara yang terluka dan sakit hidup dengan ketahanan yang luar biasa, di mana program rasa syukur dan peringatan disebarkan, dan di mana garis depan tetap teguh dalam diam.
Kisah-kisah ini tidak tampak seperti mitos yang jauh, melainkan ada dalam kehidupan sehari-hari, seperti api yang hangat di tengah malam.

Melanjutkan kisah epik ini - dari rasa syukur menuju tindakan.
Program tersebut diakhiri dengan ruang "Melanjutkan Kisah Epik" , di mana emosi diungkapkan dalam kata-kata. Di sini, pengunjung diundang untuk menulis kata-kata syukur di "pohon syukur", sebuah simbol tradisi dan keberlanjutan yang penuh semangat.
Catatan tulisan tangan, surat-surat kecil yang dipenuhi rasa syukur yang mendalam, menciptakan "hutan emosi." Musik revolusioner dimainkan, berpadu dengan suasana khidmat, mengingatkan kita bahwa perdamaian hari ini adalah hak istimewa yang telah dibayar oleh generasi sebelumnya dengan nyawa mereka.
Museum ini mendorong masyarakat untuk berbagi perasaan, gambar, dan cerita mereka tentang program tersebut di media sosial melalui tagar seperti: #Kyuc27thang7, #Bietonanhhunglietsi, #BaotangLichsuQuansuVietNam. Dengan cara inilah nilai-nilai tradisional terus menyebar melalui bahasa zaman.

Sejarah harus diingat, dihayati, dan ditulis.
Sejarah Vietnam adalah sejarah patriotisme, kerinduan akan kemerdekaan, dan pengabdian pada keadilan. Para prajurit yang dimakamkan di tanah air mereka, para korban luka yang mengatasi rasa sakit mereka hari demi hari, para ibu yang mengirim putra-putra mereka ke medan perang dan tidak pernah melihat mereka kembali – mereka tidak meminta kehormatan, dan mereka juga tidak mengharapkan rasa terima kasih.
Namun mereka pantas dikenang dengan rasa terima kasih yang tulus, dengan perbuatan baik setiap hari, dan dengan semangat tanggung jawab terhadap masa depan.
Kita, generasi sekarang, adalah orang-orang yang akan melanjutkan penulisan kisah epik itu. Bukan dengan senjata dan peluru, tetapi dengan pengetahuan, kebaikan, kasih sayang, dan pengabdian. Marilah kita hidup dengan cara yang layak atas pengorbanan mereka yang telah mendahului kita, sehingga impian kemerdekaan mereka yang gugur tidak hanya akan terwujud, tetapi juga akan diteruskan dengan gemilang melalui setiap generasi.
Sumber: https://baovanhoa.vn/van-hoa/ban-hung-ca-cua-lich-su-va-niem-tin-the-he-156716.html






Komentar (0)