Presiden Ho Chi Minh menerima delegasi wartawan dari surat kabar L'Unita milik Partai Komunis Italia pada 12 Mei 1959. (Foto: Arsip) |
Ideologi jurnalisme Ho Chi Minh terkristalisasi dalam tiga pilar utama: Pertama, pers adalah alat untuk mengabdi pada revolusi, menyebarkan kebenaran, menghubungkan masyarakat, membangun kepercayaan, dan menginspirasi tindakan. Dengan media asing, inilah prinsip panduannya – mengutamakan kepentingan bangsa dan rakyat, untuk mempromosikan citra Vietnam yang sejati dan positif kepada dunia . Vietnam yang dinamis, inovatif, ramah, dan dapat dipercaya perlu ditunjukkan dengan jelas melalui media asing.
Kedua, jurnalisme harus dikaitkan dengan etika dan kepribadian jurnalis. Di era digital, ketika batas antara informasi dan opini publik semakin rapuh, hal ini menjadi semakin mendalam. Media asing tidak hanya membutuhkan informasi yang cepat, tetapi juga informasi yang akurat, mendalam, dan berjiwa kemanusiaan, yang menunjukkan status budaya dan intelektual masyarakat Vietnam.
Ketiga, pers harus menjadi jembatan antarbudaya, antara Vietnam dan sahabat-sahabat di seluruh dunia. Beliau senantiasa menekankan semangat perdamaian, kemanusiaan, dan penghormatan terhadap perbedaan budaya, yang juga menjadi semboyan media asing saat ini.
Menerapkan nilai-nilai ini dalam komunikasi internasional saat ini bukanlah kembali ke cara lama, melainkan pembaruan semangat jurnalisme revolusioner Presiden Ho Chi Minh yang berbasis pada teknologi modern. Dari sana, setiap pesan tentang Vietnam merupakan benih pemahaman, niat baik, dan kerja sama yang menyebar di peta dunia.
Untuk secara efektif mempromosikan pemikiran Ho Chi Minh tentang jurnalisme di era media global, perlu "mengaktifkan" semangat inti tersebut dengan pemikiran, perangkat, dan metode modern. Menerapkan pemikirannya di media asing berarti menghidupkan kembali sifatnya yang tercerahkan, manusiawi, berpikiran terbuka, dan visi strategisnya dalam konteks yang benar-benar baru.
Pertama-tama, kita perlu secara fleksibel menerapkan ajaran Paman Ho, "menulislah agar rakyat mengerti, rakyat percaya, rakyat bertindak," menjadi "menulislah agar dunia melihat, dunia percaya, dunia bekerja sama". Untuk itu, media asing tidak bisa berhenti pada berita kering, tetapi harus menjadi kisah yang mengharukan, gambaran emosional tentang budaya, masyarakat, sejarah, upaya, dan aspirasi Vietnam. Di dunia yang penuh perubahan ini, dunia tidak hanya perlu tahu di mana Vietnam berada, tetapi juga perlu memahami siapa Vietnam itu, ke mana arahnya – dan media asing adalah pencerita perjalanan tersebut.
Selanjutnya, perlu memodernisasi cara berkarya jurnalisme menuju digitalisasi yang komprehensif. Media asing harus berinteraksi, terhubung, dan menciptakan komunitas internasional yang mencintai Vietnam.
Yang terpenting, kita perlu mendidik generasi yang "berhati murni, cerdas, dan berwawasan global", yang tidak hanya piawai dalam pekerjaan dan memahami teknologi, tetapi juga dijiwai semangat mengabdi kepada Tanah Air. Di era kecerdasan buatan, hanya kualitas manusia yang ditempa oleh ideologi Ho Chi Minh yang dapat membantu pers asing tidak hancur, tumbuh kuat, dan menyebarkan nilai-nilai Vietnam secara mendalam dan berkelanjutan.
Sumber: https://baoquocte.vn/bao-chi-cach-mang-viet-nam-viet-cho-the-gioi-thay-318334.html
Komentar (0)