Vietnam.vn - Nền tảng quảng bá Việt Nam

Meskipun hubungan yang bermasalah, Jerman dan Turki masih saling membutuhkan

Người Đưa TinNgười Đưa Tin18/11/2023

[iklan_1]

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah melakukan kunjungan singkat ke Jerman di tengah ketegangan akibat perbedaan posisi kedua negara dalam perang antara Israel dan gerakan Islam Palestina Hamas.

Erdogan bertemu dengan Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier di Istana Bellevue pada 17 November, sebelum menghadiri jamuan makan malam bersama Kanselir Jerman Olaf Scholz. Keduanya membahas berbagai isu regional dan global, termasuk konflik di Jalur Gaza.

Menjelang kunjungannya ke Berlin, pemimpin Turki itu mengecam keras negara-negara Barat karena memberikan dukungan penuh kepada pemerintah Israel tetapi menutup mata terhadap tragedi di Gaza.

Sementara itu, Jerman adalah sekutu setia Israel. Kanselir Scholz telah berulang kali menegaskan bahwa Israel berhak membela diri, sementara ia menentang seruan untuk gencatan senjata segera di Jalur Gaza, dengan alasan bahwa hal itu akan memberi Hamas kelonggaran.

Israel telah melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti di Jalur Gaza sejak Hamas melancarkan serangan lintas perbatasan pada 7 Oktober. Setidaknya 11.500 warga Palestina telah tewas sejak saat itu, termasuk lebih dari 7.800 perempuan dan anak-anak, dan lebih dari 29.200 orang terluka, menurut data terbaru dari Otoritas Palestina.

Turki telah lama dianggap sebagai mitra yang “tidak nyaman tetapi penting” di Jerman, rumah bagi komunitas Turki terbesar di luar negeri, dengan banyak pendukungnya termasuk mantan pemain sepak bola internasional Mesut Ozil, yang telah mengambil kewarganegaraan Jerman.

Hubungan Jerman-Turki sering kali berliku-liku dan sulit, tetapi Berlin tidak menyangkal peran Ankara dalam menyelesaikan masalah pelik.

Dari menjadi perantara pengiriman gandum dari Ukraina di tengah konfliknya dengan Rusia, hingga merundingkan kesepakatan penting untuk memudahkan arus pengungsi dan migran ke Eropa pada tahun 2015-2016, anggota NATO tersebut telah membuktikan dirinya sebagai kekuatan menengah yang penting.

Dunia - Meski hubungan mereka sedang tidak harmonis, Jerman dan Turki masih saling membutuhkan

Kunjungan pada 17 November 2023 ini merupakan kunjungan pertama Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ke Jerman sejak 2020, ketika Angela Merkel menjabat sebagai Kanselir. Hubungan Jerman-Turki seringkali bergejolak dan sulit, tetapi kedua belah pihak tetap saling membutuhkan. Foto: Ahval News

Salah satu titik terang dalam hubungan bilateral adalah meningkatnya kerja sama ekonomi antara Jerman dan Turki. Selama bertahun-tahun, Jerman telah menjadi salah satu mitra dagang terbesar Turki dan investor asing terkemuka.

Kementerian Luar Negeri Jerman menyatakan bahwa perdagangan bilateral kedua negara mencapai rekor tertinggi, yaitu 51,6 miliar euro pada tahun 2022. Dibandingkan tahun sebelumnya, ekspor Turki ke Jerman meningkat 26,7% menjadi 24,6 miliar euro, sementara impor Turki dari Jerman meningkat sepertiganya menjadi 27 miliar euro.

Jerman tetap menjadi tujuan ekspor terpenting Turki. Asosiasi Eksportir Turki (TIM) memperkirakan bahwa negara Eurasia tersebut mengekspor barang senilai 14,5 miliar euro ke Jerman hingga akhir Oktober tahun ini. Barang-barang ini terutama mencakup produk untuk industri otomotif, tekstil, makanan, boiler, dan barang setengah jadi yang terbuat dari besi, baja, dan aluminium.

Turki terutama mengimpor mesin, kendaraan, produk plastik, pesawat, bahan kimia, dan peralatan medis dari Jerman. Hanya Rusia dan Tiongkok yang memasok lebih banyak barang ke Turki daripada Jerman.

Ayhan Zeytinoglu, ketua Dana Pembangunan Ekonomi (IKV) yang berpusat di Istanbul, mengatakan hubungan ekonomi Jerman-Turki memiliki akar yang dalam dan tahan terhadap krisis.

"Di antara mitra dagang terbesar Turki, Jerman adalah nomor satu. Kami memiliki defisit perdagangan yang signifikan dengan Rusia dan Tiongkok, tetapi kami memiliki hubungan yang seimbang dengan Jerman," ujar Zeytinoglu.

Pakar tersebut yakin bahwa Jerman dan Turki saling membutuhkan. "Turki dapat memperoleh manfaat dari kekuatan finansial dan teknologi Jerman, dan Jerman dapat memperoleh manfaat dari kekuatan geopolitik Turki. Bersama-sama kita dapat menciptakan sinergi baru," ujarnya .

Minh Duc (Menurut DW, AP, Anadolu Agency)


[iklan_2]
Sumber

Komentar (0)

Silakan tinggalkan komentar untuk berbagi perasaan Anda!

Dalam topik yang sama

Dalam kategori yang sama

Katedral Notre Dame di Kota Ho Chi Minh diterangi dengan terang benderang untuk menyambut Natal 2025
Gadis-gadis Hanoi "berdandan" cantik untuk menyambut Natal
Cerah setelah badai dan banjir, desa krisan Tet di Gia Lai berharap tidak akan ada pemadaman listrik untuk menyelamatkan tanaman.
Ibu kota aprikot kuning di wilayah Tengah mengalami kerugian besar setelah bencana alam ganda

Dari penulis yang sama

Warisan

Angka

Bisnis

Pho 'terbang' 100.000 VND/mangkuk menuai kontroversi, masih ramai pengunjung

Peristiwa terkini

Sistem Politik

Lokal

Produk