Dunia sedang memasuki era di mana teknologi, perubahan iklim, dan perubahan ekonomi sedang membentuk kembali peta pekerjaan.
Menurut Laporan Masa Depan Pekerjaan 2025 dari Forum Ekonomi Dunia (WEF), pada tahun 2030, pasar tenaga kerja global akan menyaksikan perubahan besar: 170 juta pekerjaan baru akan tercipta, tetapi 92 juta posisi juga akan tergantikan, yang menyebabkan pertumbuhan bersih sebesar 78 juta pekerjaan.
Angka-angka ini tidak hanya mencerminkan ledakan kecerdasan buatan (AI) dan transformasi digital, tetapi juga menyoroti kebutuhan mendesak untuk meningkatkan keterampilan agar tidak tersingkir.
Di Vietnam, tren ini bahkan lebih nyata karena ekonomi digital diperkirakan akan mencapai 30% PDB pada tahun 2030, membuka jutaan peluang tetapi juga mengharuskan tenaga kerja untuk beradaptasi dengan cepat.
Di banyak sektor ekonomi Vietnam, dari jalur produksi otomatis hingga asisten virtual yang mendukung analisis data, AI tidak hanya mengoptimalkan proses tetapi juga membentuk kembali sifat pekerjaan.
Banyak posisi berulang, seperti entri data atau penyortiran dokumen dasar, menghilang, memberi jalan bagi peran yang membutuhkan kreativitas dan pemikiran strategis, seperti programmer pembelajaran mesin dan analis data besar, yang membantu manusia berfokus pada tugas yang membutuhkan empati dan kreativitas yang belum dapat digantikan oleh mesin.
Dalam situasi baru ini, perusahaan juga mengubah kriteria seleksi personel. Tidak lagi terpaku pada keahlian dan keterampilan dasar, perusahaan semakin memprioritaskan kandidat yang mampu memanfaatkan perangkat AI untuk meningkatkan produktivitas. Pekerja yang tidak memperbarui keterampilan baru dan kurang berpikir teknologi akan mudah "tertinggal".
Hal ini tidak saja menjadi tantangan bagi mereka yang akan memasuki pasar tenaga kerja tetapi juga menjadi masalah sulit bagi para siswa yang saat ini masih bersekolah.
Mereka perlu dibekali tidak hanya dengan pengetahuan teoretis, tetapi juga keterampilan praktis untuk menghadapi perubahan yang cepat. Unit pelatihan vokasi juga harus menyesuaikan kurikulum mereka, dengan mengintegrasikan AI untuk membantu peserta didik mengikuti perkembangan teknologi terkini.
Jadi, bagaimana cara menghubungkan "penawaran" dan "permintaan" secara efektif antara pelajar dan bisnis di era AI? Bagaimana AI seharusnya diintegrasikan ke dalam kurikulum agar bukan sekadar teori, melainkan alat praktis? Bagaimana pelajar seharusnya dilatih untuk berpikir dan berkreasi dengan AI, untuk menjadikan teknologi sebagai sekutu, bukan lawan?
Pertanyaan-pertanyaan ini menarik minat banyak orang, terutama karena AI semakin menjadi faktor penentu dalam kesuksesan karier.
Untuk menjawab kekhawatiran tersebut, surat kabar Dan Tri bekerja sama denganFPT Academy International - sebuah unit di bawah Politeknik FPT - untuk menyelenggarakan diskusi khusus dengan topik "Menangkap gelombang karier di era AI: Apa yang harus dilakukan agar tidak tersingkir?".

Program ini akan memberikan wawasan praktis dari para ahli, membantu peserta memahami tren dan menyiapkan strategi adaptasi.
Seminar ini dihadiri oleh dua pakar tamu: Ibu Nguyen Phuong Anh, Wakil Direktur FPT Academy International, FPT Corporation, dengan pengalaman yang kaya dalam membangun program pelatihan terintegrasi teknologi; Bapak Nguyen Bao Long, Kepala Pengembangan Komunitas dan Kemitraan di TopCV Vietnam Joint Stock Company, yang memiliki pemahaman mendalam tentang pasar perekrutan.
Melalui berbagi yang autentik, diskusi panel ini berjanji memberikan solusi praktis, mulai dari memperbarui keterampilan pribadi hingga bagaimana bisnis dan pendidikan dapat bekerja sama lebih erat, membantu setiap individu menjadi lebih percaya diri dalam perjalanan karier masa depan mereka di era digital.
Diskusi ini akan disiarkan langsung di surat kabar Dan Tri pada pukul 10.00 pagi tanggal 19 November. Pembaca dapat mengirimkan pertanyaan seputar diskusi ini melalui formulir di bawah ini.
Sumber: https://dantri.com.vn/giao-duc/bat-song-nghe-nghiep-thoi-ai-de-khong-bi-dao-thai-20251117175049896.htm






Komentar (0)