Rahasia di balik kesuksesan AirPods

Fantasia Lab di dalam fasilitas pengujian audio Apple. Foto: Engadget .

Saat melewati meja resepsionis gedung yang menjadi lokasi lab audio Apple, pengunjung langsung tertarik oleh sebuah sistem stereo klasik berukuran besar. Sistem dan speaker yang menyertainya merupakan hadiah dari Steve Jobs untuk para insinyur di sini. Bagi tim peneliti, perangkat ini merupakan sumber inspirasi sekaligus pengingat akan kecintaan mendiang CEO Apple yang tak pernah padam terhadap musik .

Tidak hanya memiliki nilai sentimental, sistem stereo juga menekankan pentingnya suara di setiap produk Apple, dari iPhone, iPad hingga AirPods.

Ruang pemeriksaan telinga AirPods

Mengikuti tiga insinyur Apple, para reporter Engadget dipandu melewati labirin lorong-lorong yang begitu biasa sehingga sulit dikenali sebagai pusat penelitian. Di dalamnya, serangkaian ruang suara digunakan untuk menguji kesesuaian dan kinerja pendengaran AirPods.

Bilik-biliknya kecil, tanpa jendela, dan berdinding kedap suara. Di atas meja terdapat komputer Mac dan berbagai peralatan analisis. Para teknisi juga menggunakan audiometer, yang biasanya ditemukan di klinik, untuk memvalidasi fitur "tes pendengaran tingkat klinis" Apple.

Ribuan pengujian telah dilakukan untuk memastikan fitur ini berfungsi dengan baik, memungkinkan pengguna membuat profil pendengaran mereka sendiri dan bahkan memasang alat bantu dengar pribadi di rumah. Hal ini juga menjadi batu loncatan bagi Apple untuk menyempurnakan pengalaman mendengarkan agar sesuai dengan preferensi dan kebutuhan kesehatan masing-masing individu.

Tim teknisi Apple bertugas menguji kemampuan reproduksi suara perangkat. Foto: Engadget .

Bagian penting dari pekerjaan tim adalah menyempurnakan suara untuk semua produk penghasil audio, termasuk Mac, iPad, dan iPhone.

Tim teknisi pembuat iPhone yang bekerja di sini berasal dari beragam latar belakang, termasuk tata suara konser, teknik studio tradisional, dan teater musikal. Ruang mastering mereka dirancang seperti studio rekaman mini, lengkap dengan instrumen, speaker, dan posisi mendengarkan yang optimal.

Di sini, para insinyur merujuk kembali ke rekaman asli untuk memahami maksud sang artis, lalu menerapkannya pada produk konsumen. Hasilnya adalah AirPods Pro 3, yang mampu mereproduksi suara yang lebih realistis berkat kombinasi desain eartip dan teknologi pemrosesan sinyal.

Keheningan mutlak di dalam ruangan

Selama pengembangan, tim mendengarkan ribuan jam musik, film, podcast, dan YouTube dalam berbagai format, termasuk mono, stereo, dan Dolby Atmos. Rekaman tersebut juga diuji secara ketat, sehingga menghadirkan pengalaman studio yang lebih mendekati produk-produk mainstream.

Salah satu ruang paling unik adalah ruang anechoic. Ruang ini sepenuhnya terisolasi dari getaran luar. Dinding, lantai, dan langit-langit dilapisi busa penyerap suara, menciptakan lingkungan bebas gema.

Ruangan ini sepenuhnya kedap suara dengan lapisan busa tebal. Foto: Engadget .

Mereka yang masuk terpaksa berjalan di atas kawat kasa yang menggantung karena "lantai sebenarnya" sebenarnya adalah lapisan busa tebal di bawahnya. Pengalaman ini terasa aneh sekaligus tidak nyaman, seperti melangkah ke dalam film fiksi ilmiah .

Sorotan terakhir adalah Fantasia Lab, yang dinamai sesuai film pertama yang menggunakan suara surround. Ruangan ini dikelilingi oleh sistem pengeras suara berbentuk bola yang dapat menciptakan kembali lingkungan suara apa pun.

Di sini, para insinyur mengevaluasi mode transparansi, peredam bising aktif (ANC), dan fitur suara surround pada AirPods Pro 3. Para penguji diminta untuk mengidentifikasi arah suara, sementara berbagai jenis suara diperdengarkan untuk menguji efektivitas ANC. Dengan suara surround, tim mencoba menciptakan kembali pengalaman berada di teater atau konser langsung.

Sumber: https://znews.vn/bi-mat-dang-sau-thanh-cong-cua-airpods-post1586294.html