Avison Young Vietnam baru saja menerbitkan laporan "Vietnam Industrial Real Estate Outlook - Seizing the Opportunity", yang menunjukkan gambaran cerah pasar ini dalam konteks meredanya ketegangan perdagangan AS-Tiongkok.
Menurut penilaian, pengurangan tarif timbal balik AS terhadap ekspor Vietnam menjadi 20% telah menciptakan dampak positif, sementara arus perdagangan global terus bergeser secara signifikan. Ekspor Tiongkok beralih ke Amerika Latin, Eropa, dan Afrika, sementara barang-barang Asia Tenggara – terutama barang-barang Vietnam – telah tumbuh signifikan di pasar Amerika Utara.
Vietnam juga diuntungkan oleh perubahan besar dalam bidang hukum, perencanaan, dan pembangunan setelah penggabungan perbatasan, yang menjadikan lingkungan investasi lebih transparan dan kondusif. Omzet ekspor dalam 10 bulan mencapai 391 miliar dolar AS, naik 16,2% dibandingkan periode yang sama, menunjukkan aliran modal FDI yang stabil, terutama di kelompok industri pengolahan dan manufaktur. Hal ini terus menjadi "magnet" yang menarik modal investasi global dan fondasi yang kokoh untuk mempromosikan properti industri.
Menurut Indeks Potensi Ekspor Bloomberg Economics, Vietnam terus menonjol di antara negara-negara berkembang yang berpotensi menggantikan Tiongkok dalam rantai pasokan global. Meskipun peringkatnya berada di bawah India dan AS, Vietnam memiliki skor lebih tinggi daripada Indonesia, Malaysia, dan Thailand dalam hal biaya tenaga kerja dan daya tarik investasi. Khususnya, produksi dan kapasitas energi Vietnam dianggap setara dengan Tiongkok – sebuah keunggulan yang langka di kawasan ini.

Real estat industri Vietnam: Titik terang untuk menggantikan Tiongkok
Vietnam juga memiliki keunggulan integrasi yang mendalam dengan 16 FTA yang berlaku, mencakup 87% perekonomian dunia . Hal ini memudahkan produk "Buatan Vietnam" mengakses pasar global dan sangat menarik produsen untuk mengubah rantai pasok mereka.
Meramalkan penawaran dan permintaan, Avison Young meyakini bahwa tekanan finansial dan persyaratan pembangunan berkelanjutan akan memaksa produsen untuk lebih memperhatikan efisiensi, fleksibilitas, dan kecepatan. Bapak Vu Minh Chi, Direktur Departemen Layanan Kawasan Industri Avison Young Vietnam, berkomentar bahwa selain faktor-faktor tradisional seperti lokasi, harga sewa, atau kebijakan preferensial, bisnis kini lebih tertarik pada layanan hukum, bea cukai, dan sertifikat asal—agar dapat beroperasi dengan cepat dan memenuhi standar ekspor multi-pasar.
Segmen real estat siap pakai seperti pabrik, gudang, penyimpanan dingin, pusat transit, dan pengiriman jarak jauh terus mencatat permintaan yang tinggi. Layanan logistik juga semakin profesional, mulai dari impor dan ekspor, inspeksi, pelabelan, pengemasan, hingga prosedur bea cukai.
Permintaan sewa yang semakin detail dan terspesialisasi mendorong pasar untuk beralih dari "kuantitas" ke "kualitas". Banyak investor tidak hanya mengembangkan infrastruktur dasar tetapi juga mengincar model kawasan industri hijau, logistik terintegrasi, dan standar ESG. Dari segi lokasi, dana lahan di kawasan perdagangan bebas (FTZ), dekat pelabuhan laut dalam, atau bandara yang dapat dicapai dalam 1-2 jam perjalanan menjadi prioritas utama untuk gelombang investasi baru ini.
Sumber: https://nld.com.vn/bloomberg-economics-vietnam-skills-equivalent-to-china-19625111713233989.htm






Komentar (0)