Upah minimum di Korea Selatan telah dinaikkan menjadi 10.030 won (US$7,29) per jam pada tahun 2025, naik 170 won (US$0,12) dari tingkat saat ini. Ini adalah pertama kalinya upah minimum di negara ini melampaui 10.000 won (US$7,27) per jam sejak sistem upah minimum diperkenalkan pada tahun 1988.
Menghadapi kenaikan upah minimum per jam yang tajam, banyak usaha kecil dan mikro di Korea telah memilih untuk mengurangi staf dan meningkatkan penggunaan peralatan otomatis guna mengurangi biaya tenaga kerja. Otomatisasi membantu bisnis menghilangkan empat beban asuransi utama: asuransi kecelakaan industri, asuransi kesehatan , asuransi pensiun, dan asuransi pengangguran, sekaligus mengurangi tekanan manajemen tenaga kerja akibat seringnya cuti karyawan paruh waktu.
Data terbaru menunjukkan bahwa pada tahun 2023, jumlah usaha kecil mandiri tanpa karyawan di industri makanan dan akomodasi di Korea akan mencapai 334.000, meningkat 22.000 (sekitar 7,05%) dibandingkan tahun 2017. Selama periode yang sama, jumlah usaha kecil mandiri dengan karyawan hanya akan meningkat 7.000 (2,14%), menjadi 334.000. Khususnya, upah minimum per jam di Korea akan meningkat tajam sebesar 48,7%, dari 6.470 won (4,69 dolar AS) pada tahun 2017 menjadi 9.620 won (6,97 dolar AS) pada tahun 2023.
Di industri restoran Korea, penggunaan terminal pemesanan dan pembayaran swalayan semakin populer. Jumlah terminal swalayan, seperti mesin pemesanan otomatis Torder Company, meningkat dari 25.000 unit pada tahun 2022 menjadi 100.000 unit pada tahun 2023, dan melampaui 200.000 unit pada tahun ini. Dengan demikian, pendapatan perusahaan meningkat dari 480 juta won (lebih dari 347.000 dolar AS) pada tahun 2019 menjadi 60 miliar won (43,4 juta dolar AS) pada tahun 2023. Perusahaan menyediakan terminal swalayan terutama melalui kontrak dengan banyak restoran atau jaringan waralaba. Setiap perangkat dikenakan biaya sewa atau layanan sebesar 20.000-30.000 won (14-21 dolar AS) per bulan.
Seorang eksekutif Torder mengatakan bahwa tekanan akibat kenaikan upah minimum per jam telah mendorong banyak pemilik restoran untuk menghubungi perusahaan agar memasang mesin pemesanan mandiri. Bapak Cho, yang mengelola sebuah restoran di dekat Stasiun Bangbae di distrik Seocho-gu, Seoul, mengatakan bahwa restoran tersebut hanya mempekerjakan satu karyawan paruh waktu untuk menyajikan makanan di lobi. Restoran lainnya telah memasang terminal swalayan (yang menerima pembayaran kartu) di 10 meja. Biaya bulanan untuk perangkat ini adalah 300.000 won (US$217).
Seiring dengan terminal swalayan, minat untuk menggunakan robot untuk membuka toko tanpa awak atau toko dengan satu orang juga semakin meningkat. Doosan Robotics, perusahaan yang berspesialisasi dalam produksi robot industri, telah meluncurkan robot E0509 yang dirancang khusus untuk industri makanan dan minuman, yang dapat digunakan untuk berbagai operasi seperti membuat kopi, menggoreng ayam, memasak mi, dll. Bahkan, beberapa merek ayam goreng Korea juga telah menggunakan robot ini untuk menggoreng ayam, mewujudkan model operasi satu orang pemilik toko. Kafe tanpa awak yang menggunakan robot juga berkembang pesat.
Para ahli mengatakan bahwa dengan kekurangan tenaga kerja saat ini dan kenaikan harga, tren otomatisasi di Korea akan meluas ke bidang lain untuk mengurangi biaya produksi dan manajemen.
MUTIARA
[iklan_2]
Sumber: https://www.sggp.org.vn/cat-giam-nhan-vien-tang-tu-dong-hoa-post749996.html






Komentar (0)