Profesor Peter Lax , tokoh terkemuka dalam matematika abad ke-20 yang kontribusi fundamentalnya terhadap penerapan komputer dalam sains dan teknologi selama Perang Dingin—dari pengembangan senjata dan desain kedirgantaraan hingga prediksi bencana alam—meninggal dunia pada tanggal 16 Mei di rumahnya di Manhattan, AS, pada usia 99 tahun. Menurut putranya, Dr. James D. Lax, penyebab kematiannya terkait dengan penyakit kardiovaskular.

Jenius Matematika Hungaria
Lahir di Budapest, Hongaria pada tahun 1926, sebuah negeri yang dikenal menghasilkan banyak talenta ilmiah luar biasa, Peter Lax, seorang jenius matematika, dengan cepat menunjukkan potensinya. Di bawah bimbingan matematikawan Rózsa Péter, pendiri teori rekursi, Lax muda dengan cepat terhubung dengan komunitas matematika Yahudi-Hongaria yang terkenal dan menunjukkan bakat luar biasa dalam kompetisi matematika nasional.
Pada tahun 1941, di usia 15 tahun, di tengah meningkatnya sentimen anti-Semit di Hongaria, yang saat itu merupakan sekutu Nazi Jerman, keluarga Peter Lax beremigrasi ke Amerika Serikat. Perjalanan ini dimungkinkan berkat bantuan seorang konsul Amerika di Budapest. Di New York, Peter dengan cepat berintegrasi ke dalam komunitas matematikawan imigran, termasuk Richard Courant, yang kemudian menjadi gurunya dan mentor pentingnya.
Hanya tiga tahun setelah tiba di Amerika, pada tahun 1944, di usia 18 tahun, Peter Lax direkrut ke militer. Takdir membawa pemuda itu ke salah satu proyek ilmiah paling rahasia dan penting dalam sejarah: Proyek Manhattan di Los Alamos pada tahun 1945. Di sana, ia berpartisipasi dalam menghitung reaksi matematika kompleks, yang sangat penting untuk pengembangan bom atom.
Baginya, bekerja dalam tim ilmiah yang luar biasa dengan beragam perspektif, yang bertujuan bukan pada sebuah teorema, tetapi pada sebuah produk, merupakan pengalaman yang "menakjubkan" dan sangat berpengaruh.
Ahli matematika terapan pertama yang menerima penghargaan tersebut, yang dianggap sebagai "Hadiah Nobel Matematika".
Setelah perang, Peter Lax meraih gelar doktornya di Universitas New York dan menjadi profesor di sana. Ia sangat terlibat dengan Institut Courant untuk Ilmu Matematika, tempat ia bertugas sebagai peneliti dan kemudian sebagai direkturnya (1972-1980). Di sanalah ia menjadi pendukung kuat penerapan komputer untuk matematika terapan dan teknik.

Pada tahun 2005, Profesor Lax menjadi ahli matematika terapan pertama yang dianugerahi Hadiah Abel, salah satu penghargaan paling bergengsi dalam matematika, yang sering disebut sebagai "Hadiah Nobel Matematika." Penghargaan tersebut mengakui kontribusinya yang inovatif terhadap teori dan aplikasi persamaan diferensial parsial serta komputasi solusi persamaan tersebut. Karya-karya teoretis utamanya, seperti Prinsip Kesetaraan Lax, Lemma Lax-Milgram, dan teori hamburan Lax-Phillips (yang ditulis bersama Ralph Phillips), masih banyak diterapkan dalam penelitian gelombang, desain aerodinamis, dan peramalan cuaca.
Ketika ditanya tentang perbedaan antara matematika "murni" dan "terapan", Profesor Lax mengutip matematikawan Joe Keller: "Matematika murni adalah cabang dari matematika terapan."
Profesor Lax menyatakan bahwa komputer tidak hanya mempercepat komputasi tetapi, yang lebih penting, memungkinkan para ilmuwan untuk "menggunakan seluruh teori" alih-alih harus "memangkas" masalah agar sesuai dengan metode perhitungan manual. Namun, separuh lainnya (dari peningkatan kecepatan) disebabkan oleh algoritma cerdas, dan dibutuhkan para matematikawan untuk menciptakan algoritma cerdas tersebut.
Sang matematikawan dengan jiwa puitis.
Kontribusi Profesor Lax melampaui penelitian akademis; ia juga memainkan peran penting dalam membentuk kebijakan sains dan teknologi di Amerika Serikat. Ia menjabat sebagai Presiden American Mathematical Society (1977-1980) dan anggota National Science Council (1980-1986). Pada tahun 1982, ia menulis "Laporan Lax," sebuah dokumen penting yang membentuk strategi penelitian komputasi berkinerja tinggi Amerika, yang berdampak besar pada bidang sipil dan militer . Mengenai pencapaian ini, ia dengan cerdas mengutip Emerson: "Tidak ada yang dapat menahan kekuatan sebuah ide yang terlambat sepuluh tahun."
Sepanjang hidupnya, Profesor Lax bukan hanya seorang matematikawan yang luar biasa tetapi juga sosok yang menginspirasi dan guru yang berdedikasi. Sebuah detail menarik yang jarang diketahui orang adalah sisi puitisnya. Ia menyukai puisi, terutama puisi Hungaria dan Inggris, dan bahkan menulis puisi dalam kedua bahasa tersebut. Ia bahkan meringkas hasil matematika dalam bentuk haiku pada tahun 1999, yang menunjukkan interaksi unik antara logika matematika dan emosi puitis dalam dirinya.
Dalam sebuah wawancara, ketika ditanya tentang menulis haiku, Profesor Lax berbagi, "Bahasa matematika sangat ringkas; seperti puisi haiku." Dia mencoba mengungkapkan ide matematika menggunakan haiku.
"Kecepatan bergantung pada ukuran"
Keseimbangan melalui dispersi
Oh, betapa indahnya kesendirian!
Meskipun hidup di masa-masa yang penuh gejolak dan konflik di abad ke-20, Profesor Peter Lax menunjukkan bahwa sains, khususnya matematika, dapat menjadi jembatan yang kuat antara teori dan praktik, antara pemikiran abstrak dan aplikasi yang mengubah dunia . Ia meninggalkan bukan hanya persamaan dan teorema yang menyandang namanya, tetapi juga contoh dedikasi tanpa lelah, kecerdasan yang mendalam, dan jiwa yang kaya. Warisannya akan terus menginspirasi generasi ilmuwan, mengingatkan mereka akan keindahan, kekuatan, dan tanggung jawab pengetahuan.
Sumber: https://khoahocdoisong.vn/chan-dung-gs-peter-lax-than-dong-toan-hoc-the-ky-xx-post1543028.html






Komentar (0)