Profesor Ion Stoica diperkirakan memiliki kekayaan $2,5 miliar setelah berhasil memulai empat perusahaan dengan mahasiswa dan koleganya, termasuk dua "unicorn" Databricks dan Anyscale.
Yang istimewa adalah meskipun ia telah menjadi miliarder, ia masih terikat dengan ruang kuliah, mengajar mahasiswa S1 secara langsung. "Dalam hati saya, saya masih menganggap diri saya seorang akademisi. Uang tidak pernah menjadi tujuan saya. Yang penting adalah menciptakan sesuatu yang bermakna," ujarnya.
Dari laboratorium ke pasar
Profesor Stoica lahir di Rumania, datang ke AS pada akhir 1990-an, mempertahankan gelar doktornya di Carnegie Mellon dan kemudian mengajar di UC Berkeley sejak tahun 2000. Proyek penelitiannya seringkali dengan cepat dikomersialkan.
Startup pertama Profesor Stoica, Conviva, pada tahun 2006 mengembangkan teknologi optimasi TV streaming dan masih beroperasi dengan klien seperti Fox dan Peacock. Startup Profesor Stoica yang paling sukses, Databricks (2013), sebuah platform analitik data besar dan kecerdasan buatan, kini bernilai $62 miliar dan memiliki pendapatan tahunan miliaran dolar.

Menurut Forbes , pada tahun 2019, Profesor Ion Stoica dan para mahasiswanya mendirikan Anyscale, mengembangkan platform Ray untuk membantu para programmer mengembangkan aplikasi AI dengan mudah. Perusahaan tersebut mengumpulkan modal ratusan juta dolar, dan menjadi "unicorn" hanya dalam tiga tahun.
Baru-baru ini, dari sebuah permainan perbandingan chatbot, Stoica dan tim peneliti mengembangkan ChatBot Arena (sekarang LMArena). Ini adalah platform evaluasi model AI yang digunakan oleh "perusahaan besar" seperti OpenAI dan Google. Proyek ini telah berhasil mendapatkan modal investasi sebesar 100 juta dolar AS, dengan nilai total 600 juta dolar AS.
Profesor jutawan itu masih memilih untuk tinggal di ruang kuliah.
Kesamaan dari perusahaan-perusahaan yang didirikan Profesor Stoica adalah bahwa semuanya berawal dari penelitian akademis dan dikembangkan dalam arah sumber terbuka agar dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.
Meskipun pernah menjabat sebagai CEO Databricks, ia segera kembali ke universitas. "Jika saya tinggal lebih lama, saya pasti sudah berhenti kuliah. Saya memilih menjadi mahasiswa," ujarnya. Menurutnya, kreativitas dan semangat berani anak mudalah yang telah membantu banyak ide yang tampaknya "mustahil" menjadi produk nyata.

Sebagai salah satu profesor Berkeley yang paling dihormati, Stoica juga telah memimpin beberapa inisiatif pendanaan swasta untuk mendukung penelitian di tengah pemotongan anggaran. Lebih dari 80 mahasiswa pascasarjananya telah meraih kesuksesan karier di dunia akademis dan perusahaan rintisan, banyak di antaranya kini bekerja di Databricks.
Meskipun mengakui bahwa AI sedang mendisrupsi pasar kerja teknologi, Stoica menyarankan para mahasiswa untuk menerimanya alih-alih takut. "AI adalah alat yang akan mempercepat evolusi manusia dan membuka jalan bagi peradaban antarplanet," ujarnya dengan percaya diri kepada para mahasiswanya.
Sumber: https://vietnamnet.vn/con-duong-tro-thanh-trieu-phu-dola-cua-mot-giao-su-dai-hoc-2436306.html
Komentar (0)