Pada tanggal 1 Agustus, Forum Perdagangan dan Inovasi Berkelanjutan Vietnam-Singapura (STIF 2025) dibuka di kantor Federasi Manufaktur Singapura (SMF). Acara ini diselenggarakan oleh Kantor Perdagangan Kedutaan Besar Vietnam di Singapura bekerja sama dengan Asosiasi Bisnis Kota Ho Chi Minh (HUBA) dan organisasi lainnya.
Menurut Bapak Tran Phuoc Anh, Duta Besar Vietnam untuk Singapura, ekonomi digital dan ekonomi hijau menjadi fokus dalam kerja sama internasional, terutama di kawasan ASEAN. Peluncuran platform e-commerce Vietnamsgp.arobid.com, bertepatan dengan peringatan 52 tahun hubungan diplomatik antara Vietnam dan Singapura, menjadi semakin signifikan. Platform ini akan menjadi alat untuk membantu bisnis di kedua negara mempercepat perdagangan, memanfaatkan peluang transformasi digital, dan berpartisipasi lebih dalam dalam rantai pasokan global.
“Dalam bidang kerja sama dengan Singapura, Vietnam selalu memprioritaskan ilmu pengetahuan dan teknologi, inovasi, transformasi digital, pengembangan e-commerce, blockchain, dan kecerdasan buatan. Ini juga merupakan pilar dalam 'empat resolusi' yang meliputi: Resolusi No. 57 tentang inovasi; Resolusi No. 59 tentang integrasi internasional; Resolusi No. 66 tentang pembuatan undang-undang; dan Resolusi No. 68 tentang pengembangan sektor swasta,” tambah Bapak Tran Phuoc Anh.
Menurut Bapak Tran Phuoc Anh, peluncuran platform digital ini tidak hanya berkontribusi pada pengkonkretan resolusi-resolusi tersebut, tetapi juga menunjukkan tekad kedua negara dalam menciptakan ekosistem perdagangan yang transparan, berkelanjutan, dan modern. Ke depannya, Kedutaan Besar Vietnam di Singapura berkomitmen untuk bekerja sama dengan bisnis dari kedua belah pihak, mendukung inisiatif inovatif, dan dengan demikian berkontribusi pada transformasi hijau dan digitalisasi ekonomi.
Sementara itu, Bapak Nguyen Ngoc Hoa, Ketua HUBA, yang mewakili komunitas bisnis Kota Ho Chi Minh, menyatakan bahwa Kota Ho Chi Minh saat ini menyumbang lebih dari 22% PDB negara dan hampir 17% dari omset ekspornya, serta bertujuan untuk menjadi pusat keuangan, teknologi, dan inovasi regional. Kota ini telah mengidentifikasi tiga pilar: transformasi digital, transformasi hijau, dan integrasi mendalam ke dalam rantai nilai global.
Namun, menurut Bapak Ngoc Hoa, bisnis Vietnam menghadapi banyak tantangan dalam proses restrukturisasi untuk beradaptasi dengan standar internasional, terutama peraturan terkait Mekanisme Penyesuaian Batas Karbon (CBAM) dan lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG). Oleh karena itu, penerapan platform teknologi modern seperti AI dan Big Data melalui platform e-commerce bilateral akan membantu bisnis Vietnam dan Singapura mempercepat konektivitas, mengurangi biaya transaksi, dan mengakses pasar sasaran secara lebih transparan dan efektif.
Mewakili Singapura, Bapak Lennon Tan, Ketua Federasi Manufaktur Singapura (SMF), menyatakan bahwa SMF menyatukan bisnis manufaktur dari 10 industri utama dan memandang Vietnam sebagai tujuan yang menarik dalam strateginya untuk memperluas rantai pasokan dan berinvestasi. Banyak bisnis Singapura memilih Vietnam bukan hanya untuk manufaktur tetapi juga untuk terhubung dengan pasar ASEAN dan sekitarnya.
Selain itu, Singapura memiliki sistem logistik yang optimal, khususnya dalam manajemen rantai dingin dan perdagangan elektronik lintas batas, yang sangat penting bagi Vietnam dalam konteks persyaratan yang semakin ketat terkait asal produk, standar emisi, dan logistik berkelanjutan.
“Transformasi digital bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan vital bagi bisnis Vietnam untuk berintegrasi sepenuhnya. Platform seperti Vietnamsgp.arobid.com adalah jembatan digital yang mempromosikan perdagangan cerdas dan pembangunan berkelanjutan antara kedua negara,” tambah Bapak Nguyen Ngoc Hoa.
Menurut Bapak Cao Xuan Thang, Konselor Komersial dan Kepala Kantor Perdagangan Vietnam di Singapura, Singapura merupakan pusat perdagangan strategis bagi bisnis Vietnam, dengan impor tahunan mencapai 400-500 miliar SGD. Sekitar 60% dari jumlah tersebut diekspor kembali ke negara ketiga. Namun, ekspor Vietnam saat ini hanya mencapai 8-9 miliar SGD per tahun, yang menunjukkan potensi yang belum dimanfaatkan secara signifikan.
Selain barang-barang industri seperti komponen elektronik dan mesin, Singapura memiliki permintaan yang besar untuk produk pertanian dan makanan. Beras Vietnam sangat dihargai karena kualitasnya, tetapi sebagian besar dijual dengan merek importir Singapura. Demikian pula, makanan laut Vietnam sesuai dengan selera beragam masyarakat Singapura, tetapi untuk memperluas pangsa pasar, bisnis perlu fokus pada pengemasan, pelabelan, informasi yang transparan, dan terutama sertifikasi Halal untuk melayani konsumen Muslim.
Untuk memanfaatkan peluang ini, Bapak Cao Xuan Thang menyarankan agar bisnis Vietnam mengubah pendekatan mereka terhadap promosi perdagangan, aktif berpartisipasi dalam pameran dan ekshibisi perdagangan internasional di Singapura; proaktif menjalin hubungan dengan Kantor Perdagangan Vietnam; dan berpartisipasi dalam program B2B Matching untuk mengakses ekosistem pembelian global. Dengan persiapan yang matang dan arahan yang tepat, barang-barang Vietnam dapat sepenuhnya mendominasi pasar Singapura dan berekspansi ke wilayah tersebut.
Sumber: https://doanhnghiepvn.vn/doanh-nhan/day-manh-giao-thuong-giua-doanh-nghiep-viet-nam-va-singapore/20250802062732873






Komentar (0)