Haruskah siswa sekolah dasar belajar tentang AI?
Saat ini, opini publik tertarik untuk memasukkan teknologi AI ke dalam pengajaran di sekolah dasar. Khususnya, terdapat usulan dari Bapak Truong Gia Binh, Ketua Dewan DireksiFPT Corporation, Kepala Departemen Riset Pengembangan Ekonomi Swasta, tentang "mempopulerkan AI" dengan memasukkan AI ke dalam program pendidikan sejak kelas 1 SD untuk mewujudkan tujuan Vietnam segera menjadi negara AI. Sebagian orang tua mendukung pendekatan teknologi sejak dini, sementara banyak orang yang mengkhawatirkan dampak tak terduga terhadap perkembangan anak usia dini.
Banyak pendapat menyatakan bahwa pada usia sekolah dasar (6-10 tahun), anak-anak berada dalam periode perkembangan yang pesat dalam hal berpikir kreatif, keterampilan komunikasi, dan pembelajaran melalui pengalaman praktis. Paparan dini terhadap AI, yang merupakan teknologi kompleks, dapat membuat anak-anak bergantung, mengurangi kemampuan berpikir mandiri, dan membatasi keterampilan sosial mereka jika didekati secara tidak tepat. Selain itu, anak-anak usia dini belum memiliki dasar yang cukup untuk memahami mekanisme kerja atau konsekuensi penggunaan AI. Jika tidak dibimbing dengan cermat, anak-anak mudah menerima informasi secara pasif, sehingga tidak memiliki kemampuan untuk mengkritik dan memverifikasi.
Oleh karena itu, pengajaran AI kepada siswa sekolah dasar harus dilakukan dengan cermat dan selektif. Alih-alih mengajarkan secara mendalam, banyak ahli berpendapat bahwa kita sebaiknya memulai dengan keterampilan dasar seperti berpikir logis, pemecahan masalah, dan etika teknologi, sambil mempertimbangkan usia yang tepat untuk mempelajari AI. Pendidikan AI seharusnya tidak membuat anak-anak bergantung pada teknologi, tetapi harus mengarahkan AI sebagai alat untuk mendukung kreativitas dan pembelajaran. Merupakan tanggung jawab sekolah, orang tua, dan masyarakat untuk membina generasi warga teknologi yang sadar, bertanggung jawab, dan manusiawi.
Bahaya tersembunyi dari tren pembelajaran teknologi melalui TikTok
Meskipun AI belum secara resmi dimasukkan dalam kurikulum pendidikan umum, anak-anak saat ini dapat dengan mudah mengakses teknologi ini melalui Internet dan jejaring sosial.
Di antara berbagai platform, TikTok menjadi "ruang kelas digital" yang populer bagi anak-anak, pelajar, dan remaja dalam mengakses pengetahuan teknologi baru. Video berdurasi kurang dari 60 detik memberikan pengetahuan mulai dari pemrograman, AI, desain, hingga kiat penggunaan perangkat lunak. Kontennya yang ringkas, intuitif, dan mudah diakses membuat banyak anak tertarik untuk menjelajahi teknologi tanpa perlu latar belakang profesional. Dengan kebiasaan mengonsumsi konten dengan cepat dan fleksibel, TikTok telah menggantikan sebagian peran buku tradisional dalam membangkitkan rasa ingin tahu.
Namun, bentuk pembelajaran ini juga menimbulkan banyak kekhawatiran. Ketika pengetahuan dipadatkan agar sesuai dengan durasi yang singkat, informasi mudah disederhanakan atau disalahpahami. Anak-anak dengan fondasi kognitif yang belum lengkap mudah berada dalam kondisi "pemahaman yang samar", terutama dengan topik-topik kompleks seperti AI. Selain itu, fakta bahwa siapa pun dapat mengunggah konten di jejaring sosial membuat kualitas informasi sulit dikontrol. Metode pembelajaran melalui TikTok seringkali tidak memiliki sistem dan peta jalan yang jelas, sehingga perolehan pengetahuan menjadi terfragmentasi dan tidak terhubung.
Singkatnya, mengajarkan AI kepada anak-anak dapat menjadi peluang berharga untuk membekali generasi mendatang dengan keterampilan yang dibutuhkan di era digital. Jika didekati dengan tepat, anak-anak tidak hanya akan belajar cara menggunakan teknologi secara efektif, tetapi juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan pemecahan masalah—faktor-faktor penting yang membantu negara membangun sumber daya manusia berkualitas tinggi di bidang teknologi. Khususnya, pengajaran AI kepada anak-anak perlu ditempatkan dalam konteks yang sesuai usia, dengan orientasi yang jelas dan pengawasan ketat dari orang tua, sekolah, serta lembaga profesional dan manajemen.
Sumber: https://baophapluat.vn/day-tre-em-hoc-ai-co-hoi-hay-moi-lo-tiem-an-post550554.html










Komentar (0)