Lahir pada tahun 1956 di Desa Thanh Ha, Kecamatan Trung Kenh, Provinsi Bac Ninh , sebuah negeri yang kaya akan tradisi budaya dan budaya rakyat, sejak usia muda, Luu Quang Lam memutuskan untuk menekuni seni. Ia menempuh pendidikan dari sekolah dasar, menengah, hingga Universitas Seni Rupa Vietnam dan lulus dengan gelar sarjana seni rupa. Di sana, ia belajar dengan guru-guru seni rupa terkemuka Vietnam seperti Profesor Tran Dinh Tho, pelukis Nguyen Thu, Tran Luu Hau, Pham Cong Thanh, dan Le Anh Van... Masa-masa tersebut telah memberikan fondasi yang kokoh bagi Luu Quang Lam untuk melangkah lebih jauh di masa depan.

Pelukis Luu Quang Lam (kiri) dan penulis Nguyen Hai.

Meskipun belum pernah terjun ke medan perang, dalam benak dan hati seniman Luu Quang Lam, citra prajurit Paman Ho selalu menjadi simbol yang indah, mulia, dan sakral. Selama lebih dari 40 tahun berkarya seni, ia telah dengan tenang dan gigih menggambarkan citra prajurit di berbagai periode dan ruang sejarah, sebagai ungkapan rasa terima kasih yang mendalam kepada mereka yang telah berkorban dan berkontribusi bagi Tanah Air.

Baginya, memilih topik ini merupakan dorongan batin, hasil dari bertahun-tahun menjalani, belajar, merenungkan, dan terlibat dalam realitas kehidupan prajurit. Keterikatannya pada topik ini dimulai pada akhir 1990-an ketika ia berkesempatan mengikuti berbagai kamp kreatif yang diselenggarakan oleh Kementerian Pertahanan Nasional dan Asosiasi Seni Rupa Vietnam. Kunjungan lapangan ke medan perang kuno dari Dien Bien, Truong Son, Persimpangan Dong Loc, hingga pulau-pulau pos terdepan membantunya merasakan lebih dalam kehidupan prajurit, tidak hanya di masa perang tetapi juga di masa damai.

Di sana, ia berkesempatan bertemu dengan para saksi sejarah dan mendengarkan kisah nyata para veteran, pasukan khusus, penjaga perbatasan, dan prajurit angkatan laut. Dari kenangan-kenangan tersebut, seniman Luu Quang Lam secara bertahap menciptakan lukisan-lukisan yang tak hanya menggambarkan sejarah, tetapi juga sangat mencerminkan semangat dan mentalitas para prajurit.

Pelukis Luu Quang Lam menciptakan lukisan.

Dalam genre lukisan bertema perang revolusioner, seniman Luu Quang Lam tidak mengikuti bentuk "teriakan slogan" atau ilustrasi yang kering. Ia memilih untuk berekspresi melalui adegan-adegan yang dekat dan familiar, dengan komposisi yang koheren, bahasa visual yang halus, warna-warna hangat, dan ekspresi karakter yang tulus. Semua karyanya memiliki napas rasa hormat, emosi yang nyata, bukan deskripsi yang "dipaksakan".

Karya "Kenangan Dien Bien Phu" merupakan contoh khas kemampuan memadukan materi tradisional dengan konten revolusioner modern. Dalam karya ini, penonton merasakan gema heroik tentara dan rakyat kita dalam proses melawan kolonialisme Prancis dan puncak pertempuran Dien Bien Phu pada tahun 1954. Dari momen-momen ketika para nenek, ibu, dan istri mengantar tentara ke garis depan, hingga momen-momen ketika tentara melintasi gunung dan hutan; para milisi, gerilyawan, membawa makanan, mengangkut senjata, mendaki celah, mengarungi sungai bersama-sama ke garis depan; pertempuran sengit yang berujung pada kemenangan besar tentara dan rakyat kita; gambaran seorang ibu yang menyambut tentara ketika mereka kembali, dipenuhi dengan cinta antara tentara dan rakyat. Itulah gambaran iman, tekad, dan solidaritas seluruh rakyat Vietnam. Oleh karena itu, karya ini bukan hanya catatan sejarah perang, tetapi juga menjadi simbol agung semangat kebangsaan.

Karya "Kenangan Dien Bien Phu".

Mudah terlihat bahwa dalam lukisan-lukisan seniman Luu Quang Lam tidak ada gambar-gambar cerah dan berwarna-warni. Ia memilih warna-warna gelap, cokelat, dan kuning tanah—warna-warna nostalgia, kedalaman waktu. Para prajurit dalam lukisannya tampak sederhana, sehari-hari, terkadang berupa gambaran seorang prajurit yang sedang beristirahat di tepi sungai, terkadang gambaran seorang ibu tua yang mengantar putranya ke militer, terkadang siluet seorang prajurit yang sedang menyapu dedaunan kuning di depan makam para martir...

Begitulah cara seniman Luu Quang Lam bercerita dengan penuh rasa hormat, simpati terhadap nasib para prajurit, dan kasih sayang yang mendalam terhadap sejarah. "Saya melukis para prajurit bukan hanya untuk memuji, tetapi juga untuk mengingatkan dan menunjukkan rasa terima kasih. Karena mereka hidup dan berkorban agar kita bisa memiliki hari ini. Melukis adalah cara untuk melestarikan kenangan, melestarikan kesadaran, dan juga untuk memastikan generasi mendatang tidak lupa," ujarnya.

Karya "Bunga Putih".

Meski telah berusia 70 tahun, seniman Luu Quang Lam masih rutin berkarya, berpartisipasi dalam kamp kreatif, serta kegiatan Asosiasi Seni Rupa Vietnam dan Asosiasi Sastra dan Seni Provinsi Bac Ninh. Seniman Luu Quang Lam berkata: "Saya terus mengeksploitasi karya-karya tentang kehidupan sehari-hari para ibu dan saudara perempuan pascaperang untuk menunjukkan rasa hormat, rasa terima kasih, dan menghormati pengorbanan serta kehilangan yang dialami para prajurit di garis depan."

Dapat dikatakan bahwa setiap karya seniman Luu Quang Lam adalah sebuah dupa, persembahan yang tulus kepada generasi sebelumnya - orang-orang yang membuat sejarah dengan darah dan air mata, sehingga saat ini, para seniman dapat melukis dengan warna dan cahaya.

    Sumber: https://www.qdnd.vn/van-hoa/van-hoc-nghe-thuat/de-tai-luc-luong-vu-trang-qua-tranh-ve-cua-hoa-si-luu-quang-lam-1015508