Itulah pengalaman yang diperoleh Ibu Tran Thi Thu Hong (37 tahun, tinggal di dusun Phu Ninh, kecamatan Phu Duc, kabupaten Chau Thanh, provinsi Ben Tre ), dari proses merintis usahanya.
Masalah "panen melimpah, harga rendah" sungguh menghantui.
Ibu Tran Thi Thu Hong mengaku bahwa sejak kecil, gambaran kebun rambutan merah matang telah terpatri kuat di benaknya. Keluarganya juga memiliki kebun dengan lebih dari 50 pohon rambutan Jawa yang ditanam oleh kakek-neneknya dan hampir 200 pohon rambutan lengkeng yang ditanam oleh orang tuanya.
Seiring berjalannya waktu, banyak keluarga yang terpaksa menebang pohon rambutan di kebun mereka untuk menanam pohon buah-buahan lain karena masalah "panen bagus, harga murah".
Pada tahun 2016, saat berencana kuliah di luar negeri, Ibu Hong mulai mencoba mengolah rambutan untuk dikonsumsi. Setelah banyak percobaan, ia menemukan cara membuat selai dengan daging buah yang harum, kenyal, dan biji yang dapat dimakan.
Melihat kerabat dan teman-temannya memuji kelezatan selai tersebut, ia pun memberanikan diri untuk membuatnya dalam jumlah besar dan mengunggah informasinya secara daring untuk dijual. Saat liburan Tet tahun itu, ia berhasil menjual selai rambutan dalam jumlah besar. Kesuksesan awal inilah yang membuatnya memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah di luar negeri, melainkan memulai bisnis di tanah kelahirannya.
Di awal-awal usahanya, Ibu Hong mengerjakan semuanya sendiri, tetapi kesulitannya semakin menumpuk. Karena tidak memiliki resep standar, banyak selai yang harus dibuang karena kualitasnya yang tidak konsisten. Pada tahun 2018, ia berpartisipasi dalam proyek adaptasi perubahan iklim di Delta Mekong dan mendapatkan pengering dan penyedot debu.
Sejak saat itu, produksi keluarga tidak lagi bergantung pada cuaca dan menghemat tenaga kerja. Namun, kesulitan tidak berhenti di situ. Ketika produksi telah stabil, kekeringan parah dan salinitas menyebabkan kerusakan pada banyak area tanaman, termasuk rambutan, di daerah tersebut. Tanpa bahan baku, keluarga Ibu Hong terpaksa berproduksi dengan tingkat produksi sedang.
Fasilitas milik Ibu Hong telah menciptakan lapangan kerja bagi banyak pekerja lokal.
Di saat yang sama, pandemi Covid-19 melanda, menambah kesulitan yang dihadapi. Namun, ia tidak menyerah dan tetap teguh pada jalan yang telah dipilihnya.
Merek produk Ibu
Karena kelangkaan rambutan, Ibu Hong juga memproduksi pisang kering berlapis wijen kelapa, selai kumquat, nanas, asam jawa, dan star gooseberry. Dengan kualitas yang semakin baik, dikombinasikan dengan partisipasi dalam kompetisi startup, pameran, dan sebagainya, produk-produk dengan merek "Rambutan Ibu Chin" telah dikenal dan diterima oleh banyak konsumen.
"Saya menamai merek produk ini dengan nama ibu saya. Namanya bernuansa Barat, terdengar manis dan akrab. Saya berharap anak-anak dan cucu-cucu saya akan selalu mengingat ibu dan nenek yang begitu membimbing dan mencintai saya," ujar Ibu Hong.
Hingga kini, produk-produk fasilitas "Rambutan Co Chin" tidak hanya dikonsumsi di dalam negeri tetapi juga diekspor ke luar negeri. Banyak produk fasilitas ini telah meraih sertifikat "One Commune One Product" (OCOP). Fasilitas ini menciptakan lapangan kerja bagi 4-10 pekerja lokal, tergantung waktu.
Menurut Ibu Hong, selama proses memulai usaha, ia menghadapi banyak kesulitan, tetapi ia tidak pernah berpikir untuk menyerah. Usaha rintisan yang sukses tidak hanya membantu mengembangkan ekonomi keluarga, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan hasil produksi bagi petani lokal.
Saya memulai bisnis saya dari nol, jadi saya harus melangkah perlahan. Saat ini, fasilitas kami memiliki cukup mesin untuk mendukung produksi. Jika ada pesanan besar, saya akan membeli lebih banyak mesin yang sesuai. Saya pikir untuk memulai bisnis yang sukses, kita harus berkomitmen dan tekun di jalan yang telah kita pilih.
Selain itu, perlu ada seseorang yang membimbing dan mendukung keterampilan serta pengetahuan, terutama saat menghadapi kesulitan. Di awal-awal memulai bisnis, Anda akan menghadapi banyak kesulitan, dan jika tidak memiliki tekad, mudah untuk menyerah di tengah jalan.
"Selain itu, ketika memulai bisnis, Anda juga membutuhkan dukungan keluarga dan dalam konteks saat ini, Anda perlu tahu cara memanfaatkan dan memanfaatkan teknologi serta berjualan di platform jejaring sosial," tegas Ibu Hong.
[iklan_2]
Sumber: https://phunuvietnam.vn/de-khoi-nghiep-thanh-cong-can-kien-tri-voi-con-duong-minh-da-chon-20240715134830771.htm






Komentar (0)