Ibu My mengajarkan lagu pengantar tidur kepada anak-anak di desa. |
Melestarikan lagu pengantar tidur di desa
Nyonya My bukanlah satu-satunya orang yang tahu cara menyanyikan lagu nina bobo di desa, tetapi mungkin dialah yang paling banyak melestarikan lagu nina bobo kuno suku Tay. Baginya, lagu nina bobo bukan sekadar kebiasaan, melainkan bagian dari identitas budaya, yang melanjutkan nilai-nilai tradisional peninggalan kakek-nenek dan orang tuanya. Setiap kali ia menggendong cucunya, atau di waktu luangnya, lagu nina bobo bergema di rumah panggung kecilnya, sebagai cara untuk menghubungkan satu generasi dengan generasi lainnya.
Dulu, Ibu saya sering menggendong saya di punggungnya untuk menidurkan saya saat bekerja. Saudara-saudara saya pun melakukan hal yang sama, Ibu saya masih menggendong saya di punggungnya untuk menyanyikan lagu pengantar tidur yang menyentuh hati. Kemudian, cucu-cucu saya juga terhanyut dalam lagu pengantar tidur itu. Saya begitu sering mendengarkannya sehingga saya tahu, mengingat, dan menyanyikannya sendiri,” ujar Ibu My.
Di sore yang tenang, lagu pengantar tidur terkadang terdengar lembut, terkadang tergesa-gesa, bagaikan langkah kaki yang bekerja keras di ladang, membawa serta kisah-kisah kehidupan yang sederhana, sederhana namun mendalam. Lagu pengantar tidur ini tidak hanya membantu anak-anak tidur nyenyak, tetapi juga mengandung pengetahuan, pelajaran tentang pekerjaan, cinta keluarga, dan rasa syukur terhadap alam.
Nyonya My mengatakan bahwa dalam masyarakat Tay kuno, setiap lagu pengantar tidur bukan hanya lagu pengantar tidur untuk menidurkan anak, tetapi juga berisi mimpi-mimpi sederhana sang ibu dan nenek. Di antaranya, ada mimpi tentang kehidupan yang utuh, tentang sawah, kerbau, dan sore hari saat panen dan menumbuk padi. Lagu pengantar tidur seperti:
“…Sesendok sutra memenuhi dua lipatan baju/Burung pipit punya tujuh anak ayam/Satu pergi mencuci popok/Satu pergi memasak, menunggu ibu pulang…”
Oleh karena itu, lagu nina bobo tidak hanya digunakan untuk menidurkan anak, tetapi juga sebagai metode pendidikan . Anak-anak sejak lahir telah diajarkan cara hidup, cara mencintai, dan menghargai nilai-nilai kehidupan. Lagu-lagu tersebut mungkin sederhana, tetapi merupakan pelajaran berharga untuk disampaikan kepada anak-anak.
Ibu My tampil pada Upacara Penerimaan Warisan Budaya Takbenda "Seni pertunjukan rakyat lagu pengantar tidur masyarakat Tay di kelurahan Giao Hieu" (sekarang kelurahan Bang Thanh). |
Pewaris "tiga tidak" dan perjalanan melestarikan warisan
Belakangan ini, lagu nina bobo semakin jarang. Banyak anak tidak lagi dibuai nenek atau ibu mereka. Sebagai gantinya, ada telepon dan televisi. Bu My khawatir: "Tak seorang pun ingat, tak seorang pun bernyanyi. Kehilangan lagu nina bobo, kehilangan akar kita." Maka ia pun mulai mengajar. Tak ada kertas atau pena, tak ada ruang kelas. Selama ada yang ingin belajar, ia akan mengajar, terkadang di rumah, terkadang di halaman, bahkan sambil bernyanyi di ladang. Orang-orang memanggilnya "orang yang mewariskan tiga larangan": tak ada pelatihan, tak ada jemput atau antar, tak ada penyembunyian keahlian.
Lagu nina bobo tidak hanya dinyanyikan saat pengajian, tetapi juga dinyanyikan pada acara-acara khusus – seperti upacara bulan penuh kelahiran bayi.
Pada hari ulang tahunnya yang genap sebulan, Hoang Dinh An, putra Hoang Van Su di Desa Na Hin, diundang oleh keluarganya untuk menyanyikan lagu nina bobo sebagai perayaan. Di rumah panggung yang dipenuhi kerabat dari kedua belah pihak, Nyonya My duduk menggendong bayi itu dan bernyanyi lembut seolah bernapas:
“Lullaby… sayang… sayang, tidurlah/Tidurlah dengan nyenyak, tidurlah dengan tenang/Di hari yang baik, aku akan menggendongmu di punggungku untuk menjual air mata/Agar mulai sekarang kamu aman/… Semoga kalian, kakek dan nenek, cepat dewasa/Setiap hari kalian akan tumbuh besar seperti pohon beringin…”.
Kini, meski usianya sudah lanjut, Bu My masih mempertahankan kebiasaan menyanyikan lagu nina bobo. Terkadang ia bernyanyi untuk cucu-cucunya, terkadang ia bernyanyi untuk mengenang syair-syair lama. Ia dengan antusias mengajar siapa pun yang ingin belajar. Ia berkata: "Selama saya masih ingat, saya akan terus bernyanyi. Selama masih ada yang mendengarkan, saya akan terus mengajar." Itu saja sudah cukup untuk melestarikan sebuah ciri budaya di desa ini...
Dengan nilai-nilai yang berharga tersebut, pada tanggal 1 Juni 2023, lagu pengantar tidur masyarakat Tay di kelurahan Giao Hieu (sekarang kelurahan Bang Thanh) dimasukkan dalam Daftar Warisan Budaya Takbenda Nasional oleh Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata.
Sumber: https://baothainguyen.vn/van-hoa/202507/de-loi-ru-con-mai-0a0199e/
Komentar (0)