Kementerian Pendidikan dan Pelatihan telah mengirimkan kepada Pemerintah sebuah Pengajuan mengenai rancangan amandemen dan suplemen sejumlah pasal dalam Keputusan Presiden Nomor 81 (yang diterbitkan tahun 2021) yang mengatur mekanisme pemungutan dan pengelolaan biaya pendidikan pada perguruan tinggi dan daerah di seluruh negeri.
Dalam pengajuan tersebut, Kementerian Pendidikan dan Pelatihan mengusulkan agar Pemerintah mengizinkan penerapan Peraturan Menteri Pendidikan dan Pelatihan Nomor 81, tetapi menunda peta jalan biaya kuliah perguruan tinggi negeri selama 1 tahun, dengan tetap menjaga kestabilan biaya kuliah prasekolah, pendidikan umum, dan pendidikan vokasi (VET). Jika suatu tempat secara tidak sengaja menaikkan biaya kuliah prasekolah, pendidikan umum, dan VET, anggaran harus mengkompensasi kenaikan tersebut.
Kementerian Pendidikan dan Pelatihan mengusulkan bahwa di tempat-tempat di mana biaya pendidikan untuk prasekolah umum, pendidikan umum, dan pendidikan kejuruan meningkat, negara harus memberikan kompensasi atas kenaikan tersebut.
Khusus untuk prasekolah dan pendidikan umum, sekolah yang belum menanggung biaya rutinnya akan mempertahankan biaya pendidikan untuk tahun ajaran 2023-2024 pada tingkat yang sama dengan biaya pendidikan untuk tahun ajaran 2021-2022 yang dikeluarkan oleh Dewan Rakyat Provinsi dan berlaku di daerah setempat.
Sekolah yang telah menjamin biaya tetap dan biaya investasi wajib menetapkan biaya pendidikan berdasarkan norma ekonomi , norma teknis, dan norma biaya, kemudian mengajukannya kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk mendapat pertimbangan dan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Terkait pendidikan vokasi, biaya pendidikan (SPP) lembaga pendidikan negeri tahun ajaran 2023-2024 akan tetap stabil pada tingkat SPP tahun ajaran 2022-2023 yang ditetapkan oleh sekolah. Negara akan memberikan kompensasi pembebasan dan pengurangan SPP sesuai dengan tingkat SPP aktual lembaga pendidikan vokasi, hingga batas maksimum SPP tahun ajaran 2022-2023 bagi lembaga pendidikan vokasi negeri yang belum menanggung biaya rutin dan biaya investasinya.
Apabila Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi dan lembaga pendidikan telah menetapkan kerangka acuan atau tingkatan biaya pendidikan untuk tahun ajaran 2023-2024 sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 81 dengan biaya pendidikan yang meningkat dibandingkan tahun ajaran 2021-2022, APBD wajib menanggung selisih kenaikan tersebut dibandingkan dengan penerimaan biaya pendidikan untuk tahun ajaran 2021-2022. Tingkat dukungan untuk setiap lembaga pendidikan akan dipertimbangkan dan diputuskan oleh pemerintah daerah.
Dalam hal Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan lembaga pendidikan telah menetapkan kerangka acuan atau tingkat pemungutan biaya pendidikan tahun ajaran 2023-2024 sesuai ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 81 dengan besaran biaya pendidikan yang mengalami kenaikan dibandingkan tahun ajaran 2021-2022, namun anggaran pendapatan dan belanja daerah tidak menjamin adanya selisih tambahan dibandingkan tingkat pemungutan biaya pendidikan tahun ajaran 2021-2022, maka harus dilakukan penyesuaian sesuai dengan ketentuan Pemerintah tentang perubahan dan penambahan Peraturan Pemerintah Nomor 81.
Kementerian Pendidikan dan Pelatihan menyatakan bahwa saat ini, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di beberapa provinsi dan kota telah mengeluarkan keputusan tentang biaya pendidikan (SPP) untuk tahun ajaran 2023-2024 (naik dibandingkan SPP tahun ajaran 2021-2022). Namun, pemerintah daerah belum mengeluarkan keputusan tentang dukungan SPP, sehingga SPP yang harus dibayarkan siswa akan meningkat dibandingkan SPP tahun ajaran 2021-2022. Oleh karena itu, Kementerian Pendidikan dan Pelatihan mengusulkan untuk melengkapi peraturan tersebut agar SPP yang harus dibayarkan siswa untuk tahun ajaran 2023-2024 tidak meningkat dibandingkan SPP tahun ajaran 2021-2022.
Diketahui bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81, untuk jenjang prasekolah dan pendidikan umum, mulai tahun ajaran 2023-2024, besaran biaya pendidikan akan disesuaikan dengan kondisi sosial ekonomi setempat, laju pertumbuhan indeks harga konsumen, laju pertumbuhan ekonomi tahunan, dan kemampuan membayar masyarakat, namun tidak melebihi 7,5% per tahun. Untuk menjaga kestabilan biaya pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Pelatihan mengusulkan untuk mengubah peraturan ini ke arah yang telah disebutkan sebelumnya.
[iklan_2]
Tautan sumber






Komentar (0)