
Cuc Phuong - taman nasional pertama Vietnam, didirikan pada tahun 1962 - adalah destinasi yang membuat siapa pun yang mencintai alam berhenti sejenak. Dengan lebih dari 22.000 hektar hutan purba yang terletak di antara tiga provinsi: Ninh Binh, Phu Tho (sebelumnya provinsi Hoa Binh ), dan Thanh Hoa, tempat ini bagaikan "museum hidup" ekosistem, yang misterius sekaligus megah. Namun, lebih dari sekadar angka dan gelar, Cuc Phuong menghadirkan pengalaman yang dapat menyentuh emosi, sehingga siapa pun yang pernah ke sana akan mengingatnya selamanya.

Lebih dari 60 tahun sejak didirikan, Cuc Phuong masih mempertahankan keindahan alamnya yang murni dan keanekaragaman hayatinya yang paling tinggi di Vietnam. Foto: Taman Nasional Cuc Phuong
Jalan menuju hutan Cuc Phuong di pagi hari di awal Oktober seakan membuka dunia lain. Di permukaan jalan yang masih basah oleh embun, setiap sinar matahari menembus rimbunan tajuk pohon, mengalir turun membentuk garis-garis kuning pucat. Kicau burung, desiran angin, dan bangunnya serangga berpadu menjadi melodi liar, menuntun orang-orang perlahan menjauh dari hiruk pikuk kota untuk membenamkan diri dalam ruang alam yang segar.
Di bawah kanopi hutan berusia seribu tahun
Kesan pertama saat memasuki Cuc Phuong adalah suasana sejuk dan menyenangkan. Batang-batang pohon raksasa menjulang tinggi ke langit biru, dengan akar-akar kasar berlumut dan dedaunan rimbun yang menaungi. Melangkah lebih dalam, pengunjung akan menemukan pohon Chò berusia ribuan tahun - simbol Taman Nasional ini. Dengan tinggi lebih dari 50 meter, batang pohon ini begitu besar sehingga beberapa orang tak mampu memeluknya, pohon Chò berdiri di sana bak saksi bisu sejarah. Menatap ke atas, setiap orang dapat merasakan betapa kecilnya manusia di hadapan keagungan alam.

Pohon akasia berusia ribuan tahun. Foto: Taman Nasional Cuc Phuong
Tak hanya pepohonan purba, tempat ini juga menyimpan banyak gua purba yang berkaitan dengan jejak-jejak manusia prasejarah. Gua Manusia Purba, Gua Con Moong, atau Gua Thuy Tien semuanya berisi peralatan batu, tulang, dan kerang... yang menunjukkan jejak kehidupan manusia puluhan ribu tahun lalu. Memasuki gua-gua yang dingin dan lembap, dengan sorotan senter yang menyapu stalaktit yang berkilauan, pengunjung seakan kembali ke masa lalu, menyentuh napas purba negeri ini.
Jika di siang hari Cuc Phuong memukau dengan keindahannya yang megah, di malam hari ia membuka dunia yang sama sekali berbeda. Dalam kegelapan, kicauan serangga, kicauan jangkrik, terkadang bercampur dengan suara misterius hewan liar, membuat siapa pun yang baru pertama kali mengalaminya merasa bersemangat. Berjalan bersama pemandu wisata di malam hari, senter tiba-tiba memantulkan mata berbinar seekor hewan kecil di semak-semak, membuat seluruh rombongan terdiam lalu berseru kegirangan.

Pada malam musim panas, jutaan kunang-kunang menerangi seluruh hutan secara bersamaan. Foto: Taman Nasional Cuc Phuong
Pada malam-malam musim panas, terutama sekitar bulan Mei dan Juni, Cuc Phuong juga memberikan hadiah istimewa bagi para pengunjung: jutaan kunang-kunang secara bersamaan menerangi seluruh hutan. Titik-titik cahaya kuning kecil berkibar di kegelapan, membuat hutan tampak seperti galaksi yang berkilauan. Duduk diam di lereng, menyaksikan kunang-kunang terbang dan mendengarkan gemerisik dedaunan, orang-orang dengan mudah melupakan konsep waktu.
Pengalaman lain yang tak boleh dilewatkan adalah musim kupu-kupu putih yang jatuh pada bulan April dan Mei setiap tahunnya. Puluhan ribu kupu-kupu terbang berkelompok, menyelimuti jalan setapak di hutan dengan warna putih. Di tengah "hujan kupu-kupu", pengunjung merasa seperti tersesat di negeri dongeng. Kupu-kupu hinggap di bahu, terbang mengikuti setiap gerakannya, begitu lembut dan murni hingga kita ingin melangkah dengan sangat pelan agar tidak merusak "mimpi liar" tersebut. Banyak orang menganggap musim ini sebagai "musim festival alam", sebuah hadiah unik yang diberikan Cuc Phuong kepada para pecinta hutan.

Musim kupu-kupu putih. Foto: Taman Nasional Cuc Phuong.
Pesan dari hutan
Selain lanskapnya yang megah, Taman Nasional Cuc Phuong juga terkenal dengan pusat konservasi dan penyelamatan satwa langka. Pusat penyelamatan primata ini memelihara dan melestarikan spesies langka seperti lutung Delacour—yang kini jumlahnya hanya sedikit. Selain itu, terdapat pula pusat konservasi penyu dan karnivora kecil, tempat pengunjung dapat menyaksikan kerja keras para ilmuwan dan relawan yang tekun dan tanpa suara. Setiap satwa di sini memiliki kisahnya sendiri, yang mengingatkan kita akan rapuhnya alam dan upaya konservasi manusia.
Tak hanya hutan, zona penyangga di sekitar Cuc Phuong juga menawarkan pengalaman budaya yang kental dengan identitas lokal. Masyarakat Muong yang tinggal di sini dengan cerdik memadukan wisata komunitas dengan budaya tradisional. Di malam hari, pengunjung dapat menikmati nasi bambu, ayam bakar, minum arak beras, dan menari mengelilingi api unggun. Suara gong dan tawa menjadikan perjalanan tak hanya berhenti di alam, tetapi juga pertemuan hangat dengan penduduk setempat.

Lutung putih - primata langka. Foto: Taman Nasional Cuc Phuong

Lebih dari 60 tahun sejak didirikan, Cuc Phuong masih mempertahankan keindahan alam dan keanekaragaman hayatinya yang murni, yang terbanyak di Vietnam. Namun, di bawah tekanan perubahan iklim, eksploitasi, dan pariwisata yang tak terkendali, ekosistem di sini juga menghadapi banyak tantangan. Oleh karena itu, setiap langkah memasuki hutan hijau ini menjadi pengingat: Jagalah hutan tetap hijau selamanya, agar generasi mendatang dapat melihat kunang-kunang di musim panas, kupu-kupu putih di musim semi, dan bayangan pohon akasia berusia ribuan tahun.
Meninggalkan Cuc Phuong, banyak orang masih membawa gema kicau burung yang tersembunyi di balik semak-semak, cahaya kunang-kunang di malam hari, dan aroma kayu hutan yang menyengat. Sebagian orang menyebut tempat ini "paru-paru hijau" Utara, sementara yang lain membandingkannya dengan kisah alam yang epik. Namun, bagi siapa pun yang pernah menginjakkan kaki di sini, Cuc Phuong adalah pengalaman yang tak terlupakan - di mana Anda tak hanya melihat hutan, tetapi juga merasakan napas murni ibu pertiwi.
Sumber: https://vtv.vn/den-cuc-phuongcham-vao-nhip-tho-cua-thien-nhien-100251009160252337.htm
Komentar (0)