Kementerian Luar Negeri Rusia telah mencabut surat kepercayaan diplomatik enam diplomat Inggris atas dugaan spionase dan "ancaman keamanan" Moskow.
Kedutaan Besar Inggris di Moskow, Rusia. (Sumber: Wikidata) |
Pada tanggal 13 September, kantor berita TASS mengutip pernyataan dari Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) yang mengatakan bahwa keenam diplomat tersebut berasal dari Departemen Politik Kedutaan Besar Inggris di Moskow dan bahwa keputusan tersebut diambil "sebagai respons terhadap banyak tindakan permusuhan oleh London".
Sambil menuduh para diplomat ini melakukan "kegiatan sabotase dan pengumpulan intelijen", FSB menegaskan bahwa ada bukti yang mengonfirmasi "koordinasi London dalam meningkatkan ketegangan politik dan militer di kawasan".
Badan tersebut menuduh Departemen Eropa Timur dan Asia Tengah di bawah Kementerian Luar Negeri Inggris mengoordinasikan tindakan yang bertujuan untuk menimbulkan "kekalahan strategis" terhadap Rusia.
TASS mengutip juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, yang mengatakan bahwa kementerian sepenuhnya setuju dengan "penilaian FSB", dan menekankan: "Kedutaan Besar Inggris telah melanggar sebagian besar batasan yang ditetapkan oleh Konvensi Wina".
Langkah itu dilakukan saat Perdana Menteri Inggris Keir Starmer sedang dalam perjalanan ke AS untuk melakukan pembicaraan dengan tuan rumah Presiden Joe Biden, termasuk permintaan dari Ukraina untuk menggunakan senjata yang dipasok Barat untuk menyerang jauh di dalam wilayah Rusia.
Dalam perjalanannya ke AS, Tn. Starmer mengatakan bahwa Inggris sedang melatih tentara Ukraina tetapi "kami tidak mencari konflik dengan Rusia karena itu bukan niat London", sambil menegaskan bahwa "Mosow dapat segera mengakhiri" perang yang sedang berlangsung.
Kedutaan Besar Inggris di Moskow dan Kementerian Luar Negeri tidak dapat segera dihubungi untuk dimintai komentar. Pada bulan Mei, Inggris mengusir atase pertahanan Rusia di London, menuduhnya sebagai perwira intelijen yang menyamar, dan menutup beberapa fasilitas diplomatik Moskow yang dikatakan digunakan untuk tujuan mata-mata.
Pengusiran diplomat – baik diplomat Barat yang bekerja di Rusia maupun diplomat Rusia yang bekerja di negara-negara Barat – semakin umum terjadi sejak Moskow melancarkan operasi militer khusus di Ukraina pada Februari 2022.
Tahun lalu, RBC melaporkan bahwa negara-negara Barat dan Jepang mengusir total 670 diplomat Rusia antara awal 2022 dan Oktober 2023, sementara Moskow mengusir 346 diplomat sebagai tanggapan. Menurut RBC , jumlah ini lebih banyak daripada total gabungan 20 tahun sebelumnya.
[iklan_2]
Sumber: https://baoquocte.vn/dong-thai-moi-lam-lanh-them-quan-he-nga-anh-moscow-tuyen-bo-day-la-don-dap-tra-london-286150.html
Komentar (0)