
Staf dan teknisi Perusahaan Listrik An Giang segera memeriksa dan memperbaiki pemadaman listrik di Phu Quoc - Foto: Disediakan oleh Perusahaan Listrik An Giang
Ini adalah bel peringatan, harus ada solusi mendasar untuk pulau mutiara.
Phu Quoc, dari sebuah pulau yang masih asli, kini menjadi kawasan ekonomi khusus yang layak menyandang gelar pulau mutiara, dengan transformasi kuat dalam infrastruktur perkotaan, transportasi, energi, dan telekomunikasi, termasuk jalur kabel bawah tanah Ha Tien - Phu Quoc 110kV, yang panjangnya sekitar 57 km.
Pada tahun 2022, jalur 220kV Kien Binh - Phu Quoc akan tetap beroperasi. Oleh karena itu, insiden putusnya kabel bawah tanah Ha Tien - Phu Quoc yang menyebabkan kekurangan daya menunjukkan lemahnya infrastruktur teknis penting bagi pulau mutiara tersebut.
Listrik merupakan "oksigen" yang menopang berbagai aktivitas di pulau tersebut, tetapi ketergantungan pada salah satu dari dua jalur pasokan listrik tunggal telah membuat Phu Quoc "kehabisan napas".
Dampak pertama dan paling nyata adalah puluhan ribu rumah tangga harus hidup tanpa listrik dan kekurangan air.
Meskipun industri kelistrikan telah memobilisasi generator cadangan, memprioritaskan pasokan listrik untuk rumah sakit, sistem pasokan air, dan telekomunikasi, banyak fasilitas wisata harus menjalankan generator terus-menerus, sehingga meningkatkan biaya 3-4 kali lipat.
Insiden di Phu Quoc bukanlah hal yang unik. Pulau-pulau wisata lain di dunia juga mengalami insiden serupa.
Pada tahun 2009, Pulau Zanzibar (Tanzania) kehilangan aliran listrik selama 27 hari karena kabel bawah tanah putus, sehingga mengganggu kehidupan di pulau itu.
Pemerintah telah berinvestasi dalam kabel baru dengan kapasitas lebih besar dan membangun pembangkit listrik cadangan, menjadikan Zanzibar sebagai pulau model yang "pulih dari krisis" dengan pemikiran manajemen risiko baru.
Di Hawaii, Badai Iniki pada tahun 1992 menyebabkan pemadaman listrik yang meluas di Pulau Kauai. Hawaii beralih ke jaringan listrik terdistribusi, mempromosikan energi terbarukan, dan mewajibkan fasilitas wisata untuk beroperasi setidaknya selama 72 jam dengan daya cadangan.
Persiapan menyeluruh inilah yang menjadikan Kauai salah satu pulau paling tahan bencana di AS...
Kisah-kisah ini menunjukkan bahwa tidak ada pulau yang kebal terhadap insiden, sehingga manajemen risiko dan manajemen krisis yang baik sangatlah penting. Hal ini membutuhkan transparansi informasi tentang insiden, rencana pemulihan, dan perkiraan tanggal penyelesaian.
Ketika risiko terjadi, keheningan atau keterlambatan komunikasi dapat menyebabkan dampak psikologis yang lebih besar daripada dampak ekonomi. Masyarakat perlu diberi informasi, pelaku bisnis perlu bersiap, dan wisatawan perlu diyakinkan.
Phu Quoc adalah kota wisata internasional dan tidak dapat hanya bergantung pada satu atau dua jalur kabel. Pengembangan energi terbarukan dan model jaringan listrik terdesentralisasi yang mandiri sangatlah penting. Matahari dan angin di Phu Quoc bukan hanya sumber daya pariwisata, tetapi juga dapat menjadi "perisai" energi.
Pulau mutiara juga sangat membutuhkan pusat koordinasi keamanan infrastruktur seperti yang diterapkan pulau-pulau wisata besar di Jepang atau Korea Selatan.
Pusat ini memantau listrik, air, telekomunikasi, lingkungan, dan lalu lintas secara real-time, memperkirakan risiko, dan mengoordinasikan pasukan ketika terjadi insiden. Pusat ini adalah "otak" yang membantu pulau ini beroperasi dengan aman dalam konteks perubahan iklim dan risiko bencana alam yang semakin tak terduga.
Putusnya kabel bawah laut ini meninggalkan "luka", mengingatkan kita bahwa Phu Quoc berkembang sangat cepat dalam hal infrastruktur tetapi masih rapuh menghadapi insiden infrastruktur yang serupa dengan putusnya kabel bawah laut baru-baru ini.
Sumber: https://tuoitre.vn/giat-minh-khi-dao-ngoc-phu-quoc-mat-dien-20251203084912646.htm










Komentar (0)