Amerika Serikat telah menerima tanggapan resmi dari Hamas kepada Qatar dan Mesir mengenai proposal gencatan senjata terbarunya di Jalur Gaza dan sedang mengevaluasinya.
| Warga Palestina di Gaza menghadapi kelaparan yang meluas akibat konflik. (Sumber: Reuters) |
Kantor berita Reuters mengutip pernyataan bersama pada 11 Juni dari Mesir dan Qatar yang menegaskan bahwa kedua negara telah menerima tanggapan dari Hamas dan faksi Palestina tentang usulan AS mengenai perjanjian gencatan senjata dengan Israel dan pertukaran sandera dan tahanan.
Para mediator akan meninjau masukan dan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait mengenai langkah selanjutnya, tambah pernyataan itu.
Sementara itu, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan pemerintah AS sedang "menilai" tanggapan resmi Hamas terhadap proposal gencatan senjata baru, tetapi menolak memberikan rincian tentang tanggapan gerakan tersebut.
Sebelumnya pada 11 Juni, Hamas dan gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ) mengatakan tanggapan mereka mengutamakan kepentingan rakyat Palestina dan menekankan perlunya mengakhiri sepenuhnya tindakan Israel yang sedang berlangsung di Gaza.
Gerakan Palestina menyatakan kesiapan mereka untuk berpartisipasi aktif dalam proses negosiasi, yang bertujuan mencapai kesepakatan untuk mengakhiri konflik, yang berasal dari rasa tanggung jawab nasional.
Saluran TV Al Jazeera mengutip sumber dekat yang mengatakan bahwa tanggapan ini juga mencakup amandemen terkait dengan proposal perjanjian gencatan senjata.
Sebelumnya, pada 10 Juni, dengan 14 suara mendukung dan satu abstain dari Rusia, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan resolusi yang diusulkan oleh Washington, yang mendukung rencana gencatan senjata yang diusulkan oleh Presiden AS Joe Biden.
"Dengan mengabaikan Palestina, mereka mulai memperhitungkan apa yang akan dilakukan selanjutnya terhadap Gaza. Entah mendirikan semacam protektorat Arab di sana, atau mengerahkan pasukan penjaga perdamaian , atau mendeklarasikan bahwa Gaza akan menjadi wilayah yang diperintah oleh otoritas nasional Palestina ," kata Lavrov seperti dikutip oleh kantor berita MNA.
Namun, menurut diplomat itu, semua inisiatif ini "dipaksakan dari luar", sementara faksi-faksi Palestina selalu menyatakan kesiapan mereka untuk menyatukan barisan rakyat negara itu atas dasar Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).
Menteri Luar Negeri Rusia juga menyerukan kepada warga Palestina untuk bersatu, termasuk dalam memperjuangkan hak-hak hukum mereka di Perserikatan Bangsa-Bangsa.
[iklan_2]
Sumber: https://baoquocte.vn/xung-dot-o-gaza-hamas-tra-loi-my-nga-noi-loi-cong-bang-cho-palestine-274661.html






Komentar (0)