Dari desa kerajinan yang hilang hingga perjalanan "membangkitkan" kenangan
Lukisan Kim Hoang lahir pada paruh kedua abad ke-18, berasal dari keluarga Nguyen Si di Thanh Hoa – orang-orang yang membawa keahlian mengukir dan mencetak kayu kepada Kim Hoang untuk memulai bisnis. Dari tangan mereka, teknik cetak blok kayu yang canggih diwariskan dan berkembang menjadi genre lukisan tersendiri. Berbeda dengan lukisan Dong Ho yang dicetak di atas kertas putih atau lukisan Hang Trong yang bernuansa urban, lukisan Kim Hoang dicetak di atas kertas merah cerah, menciptakan nuansa hangat, cemerlang, dan semarak seperti hembusan musim semi dalam budaya Vietnam.
Setiap lukisan Kim Hoang yang digantung di setiap rumah pada hari raya Tet tidak hanya sebagai hiasan, tetapi juga menyampaikan harapan untuk keberuntungan, kesejahteraan, dan kedamaian, yang mencerminkan kepercayaan masyarakat Vietnam akan keharmonisan antara manusia, alam, serta langit dan bumi.
![]() |
Lukisan "Ayam Dewa" dipugar oleh seniman Dao Dinh Chung. |
Pada tahun 1915, banjir besar menghanyutkan sebagian besar balok kayu desa. Setelah tahun 1945, seni lukis Kim Hoang pun lenyap total.
Lahir di tanah itu, perajin Dao Dinh Chung tak kuasa menahan rasa bangga ketika mendengar tentang tradisi tersebut dan bersedih ketika melihat desanya tak lagi memiliki orang-orang yang melukis, tak lagi memiliki warna merah Tet yang menggantung seperti orang-orang zaman dulu. "Tumbuh besar dengan kenangan akan profesi lama, saya selalu bertanya-tanya: Mengapa nenek moyang saya bisa melakukannya tetapi keturunan saya kehilangannya?" - ujarnya.
Pada tahun 2014, dalam pertemuan dengan peneliti Nguyen Thi Thu Hoa, Bapak Chung terinspirasi untuk menghidupkan kembali genre lukisan yang telah hilang. Mereka memulai perjalanan yang berat: menemukan ukiran kuno, memulihkan warna, dan terutama menciptakan kembali kertas merah—jiwa lukisan Kim Hoang. "Kami harus mencoba ratusan kali pewarnaan dan pengeringan untuk mendapatkan warna merah asli. Warna merah ini bukan hanya untuk keindahan, tetapi juga warna keberuntungan, keyakinan, dan kehidupan," kenang sang seniman.
Mempertahankan profesi ini seperti mempertahankan sebagian jiwa orang Vietnam
Setelah mendapatkan kertas merah, Tuan Chung melanjutkan restorasi blok cetak berdasarkan dokumen-dokumen kuno dan sketsa-sketsa lama. Setiap garis ukiran dan setiap lapisan tinta diperhitungkan dengan cermat. Pada tahun 2015, lukisan "Than Ke" pertama selesai. Ini merupakan tonggak penting yang menegaskan bahwa genre lukisan Kim Hoang dapat benar-benar bangkit kembali.
Sejak itu, ia telah merestorasi lebih dari 40 lukisan, termasuk 12 shio hewan, dengan beragam tema kreatif, namun tetap mempertahankan semangat rakyatnya. "Lukisan Kim Hoang sulit karena warna latar belakang merahnya sangat kuat; jika tidak tercampur dengan baik, gambar yang dicetak akan tenggelam. Kita harus mempertahankan teknik kuno sekaligus meneliti warna-warna modern agar lukisannya tetap akurat dan hidup," ujar Bapak Chung.
Bagi seniman Dao Dinh Chung, melukis bukan hanya sebuah karya seni, tetapi juga cara untuk melestarikan sebagian budaya Vietnam. Setiap tahapan, mulai dari pencampuran warna, pengukiran, pencetakan, hingga pengeringan, membutuhkan kesabaran dan ketelitian. Sang seniman berbagi: "Jika cuaca lembap, kertasnya lunak, warnanya tidak menempel; hanya ketika matahari cerah, tintanya akan merata. Lukisan Kim Hoang adalah lukisan alam, surga dan bumi, dan hati sang seniman."
Tak hanya merestorasi kerajinan tersebut, ia juga membuka ruang untuk menikmati lukisan Kim Hoang, yang mengundang para pelajar, mahasiswa, dan wisatawan untuk mencoba mencetak dan melukis. Sang seniman percaya bahwa hanya ketika anak muda dapat menyentuh balok kayu dan melihat warna-warna yang muncul pada balok kayu tersebut, mereka dapat benar-benar merasakan nilai warisan tersebut.
![]() |
Seniman Dao Dinh Chung sedang mengerjakan gambar tersebut. |
Kini, lukisan Kim Hoang dipamerkan di berbagai pameran dan pekan raya budaya. Setiap hari raya Tet, lukisan-lukisan berwarna merah cerah ini digantung dengan khidmat di banyak rumah sebagai ungkapan harapan akan kedamaian dan kemakmuran.
Namun, jalan untuk melestarikan kerajinan ini masih berliku. Produksinya sepenuhnya manual, sehingga jumlah lukisannya sedikit dan harganya mahal; hasil produksi sebagian besar bergantung pada pesanan dan wisatawan. Namun, seniman Dao Dinh Chung tetap gigih: "Saya melukis bukan hanya untuk dijual, tetapi untuk melestarikan sebagian dari jiwa Vietnam. Jika saya tidak melakukannya, keturunan saya tidak akan lagi mengenal Kim Hoang."
Warna merah Kim Hoang bukan hanya warna kertas, tetapi juga warna kenangan dan keyakinan. Ini membuktikan bahwa betapa pun waktu telah berlalu, nilai-nilai rakyat masih dapat dihidupkan kembali jika ada orang-orang yang cukup tekun dan gigih melestarikannya. Dari tangan para perajin, warna merah Kim Hoang kembali bersinar terang, membawa napas desa kerajinan lama ke dalam ritme kehidupan yang baru. Ini bukan hanya perjalanan untuk memulihkan sederet lukisan, tetapi juga kebangkitan memori budaya Vietnam, di mana seorang perajin diam-diam melestarikan nilai-nilai yang memudar—sehingga lukisan-lukisan merah itu terus menceritakan kisah keyakinan, kegigihan, dan kecintaan terhadap warisan bangsa Vietnam hingga kini.
Artikel dan foto: TRAN KHANH HUYEN
Sumber: https://www.qdnd.vn/van-hoa/doi-song/hanh-trinh-hoi-sinh-sac-do-kim-hoang-882619
Komentar (0)