(CLO) Pada 18 Oktober, kelompok militan Hizbullah Lebanon mengatakan perang dengan Israel memasuki fase baru dan lebih meningkat, sementara Iran mengatakan "semangat perlawanan akan diperkuat" menyusul pembunuhan pemimpin Hamas Yahya Sinwar.
Terlepas dari harapan Barat akan adanya gencatan senjata setelah kematian Sinwar, insiden ini justru dapat meningkatkan ketegangan di Timur Tengah.
Pemimpin Hamas Yahya Sinwar. Foto: Reuters
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, mengatakan AS ingin memulai negosiasi tentang usulan gencatan senjata dan pembebasan sandera, menyebut Sinwar sebagai "hambatan utama" untuk mengakhiri konflik tersebut.
"Hambatan itu jelas telah dihilangkan. Mustahil untuk memastikan bahwa siapa pun yang menggantikan Sinwar akan menyetujui gencatan senjata, tetapi peristiwa ini telah menghilangkan rintangan utama untuk mencapai gencatan senjata," katanya. Dalam beberapa minggu terakhir, Sinwar menolak untuk bernegosiasi.
Iran belum menunjukkan tanda-tanda bahwa pembunuhan pemimpinnya akan mengubah dukungannya. "Semangat perlawanan akan semakin kuat" setelah kematian Sinwar, kata delegasi Iran di Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Hezbollah juga menyatakan sikap menantang, dengan mendeklarasikan "fase baru dan lebih intensif dalam konfrontasi dengan Israel."
Pada tanggal 18 Oktober, tentara Israel mengatakan bahwa mereka juga telah membunuh Muhammad Hassin Ramal, seorang komandan Hizbullah di wilayah Tayibe, Lebanon selatan.
Ngoc Anh (menurut Reuters)
Sumber: https://www.congluan.vn/hezbollah-the-leo-thang-with-israel-after-the-hamas-leader-was-killed-post317429.html






Komentar (0)