Pada tanggal 5 September, Badan Rumah Tangga Kekaisaran Jepang merilis gambar terbaru kehidupan akademis Pangeran Hisahito di Universitas Tsukuba, Prefektur Ibaraki (wilayah Kanto, Jepang timur), tepat satu hari sebelum ulang tahunnya yang ke-19, menurut The Asahi Shimbun .
Peristiwa ini dengan cepat menarik perhatian tidak hanya dari media dalam negeri tetapi juga dari opini publik internasional, karena Hisahito adalah karakter yang istimewa: seorang mahasiswa biologi tahun pertama dan orang kedua dalam garis (setelah ayahnya) untuk mewarisi takhta Krisan - simbol Jepang yang telah lama ada.
Sehari kemudian, Jepang mengadakan upacara besar di istana kekaisaran untuk menandai kedewasaan Pangeran Hisahito.

Pada bulan April tahun ini, Hisahito resmi masuk universitas sebagai mahasiswa di Sekolah Ilmu Hayati dan Lingkungan, Universitas Tsukuba. Keputusan ini merupakan terobosan yang berbeda dengan tradisi Keluarga Kekaisaran Jepang. Selama beberapa dekade, anggota keluarga kekaisaran sering belajar di Gakushūin—sekolah yang diasosiasikan dengan kaum bangsawan. Pilihan Hisahito untuk masuk ke Tsukuba menunjukkan keinginannya untuk memperluas pengalaman dan berintegrasi lebih dalam ke dalam kehidupan mahasiswa pada umumnya.
Universitas Tsukuba dikenal sebagai salah satu pusat pelatihan dan penelitian terkemuka di Jepang, terutama di bidang ilmu pengetahuan alam, teknologi, dan lingkungan. Dengan memilih studi biologi di sini, Hisahito tidak hanya mengejar minat pribadinya, tetapi juga menangani isu-isu global terkait ekologi dan pembangunan berkelanjutan—yang semakin menjadi perhatian umum masyarakat modern.
Kehidupan sekolah seperti orang lain
Menurut informasi dari Badan Rumah Tangga Kekaisaran, sang pangeran muda telah beradaptasi dengan sangat cepat terhadap kehidupan universitas. Hisahito dapat berpindah-pindah secara fleksibel antara kediaman Kekaisaran di Tokyo dan kediaman pribadinya di Tsukuba untuk memudahkan studinya. Di kelas, Hisahito mengikuti semua mata pelajaran dasar: mulai dari Bahasa Inggris, biologi, hingga sesi praktik laboratorium dan penelitian lapangan.
Tak hanya rajin belajar, Hisahito juga aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Di awal musim panas, sang pangeran berpartisipasi dalam festival olahraga sekolah, berkompetisi dalam permainan dodgeball bersama teman-teman dan guru-guru. Selama festival tradisional tahunan asrama, sang pangeran juga tak segan-segan berdiri dan berjualan kue di kios yang dikelola siswa, melayani pengunjung secara langsung, dan berinteraksi dengan teman-temannya. Foto-foto ini meninggalkan kesan yang mendalam: Terlepas dari latar belakangnya yang istimewa, Hisahito hidup dan belajar seperti siswa pada umumnya, belajar, bermain, berteman, dan berintegrasi dengan masyarakat.
Belajar dan tugas kerajaan berjalan beriringan
Meskipun sang pangeran menghabiskan sebagian besar waktunya untuk belajar, ia tidak melupakan tugas-tugas kerajaannya. Selama musim panas, ia, orang tuanya, dan kakak perempuannya, Putri Kako, menghadiri sebuah pameran foto di Tokyo. Acara tersebut diadakan untuk memperingati 80 tahun berakhirnya Perang Dunia II dan mengenang pengeboman atom di Hiroshima.

Di penghujung Juli, Hisahito juga turut serta menyambut sekelompok mahasiswa dari Prefektur Okinawa untuk merasakan pengalaman menjadi reporter di ibu kota. Di sana, sang pangeran berperan sebagai pendamping, yang mendorong semangat belajar para mahasiswa.
Patut dicatat bahwa Hisahito selalu mengatur jadwalnya agar tidak mengganggu studinya. Keseimbangan ini menunjukkan rasa tanggung jawab Hisahito: berusaha memenuhi perannya sebagai mahasiswa sekaligus memenuhi tugasnya di keluarga kerajaan.
Selama liburan musim panasnya, sang pangeran menghabiskan banyak waktu mempersiapkan upacara kedewasaannya pada 6 September di Istana Kekaisaran Tokyo. Ia meninjau foto-foto upacara kedewasaan ayahnya 40 tahun yang lalu, bertukar pengalaman, menerima bimbingan tentang kostum tradisional, dan berpartisipasi dalam banyak gladi resik ritual.
Setelah upacara kedewasaannya, Hisahito akan mulai lebih aktif berpartisipasi dalam kegiatan Keluarga Kekaisaran Jepang. Namun, sebagaimana dikonfirmasi oleh Badan Rumah Tangga Kekaisaran, kuliah di Universitas Tsukuba tetap menjadi prioritas utama sang pangeran. Hal ini menunjukkan arah yang jelas: Meskipun ia mengemban tanggung jawab sebagai simbol negara, pengembangan pengetahuan dan karakter pribadi tetap menjadi fondasi terpenting.

Sumber: https://vietnamnet.vn/hoang-tu-nhat-ban-tu-giang-duong-dai-hoc-den-trong-trach-hoang-gia-2440766.html
Komentar (0)