|
KTT Asia Timur ke-20, diselenggarakan pada 27 Oktober di Kuala Lumpur. (Sumber: VNA) |
Menurut kantor berita Bernama , konferensi tersebut dihadiri oleh Sultan Brunei Hassanal Bolkiah, Perdana Menteri Vietnam Pham Minh Chinh , Perdana Menteri Tiongkok Li Cuong, Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong, Perdana Menteri Laos Sonexay Siphandone, Perdana Menteri Kamboja Hun Manet, Perdana Menteri Timor-Leste Kay Rala Xanana Gusmão, Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul, Perdana Menteri Selandia Baru Christopher Luxon dan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese.
Hadir pula Wakil Perdana Menteri Rusia Alexey Overchuk, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, Menteri Luar Negeri Indonesia Sugiono, Menteri Luar Negeri India S Jaishankar, Menteri Luar Negeri Korea Selatan Cho Hyun, Menteri Luar Negeri Jepang Motegi Toshimitsu dan Sekretaris Tetap Kementerian Luar Negeri Myanmar Hau Khan Sum.
Selain itu, Perdana Menteri Anwar menyambut Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva dan Presiden Afrika Selatan Matamela Cyril Ramaphosa sebagai tamu. Bapak Anwar mengapresiasi kedua pemimpin atas komitmen mereka terhadap multilateralisme.
Berbicara di KTT Asia Timur, yang bertepatan dengan peringatan 20 tahunnya, pemimpin Malaysia tersebut menekankan bahwa KTT Asia Timur dibentuk untuk menjadi platform dialog strategis, politik, dan ekonomi, dengan ASEAN sebagai penggeraknya. Saat ini, KTT Asia Timur harus menegaskan kembali tujuan bersama, mendorong komitmen berprinsip, dan menatap masa depan.
Mengenai isu global dan regional, Tn. Anwar menyambut baik rencana komprehensif baru-baru ini untuk mengakhiri konflik di Jalur Gaza.
Merujuk pada Myanmar, Bapak Anwar mengatakan bahwa ASEAN menegaskan kembali komitmennya terhadap Konsensus Lima Poin. Malaysia telah aktif bekerja sama dengan semua pihak untuk mendorong perdamaian dan bantuan kemanusiaan.
Terkait Laut Cina Selatan, Perdana Menteri Anwar mengatakan bahwa Malaysia menyambut baik upaya berkelanjutan untuk mengembangkan Kode Etik di Laut Cina Selatan (COC). Semua pihak harus terus mematuhi prinsip-prinsip hukum internasional yang diakui secara luas, khususnya Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS) 1982.
Pada konferensi tersebut, Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul mengusulkan tiga pilar utama, yaitu keamanan finansial, keamanan digital, dan keamanan manusia, untuk memajukan kerja sama ASEAN dan memperkuat kemitraan antara ASEAN dan mitra di kawasan Asia Timur.
Pada konferensi tersebut, Menteri Luar Negeri Korea Cho Hyun menegaskan akan memperkuat kerja sama dengan negara-negara Asia Tenggara dan masyarakat internasional guna menangani kejahatan transnasional yang saat ini meningkat di kawasan tersebut, khususnya penipuan daring.
Negara-negara peserta juga menyatakan kekhawatiran tentang meningkatnya ancaman penipuan daring dan kejahatan dunia maya lainnya, serta menekankan perlunya upaya terkoordinasi di tingkat regional.
Selain itu, Menteri Luar Negeri Cho Hyun menjelaskan inisiatif perdamaian Korea Selatan terhadap Korea Utara, menyerukan pemulihan pertukaran dan peningkatan hubungan dengan Pyongyang, dan meminta anggota EAS untuk mendukung upaya ini.
EAS mengadopsi Deklarasi Kuala Lumpur pada Peringatan 20 Tahun EAS dan Pernyataan EAS tentang Mendorong Lokalisasi dalam Kesiapsiagaan dan Tanggap Bencana, yang berkontribusi dalam memperkuat fondasi kerja sama strategis EAS dalam tahap pembangunan baru, menuju kawasan yang damai, stabil, berkelanjutan, dan sejahtera.
Sumber: https://baoquocte.vn/hoi-nghi-cap-cao-dong-a-chu-xich-asean-2025-keu-goi-cac-nha-leaders-dao-thuc-day-doi-hoa-binh-hoan-nghenh-no-luc-xay-dung-coc-332508.html







Komentar (0)