Acara yang diselenggarakan oleh Divisi Pengalaman dan Pembelajaran Mahasiswa RMIT Vietnam ini menarik ratusan delegasi dari seluruh Asia Tenggara dan sekitarnya, termasuk pembicara dari University of Technology Sydney dan RMIT University di Australia. Pertanyaan utama di sepanjang konferensi adalah bagaimana inovasi pendidikan dapat benar-benar meningkatkan pengalaman belajar mahasiswa.

Gambar 1 (1).jpg
Lokakarya untuk berbagi inovasi praktis dari AI dalam pendidikan hingga pembelajaran inklusif dan kolaborasi dengan bisnis

Acara ini menampilkan berbagai pendekatan yang saling terhubung, mulai dari desain pembelajaran dan aksesibilitas hingga teknologi baru dan kemitraan industri, yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Para peserta merasakan proyek nyata, prototipe yang berfungsi, dan strategi teruji yang mentransformasi ruang kelas di seluruh wilayah.

Mengintegrasikan AI Gen ke dalam Pendidikan yang Bertujuan

Pidato utama oleh Associate Professor Amanda White dari University of Technology, Sydney (UTS) menjadi salah satu sorotan utama konferensi. Sebagai seorang pendidik berpengaruh yang telah menerima penghargaan nasional untuk pengajaran universitas di Australia, Associate Professor White menyampaikan presentasi yang menarik tentang integrasi strategis AI generatif (Gen AI) ke dalam pendidikan universitas.

"Generasi AI adalah alat yang ampuh, tetapi seperti jam tangan pintar, penggunaannya harus strategis, bukan hanya saat bepergian. Kita perlu memikirkan di mana Gen AI berperan dalam sistem pendidikan," ujarnya.

Lektor Kepala White mengimbau para pendidik untuk membimbing siswa menggunakan AI sebagai alat pendukung, alih-alih bergantung padanya. Ia mengutip Profesor Angela Duckworth, penulis buku "Grit: How to Achieve Success," dalam pidatonya di hadapan angkatan 2025 Sekolah Pascasarjana Pendidikan Universitas Pennsylvania (Penn GSE): "Saya khawatir siswa akan menggunakan AI sebagai alat bantu. Saya khawatir karena otak manusia seperti otot, siswa harus menggunakannya untuk memperkuat dan mengembangkan diri, jika tidak, ia akan perlahan menghilang."

Gambar 2 (1).jpg
Associate Professor Amanda White berbagi pengalamannya dalam menerapkan Gen AI secara strategis ke pendidikan tinggi

Pidatonya juga membahas berbagai kekhawatiran dan kesalahpahaman umum seputar Gen AI, mulai dari kekhawatiran bahwa produk-produk yang dihasilkan AI dianggap curang hingga fenomena “AI slop” - sampah yang dihasilkan AI dalam latihan, serta seruan untuk pelarangan total teknologi ini dalam dunia pendidikan.

Profesor Madya White mengusulkan kerangka kerja untuk mengintegrasikan Gen AI dalam pendidikan dengan tujuan yang jelas. Kerangka kerja ini terdiri dari tiga bagian: transparansi dan kepercayaan, keselarasan dengan capaian pembelajaran, serta kesetaraan dan aksesibilitas. Transparansi dan kepercayaan membutuhkan komunikasi yang jelas tentang kapan dan bagaimana AI digunakan. Keselarasan dengan capaian pembelajaran memastikan bahwa perangkat AI mendukung pengembangan keterampilan, bukan menggantikannya. Dan bagian terakhir—kesetaraan dan aksesibilitas—menyoroti pentingnya menjadikan AI sebagai alat yang bermanfaat bagi semua pelajar, termasuk mereka yang memiliki beragam kebutuhan belajar.

Ia menggunakan kelas akuntansi tahun pertama di UTS sebagai contoh bagaimana kerangka kerja ini dapat diterapkan dalam praktik mengajar. Dengan lebih dari 1.800 mahasiswa, Associate Professor White mendesain ulang makalah yang merangkum pengalaman pribadi menggunakan perangkat Gen AI, sehingga membantu mahasiswa terlibat lebih mendalam dengan konten dan meningkatkan hasil, terutama bagi mahasiswa dengan gaya belajar yang berbeda.

Pembelajaran kolaboratif dan dampak praktis

Konferensi ini juga menampilkan delapan diskusi panel yang diselenggarakan oleh kelompok ahli RMIT.

Di antara mereka, diskusi panel “ Exploring AI Horizons: Current and Future Trends” dari kelompok riset Future of Education memperkenalkan teknologi selain ChatGPT, termasuk model inferensi, alat deteksi deepfake, dan integrasi VR.

Dalam diskusi panel "Menghubungkan Aksesibilitas dan Desain Pembelajaran", Ibu Melanie Casul (Kesehatan dan Kesehatan Mental) dan Ibu Nguyen Ngoc Linh (Desain Pembelajaran) berbagi kasus seorang mahasiswa tunanetra di RMIT Vietnam. Oleh karena itu, mereka menekankan bahwa rencana pembelajaran yang dirancang bersama, yang menggabungkan dukungan manusia dan perangkat digital, dapat membantu menjembatani kesenjangan yang ditimbulkan oleh dunia digital.

Dr. Chu Thanh Tuan, Wakil Kepala Departemen dari Fakultas Bisnis, memimpin diskusi tentang inovasi portofolio pascasarjana mahasiswa Bisnis. Beliau memperkenalkan model kolaborasi industri selama satu semester yang mencakup magang singkat dan tantangan untuk memecahkan situasi bisnis nyata, yang memberikan pendekatan yang dapat direplikasi untuk proyek akhir praktis.

Gambar 3 (1).jpg
Diskusi panel menyoroti nilai pembelajaran seumur hidup, model pengajaran yang fleksibel, dan ruang belajar kreatif bersama.

Diskusi panel ini mempertemukan perwakilan dari akademisi dan industri, termasuk Associate Professor Amanda White, Associate Professor Donna Cleveland (RMIT Vietnam), dan Bapak Tuong Tran (HEX). Para pembicara menekankan pentingnya pembelajaran sepanjang hayat, model pembelajaran multimoda dan campuran, serta perlunya menciptakan lingkungan belajar bersama yang mencerminkan tantangan dunia nyata.

Konferensi Visi Pendidikan Tinggi 2025 bukan hanya tentang memperkenalkan teknologi baru, tetapi juga tentang menyerukan tindakan. Konferensi ini menegaskan bahwa mewujudkan perubahan nyata dalam pendidikan membutuhkan kolaborasi, metode yang teruji, dan komitmen terhadap inklusi dan aksesibilitas.

Le Thanh

Sumber: https://vietnamnet.vn/hoi-thao-ve-tam-nhin-giao-duc-dai-hoc-2025-doi-moi-gan-voi-thuc-tien-2455415.html