Hal ini dianggap sebagai kunci untuk membuka pintu bagi inovasi komprehensif sistem pelatihan, menuju model pendidikan yang terbuka dan fleksibel serta pembelajaran seumur hidup bagi semua orang.
Berdasarkan ketentuan Undang-Undang yang mengubah dan melengkapi sejumlah pasal dalam Undang-Undang Pendidikan Tinggi (UU No. 34), sistem jenjang pendidikan tinggi meliputi: Sarjana, Magister, Doktor, dan gelar yang setara. Dengan demikian, mahasiswa hanya dapat memperoleh gelar setelah menyelesaikan program studi secara penuh.
Rancangan Undang-Undang Pendidikan Tinggi (yang telah diamandemen) ini telah menambahkan ketentuan tentang pemberian "sertifikat pendidikan tinggi". Dengan demikian, mahasiswa dapat mempelajari setiap mata kuliah, modul, dan secara bertahap mengumpulkan ijazah untuk mendapatkan gelar atau menggunakan sertifikat individual sebagai bukti kapasitas belajar yang sebenarnya.
Pendekatan ini mencerminkan semangat inti pendidikan terbuka – fleksibel, beragam, dan berpusat pada peserta didik. Sertifikat pendidikan universitas diberikan oleh kepala lembaga pelatihan kepada mahasiswa setelah menyelesaikan suatu mata kuliah atau bagian dari kurikulum. Setelah memperoleh sertifikat ini, mahasiswa dapat berhenti kuliah atau melanjutkan studi ke program lain, dan universitas akan mengakui SKS atas studi mereka.
Dengan orientasi inovasi dalam pendidikan tinggi, ijazah pendidikan tinggi merupakan unit akademik yang mandiri, dengan nilai pembelajaran, transfer, akumulasi, dan pengakuan timbal balik antarlembaga pelatihan. Hal ini merupakan terobosan penting untuk membantu menghapus batasan antara pendidikan formal, informal, dan nonformal, menuju ekosistem pembelajaran terbuka di mana setiap orang memiliki kesempatan untuk mengakses pendidikan tinggi sesuai dengan kapasitas, waktu, dan kebutuhannya.
Pengenalan "sertifikat pendidikan universitas" ke dalam sistem pendidikan merupakan langkah yang tak terelakkan dalam transisi dari sistem pendidikan berbasis tahun akademik ke sistem pendidikan berbasis kompetensi dan kredit. Hal ini juga merupakan alat yang efektif untuk menghubungkan pelatihan universitas dengan pasar tenaga kerja, di mana perusahaan dapat mengenali sertifikat keterampilan dan kompetensi profesional tertentu, alih-alih hanya mengandalkan gelar umum.
Namun, agar model ini efektif, banyak faktor perlu disinkronkan: kerangka kualifikasi nasional yang jelas; mekanisme pengakuan dan transfer kredit antar lembaga pelatihan; dan platform data pembelajaran terbuka yang memungkinkan penyimpanan dan autentikasi sertifikat individual. Selain itu, inovasi dalam metode penilaian mutu, pengakuan pembelajaran, dan kapasitas profesional—sebuah prasyarat untuk memastikan nilai sertifikat.
Lebih penting lagi, "sertifikat pendidikan universitas" akan menciptakan kesempatan yang lebih setara dalam mengakses pengetahuan. Para pekerja, atau siapa pun yang memulai bisnis, dapat belajar, menerima sertifikat, dan terus mengumpulkan pengetahuan tanpa dibatasi oleh waktu, ruang, atau usia. Pendidikan menjadi sebuah perjalanan terbuka, bukan satu-satunya tujuan.
Jika diterapkan dengan tepat, sistem sertifikasi pendidikan tinggi akan menjadi fondasi masyarakat pembelajar – tempat pengetahuan dibagikan, diakui, dan terus dikembangkan. Ini merupakan langkah penting dari pendidikan "tertutup" menuju pendidikan "terbuka", dari pelatihan "sekali seumur hidup" menuju pembelajaran "sepanjang hayat dan di mana pun".
Ini bukan sekadar kisah perguruan tinggi, tetapi sebuah visi pembangunan nasional, di mana setiap warga negara dapat terus belajar, berlatih, dan berkembang dalam arus ilmu pengetahuan baru di era digital.
Dari orientasi strategis Partai hingga tindakan setiap sekolah, guru, dan peserta didik, sistem pendidikan yang terbuka, fleksibel, terhubung, dan setara dalam kesempatan belajar akan tercipta, menjadi fondasi bagi Vietnam untuk berintegrasi secara mendalam dan berkembang berkelanjutan di era pengetahuan.
Sumber: https://giaoducthoidai.vn/buoc-chuyen-giao-duc-mo-post752943.html
Komentar (0)