Kementerian Komunikasi dan Digital Indonesia meluncurkan langkah-langkah baru untuk melindungi anak-anak di ruang digital, menanggulangi ancaman seperti perjudian daring, pornografi, perundungan siber, dan kekerasan seksual.
Indonesia telah membentuk tim khusus yang bertugas memantau berbagai pembatasan, termasuk regulasi terkait perlindungan anak di ruang digital. (Sumber: Tempo) |
Menurut Tempo , Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid baru saja menandatangani peraturan untuk membentuk tim khusus yang bertugas memantau pembatasan, termasuk regulasi terkait perlindungan anak Indonesia di ruang digital. Tim ini mulai beroperasi pada 3 Februari, dengan anggota yang terdiri dari perwakilan kementerian, akademisi, pendidik anak, organisasi perlindungan anak, dan organisasi psikologi anak.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto menginstruksikan Kementerian Komunikasi dan Informasi Digital untuk segera menyusun peraturan tentang perlindungan anak di ruang digital. "Kita diberi waktu dua bulan untuk menyelesaikan peraturan tersebut," ujar Ibu Meutya.
Khususnya, peraturan tersebut menerapkan pembatasan usia dalam mengakses media sosial, yang terutama ditujukan untuk mengatasi masalah pornografi anak karena negara kepulauan tersebut saat ini menempati peringkat keempat di dunia dalam hal akses terhadap konten ini.
Menurut data Pusat Nasional Anak Hilang dan Tereksploitasi (NCMEC) tahun 2024, total kasus pornografi anak di Indonesia dalam empat tahun terakhir mencapai lebih dari 5 juta kasus.
Hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menunjukkan, penetrasi internet di negara Asia Tenggara ini meningkat hingga mencapai 79,5% pada tahun 2024. Dari jumlah tersebut, penetrasi Generasi Z atau mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012 mencapai lebih dari 87%, dan mereka yang lahir setelah tahun 2013 mencapai lebih dari 48%.
Indonesia termasuk di antara 30 negara yang telah mengadopsi inisiatif untuk melindungi anak-anak di ruang digital. Bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Agama, dan Kementerian Kesehatan turut serta dalam penyusunan peraturan tersebut.
Indonesia bukan satu-satunya negara yang mempertimbangkan peraturan yang lebih ketat untuk melindungi anak-anak di dunia maya. Menurut Jakarta Globe , banyak pemerintah telah mengadopsi atau mengusulkan langkah serupa.
Di AS, misalnya, negara bagian seperti Utah, Arkansas, dan Louisiana telah mengesahkan undang-undang yang mewajibkan anak di bawah umur untuk mendapatkan izin orang tua sebelum membuat akun media sosial. Di Inggris, undang-undang keamanan daring mewajibkan verifikasi usia yang lebih ketat bagi pengguna media sosial dan mewajibkan platform bertanggung jawab untuk melindungi anak-anak dari konten berbahaya.
Pada tahun 2023, pemerintah Prancis menyetujui undang-undang yang mewajibkan persetujuan orang tua untuk akun media sosial bagi pengguna di bawah usia 15 tahun. Spanyol saat ini sedang mempertimbangkan larangan media sosial secara nasional untuk anak-anak di bawah usia 14 tahun, dengan alasan masalah kesehatan mental.
[iklan_2]
Sumber: https://baoquocte.vn/indonesia-bertekad-untuk-membuat-lingkaran-toan-untuk-anak-anak-dalam-pergi-jadi-303165.html
Komentar (0)