Militer Israel mengatakan telah membunuh wakil pemimpin pasukan Radwan Hizbullah, di tengah laporan Israel membahas persyaratan gencatan senjata di Lebanon selatan.
Serangan udara Israel di wilayah Nabatieh di Lebanon pada 28 Oktober
Times of Israel pada tanggal 30 Oktober mengutip pernyataan dari Pasukan Pertahanan Israel (IDF) yang mengatakan bahwa pasukan tersebut telah membunuh wakil komandan pasukan elit Hizbullah dalam serangan udara di Lebanon.
Dengan demikian, Tn. Mustafa Ahmad Shahadi, wakil pemimpin pasukan Radwan Hizbullah, tewas oleh serangan udara jet tempur Israel di daerah Nabatieh, Lebanon.
IDF menyatakan bahwa Tn. Shahadi "melakukan berbagai serangan teroris terhadap 'Negara Israel'" dan bahwa penyingkirannya merupakan "bagian dari upaya untuk melemahkan kemampuan Pasukan Radwan Hizbullah dalam mengarahkan dan melaksanakan kegiatan teroris terhadap IDF dan masyarakat di perbatasan utara, khususnya rencana 'Penaklukan Galilea'."
Israel menuduh pasukan Radwan berencana menyerang Israel utara, dalam rencana Hizbullah yang akhirnya gagal terwujud.
Shahadi sebelumnya memimpin operasi Radwan dalam pertempuran di Suriah dari tahun 2012 hingga 2017, menurut IDF.
Hizbullah tidak segera mengomentari informasi tersebut.
Dalam perkembangan lain, AFP pada tanggal 30 Oktober mengutip Menteri Energi Israel Eli Cohen yang mengatakan bahwa kabinet keamanan negara itu sedang membahas persyaratan gencatan senjata dengan Hizbullah di Lebanon selatan, tempat tentara Israel menyerang dari darat.
"Ada diskusi, saya pikir itu akan memakan waktu," katanya kepada radio Israel.
Menurut televisi Channel 12, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengadakan pembicaraan dengan para menteri pada malam 29 Oktober tentang tuntutan Israel dengan imbalan gencatan senjata selama 60 hari.
Ini termasuk penarikan pasukan Hizbullah di utara Sungai Litani, sekitar 30 kilometer dari perbatasan Israel, pengerahan pasukan Lebanon di sepanjang perbatasan, mekanisme intervensi internasional untuk menegakkan gencatan senjata, dan jaminan bahwa Israel akan mempertahankan kebebasan bertindaknya jika terjadi ancaman.
"Berkat semua operasi militer dalam beberapa bulan terakhir dan terutama beberapa minggu terakhir, Israel berada dalam posisi yang kuat setelah seluruh pimpinan Hizbullah disingkirkan dan lebih dari 2.000 lokasi infrastruktur teroris Hizbullah diserang," kata Cohen, mantan menteri intelijen Israel.
Menurut media Israel, penasihat Timur Tengah Presiden AS Joe Biden, Brett McGurk dan Utusan Khusus Amos Hochstein akan melakukan perjalanan ke wilayah tersebut untuk bertemu dengan Netanyahu dan pejabat Israel lainnya guna membahas persyaratan gencatan senjata dengan Hizbullah.
Mengenai situasi di Gaza, seorang pejabat Hamas mengatakan pada tanggal 30 Oktober bahwa pasukannya belum menerima usulan apa pun untuk gencatan senjata di Gaza tetapi akan membahas gagasan apa pun termasuk penarikan pasukan Israel.
"Kami sampaikan kepada para mediator bahwa Hamas siap jika (Israel) menyetujui usulan gencatan senjata, penarikan penuh pasukan dari Jalur Gaza, pemulangan warga terlantar ke rumah mereka di Gaza, termasuk di wilayah utara, bantuan yang memadai bagi rakyat kami, dan perjanjian pertukaran tahanan yang serius," ujar pejabat tersebut.
Dalam pidato pertamanya setelah menjadi pemimpin baru Hizbullah, Naim Qassem menyatakan bahwa pasukannya akan melanjutkan perjuangannya melawan Israel.
"Kemenangan akhir akan menjadi milik kita," Al Jazeera mengutip pernyataannya pada 30 Oktober dalam sebuah video yang direkam sebelumnya, dengan bendera Lebanon, bendera Hizbullah, dan gambar mendiang pemimpin Hassan Nasrallah di latar belakang.
Tn. Qassem menyatakan bahwa di bawah kepemimpinannya, Hizbullah akan melanjutkan pekerjaan Tn. Nasrallah dan mengikuti jalur politik yang sama seperti sebelumnya.
"Membantu Gaza adalah tugas kita, dan kita akan mempertahankan diri dari ancaman Israel terhadap seluruh kawasan," tegasnya.
Menurut AFP, dalam pidatonya, Bapak Qassem juga mengatakan bahwa Hizbullah memerangi Israel untuk melindungi wilayah Lebanon dan tidak dipengaruhi oleh kekuatan luar. Ia mengatakan bahwa Hizbullah "tidak berperang atas nama siapa pun", seraya menambahkan bahwa Iran mendukung dan tidak menginginkan apa pun dari pasukan ini.
[iklan_2]
Sumber: https://thanhnien.vn/israel-ha-pho-chi-huy-luc-luong-tinh-nhue-cua-hezbollah-can-nhac-lenh-ngung-ban-18524103019593656.htm
Komentar (0)