Bisakah Israel dan Hamas "mempersenjatai" air laut untuk menghadapi satu sama lain?

Perang Israel-Hamas telah berlangsung lebih dari sebulan dan baru-baru ini menunjukkan tanda-tanda mereda, dengan gencatan senjata sementara selama 4 hari yang dimulai pada 24 November. Sebelumnya, Israel melancarkan serangan darat, mulai memusatkan pasukannya di sistem terowongan bawah tanah Hamas, yang dianggap sebagai "labirin" meskipun berisiko.

Hamas diyakini menyandera ratusan orang dalam jaringan terowongan sepanjang ratusan kilometer yang melintasi ruang bawah tanah Gaza. Demi mencapai tujuan yang dicanangkannya, yaitu melenyapkan Hamas, Israel terpaksa melakukan operasi bawah tanah.

Ini akan menjadi pertempuran yang menegangkan dan kedua belah pihak diperkirakan akan menggunakan taktik untuk menghadapi pihak lain.

Hamas mengubah Mediterania menjadi "senjata"?

Seorang anggota Hamas berdiri di depan terowongan bawah tanah di Gaza (Foto: AFP).

Menurut Asia Times , Hamas mungkin telah berpikir untuk membuat perangkap dengan air laut dan menunggu kesempatan yang tepat untuk menyerang ketika Israel mencoba menetralisir sistem terowongan.

Sebelumnya, para pengamat berhipotesis bahwa Hamas dapat menggunakan sistem terowongan tersebut sebagai taktik perang psikologis untuk melemahkan semangat pasukan Israel di Gaza. Hamas telah lama menganggap terowongan tersebut sebagai langkah defensif di masa perang. Namun kali ini, Hamas dapat mengubah terowongan tersebut menjadi "senjata" ofensif.

Secara khusus, salah satu opsi yang diusulkan adalah Hamas dapat menciptakan banjir bawah tanah menggunakan air Mediterania dengan meledakkan bom di pantai dari jarak jauh.

Terowongan Hamas cukup dalam dan kemungkinan terhubung ke pantai Mediterania. Di sisi lain, sekitar 25% wilayah Gaza berada di bawah permukaan laut. Dari empat wilayah di Gaza yang berada di bawah permukaan laut, tiga berada di utara dan tengah Gaza. Sisanya berada di selatan.

Menurut Asia Times , jika Israel masuk lebih dalam ke terowongan bawah tanah di Gaza, Hamas mungkin akan membiarkan air laut membanjiri terowongan dan membanjiri daerah dataran rendah, sehingga terciptalah sabuk rawa sekitar 4 km, yang membuat hampir mustahil bagi kendaraan dan tank Israel untuk bergerak.

Pakar Robinder Sachdev mengomentari bahwa dalam skenario di mana Hamas membanjiri terowongan itu sendiri, mereka akan memiliki keuntungan di wilayah Gaza utara, tempat Israel telah memfokuskan serangannya baru-baru ini.

Terowongan Hamas terletak pada kedalaman rata-rata 15 meter di bawah permukaan tanah, ujar Bapak Sachdev. Hamas kemungkinan telah membangun terowongan sedalam 1-1,2 meter, lalu menghubungkannya ke Laut Mediterania. Pada saat yang tepat, Hamas dapat meledakkan sambungan tersebut, menyebabkan air laut mengalir melalui terowongan dan membanjiri daerah dataran rendah.

Dalam skenario di mana Israel memutuskan untuk menggunakan bom GBU-28 buatan AS untuk menghancurkan bunker bawah tanah, hal itu hanya akan memperburuk situasi banjir dan secara langsung memengaruhi kendaraan militer Tel Aviv di darat.

Jaringan terowongan Gaza, yang sebagian besar dibangun dalam 40 tahun terakhir, memberi Hamas kemampuan untuk menyerang Israel. Jaringan ini juga merupakan pertahanan kelompok yang paling tangguh.

Peta sumber terbuka menunjukkan bahwa Hamas memiliki setidaknya 11 jaringan terowongan terpisah, beberapa di antaranya dekat laut. Namun, jumlah sebenarnya bisa jauh lebih besar, dengan Hamas mengklaim panjang total terowongan sekitar 500 km.

Banjir laut telah digunakan sebagai strategi pencegahan selama berabad-abad. Misalnya, selama Pengepungan Leyden pada tahun 1574 selama Perang Kemerdekaan Belanda, Belanda menghancurkan tanggul di Sungai Maas, yang membendung Laut Utara, membanjiri pedesaan, dan memaksa Spanyol mundur.

Contoh lain pemanfaatan banjir adalah penghancuran tanggul Sungai Kuning pada tahun 1938 selama Perang Tiongkok-Jepang Kedua. Dengan menghancurkan tanggul-tanggul tersebut, Tiongkok mencegah Jepang merebut Shaanxi, Sichuan, dan Chongqing.

Akankah Israel menggunakan taktik serupa?

Simulasi beberapa terowongan bawah tanah Hamas (Foto: Global Times).

Di sisi lain, pakar militer Jeff Goodson mengatakan bahwa Israel juga dapat secara proaktif membanjiri terowongan Hamas untuk memaksa pejuang musuh bertempur di atas tanah dengan menggunakan sistem perpipaan yang langsung menarik air dari laut dan memompanya ke pintu masuk terowongan.

Para pengamat mengatakan taktik ini dapat mengurangi korban di pihak Israel dan juga merupakan cara jangka panjang untuk menangani sistem terowongan bawah tanah Hamas yang rumit.

Setelah terowongan terendam, jika Hamas ingin memompa air keluar dari terowongan, akan sangat memakan waktu dan biaya, terutama jika Israel mengebom terowongan tersebut secara besar-besaran. Selain itu, membanjiri terowongan dapat dilakukan secara fleksibel. Israel dapat langsung membanjiri terowongan yang telah ditemukan dan secara bertahap membanjiri terowongan yang tersisa.

Diperkirakan bahwa membanjiri jaringan terowongan yang luas ini akan memakan waktu lama bagi Israel. "Labirin" terowongan sepanjang 500 km diperkirakan membutuhkan waktu tujuh setengah bulan untuk terisi, dengan memompa 378 liter air per menit.

Namun, kini telah tersedia teknologi yang memungkinkan air dipompa dengan kecepatan 10 kali lipat. Selain itu, terowongan tidak perlu terisi penuh, beberapa hanya perlu terisi setengahnya agar tidak dapat digunakan.

Terowongan bawah tanah di Gaza sebelumnya dibanjiri oleh Mesir untuk mencegah senjata dan militan oposisi bergerak ke Semenanjung Sinai (Foto: Flash 90).

Menurut para ahli, sejak 2013, Mesir telah membanjiri serangkaian terowongan lintas perbatasan di Gaza dengan melepaskan air ke rute yang sering digunakan untuk penyelundupan.

Tujuan Mesir adalah menghentikan aliran senjata dan militan oposisi dari Gaza ke Semenanjung Sinai. Menurut situs berita Israel Hayom , melalui upaya gabungan, Mesir telah menghancurkan hingga 1.900 terowongan Hamas, baik besar maupun kecil, yang menyebabkan aktivitas perdagangan bawah tanah lintas batas terhenti untuk waktu yang lama.

Saat itu, Mesir mengebom terowongan di atasnya, menanam bahan peledak, dan memompa limbah serta air laut ke dalam terowongan. Oleh karena itu, opsi memompa air untuk membanjiri terowongan dianggap layak bagi Israel, komentar Asia Times .

Menurut pakar Goodson, jika Israel memilih untuk membanjiri terowongan, mereka akan mampu menetralkan jaringan Hamas yang kompleks untuk waktu yang lama, memaksa para pejuang untuk keluar dari terowongan. Dari sana, Tel Aviv dapat memanfaatkan keunggulan persenjataan atas musuh, sekaligus mengurangi risiko jatuh ke dalam "jebakan" Hamas saat beroperasi di bawah tanah.

"Perangkap" bawah tanah

Tentara Israel bergerak di bawah tanah di Gaza (Foto: AP).

Selama bertahun-tahun, Hamas telah memandang terowongan tersebut sebagai sistem penting yang memungkinkannya melawan kekuatan militer Israel yang luar biasa.

Terowongan yang digali di bawah Gaza awalnya digunakan untuk menyelundupkan barang masuk dan keluar Mesir untuk menghindari blokade total Israel di jalur tersebut.

Anggota Hamas kemudian terus membangun terowongan untuk memindahkan roket dan peluncur roket, senjata, melindungi anggota dari deteksi militer Israel dan melakukan serangan ke wilayah yang dikuasai Tel Aviv.

Dalam sebuah artikel untuk Modern War Institute (USA), pakar John Spencer mengatakan bahwa Hamas dapat menggunakan terowongan bawah tanah untuk melakukan serangan mendadak, seperti menyusup ke area di belakang posisi Israel untuk menyerang dan menyebabkan kerusakan pada musuh.

Hamas juga menggunakan terowongan untuk melarikan diri dari serangan Israel, yang memungkinkan para anggotanya untuk bergerak di antara posisi pertempuran dengan aman di bawah bangunan-bangunan besar, kata Spencer.

Menurut ahli ini, pindah ke terowongan menciptakan tantangan taktis yang besar bagi Israel ketika kondisi pertempuran relatif keras dengan jarak pandang yang buruk, oksigen tipis, dan kesulitan menggunakan peralatan khusus.

Di medan yang familiar, Hamas dapat memperoleh keuntungan besar atas pasukan Israel yang unggul dalam jumlah dan kemampuan persenjataan. Di jalan-jalan sempit, keunggulan Israel dalam teknologi, rekayasa militer, dan pertahanan hampir tidak dapat dimanfaatkan secara efektif.

Meskipun Israel telah mengembangkan taktik dan peralatan unik untuk perang terowongan di Gaza, kedalaman dan skala rute ini mungkin melampaui kemampuan Tel Aviv untuk menyerang secara efektif.

Selain itu, para ahli mengatakan kombinasi operasi perkotaan dan bawah tanah akan menimbulkan tantangan besar bagi Israel karena Hamas masih dapat bergerak diam-diam di bawah tanah, menyembunyikan struktur penting, senjata, dan pangkalan komando.

Untuk mencapai dan melenyapkan Hamas, Israel mungkin harus mengirim pasukan komando bawah tanah untuk mencari target dan mereka mungkin menghadapi risiko kerusakan besar akibat jebakan musuh.

Oleh karena itu, pilihan untuk membanjiri terowongan tersebut tampaknya telah diperhitungkan oleh Israel untuk meminimalkan kerugian manusia, sekaligus secara efektif memecahkan "labirin" bawah tanah.

Dalam sebuah artikel di situs web Substack, jurnalis investigasi AS Seymour Hersh mengatakan bulan lalu: "Sebuah sumber di pemerintahan AS mengatakan bahwa pimpinan Israel tampaknya sedang mempertimbangkan untuk membanjiri sebagian besar sistem terowongan bawah tanah Hamas."

Menurut Asia Times, AP

Sumber: https://dantri.com.vn/the-gioi/israel-va-hamas-co-the-vu-khi-hoa-nuoc-bien-de-doi-pho-lan-nhau-20231120082913145.htm