Pertama kali mencicipi hidangan terkenal ini di Ben Tre , tamu Jepang berkomentar bahwa rasanya cukup mirip dengan bihun babi panggang tetapi lebih lezat, lebih mudah dimakan, dan terjangkau.
Papaken (lahir 1989) adalah pembuat konten Jepang, tinggal di Hanoi selama lebih dari 2 tahun.
Di saluran YouTube pribadinya yang memiliki ratusan ribu pengikut, Papaken secara rutin berbagi video tentang perjalanan dan pengalaman kulinernya di beberapa provinsi dan kota di Vietnam yang pernah dikunjunginya.
Baru-baru ini, dalam sebuah video yang menceritakan perjalanannya ke Barat dengan singgah di Ben Tre, Papaken memperkenalkan beberapa hidangan khas negeri kelapa yang sempat ia nikmati.
Di antara mereka, ada hidangan yang menurutnya cukup aneh, belum pernah didengar sebelumnya. Yaitu kulit bihun. Tamu Jepang tersebut mencicipi hidangan ini di sebuah restoran lokal di Jalan Le Loi, Distrik An Noi, Kota Ben Tre.

Pertama kali mencicipi bihun dengan kulit babi, Papaken berkomentar bahwa hidangan ini tampak cukup mirip dengan bihun babi panggang di Kota Ho Chi Minh tetapi memiliki sedikit perbedaan pada bahan-bahannya.
Karenanya, hidangan bihun disajikan dengan irisan kulit babi, daging rebus yang diiris tipis, lumpia fermentasi, dan dua jenis lumpia: lumpia kertas beras dan lumpia keranjang.
Ada pula sayur-sayuran (mentimun, irisan daun), tambahkan sedikit tepung beras dan campurkan dengan saus ikan asam manis khas.

Di restoran itu, Papaken memesan semangkuk bihun campur dan kulit babi, lengkap dengan lauk pauk, seharga 40.000 VND.
Saat mencicipi suapan pertama, tamu Jepang itu berseru kaget. Ia merasakan kulit bihunnya memiliki rasa yang sedikit berbeda dibandingkan bihun babi panggang dan mengerti mengapa hidangan itu disebut demikian.
"Ini kulit babi asli. Saya bisa merasakan aroma kulit babinya, seperti kulit babi yang dicampur dengan bihun dan nasi pecah. Kulit babi di sini dicampur dengan tepung beras sehingga cukup harum dan rasanya enak," kata Papaken.

Ia juga memuji lumpia dan nem chua yang lezat dan mengungkapkan bahwa ia menyukai rasa saus ikan.
“Hidangan ini mirip dengan bihun babi panggang, tetapi lebih mudah dimakan,” tambah pelanggan Jepang itu.

Kedai mie bihun yang dikunjungi Papaken merupakan salah satu tempat makan terkenal di kota Ben Tre yang banyak didatangi warga lokal maupun wisatawan dari berbagai penjuru untuk menikmatinya.
Toko ini didirikan oleh Ibu Hai Thoi dan telah beroperasi sejak tahun 1954. Ibu Hai Thoi kini sudah tua, sehingga putri-putrinya bergantian berjualan di toko tersebut, dan meneruskan usaha keluarga tersebut.
Kepada wartawan VietNamNet , Ibu Doan Hanh - perwakilan dari kedai mie bihun mengatakan bahwa semua bahan untuk membuat hidangan ini dibuat sendiri oleh keluarganya di rumah, bukan dibeli yang sudah jadi.
Bahan-bahannya dipilih secara cermat dan diolah setiap hari, mulai dari memanggang beras, menggilingnya menjadi dedak padi hingga membuat lumpia, kulit babi...
![]() | ![]() |
Selain bihun, restoran ini juga menarik pelanggan dengan lumpia seharga 8.000 VND/potong dan nem chua seharga 4.000 VND/potong.
Toko ini buka dari jam 10 pagi sampai jam 7 malam.
Papaken mengaku tak hanya terkesan dengan cita rasa kuliner Ben Tre, dirinya juga tersentuh dengan keterbukaan dan keramahtamahan warga setempat.
Di restoran itu, ia diberi pisang Dalat sebagai hidangan penutup oleh putri Ibu Hanh dan ditawari lumpia lezat secara gratis.
![]() | ![]() |
Sebelumnya, saat singgah untuk beristirahat di sebuah kafe pinggir jalan di Ben Tre, turis Jepang itu pun dengan antusias ditanya oleh warga setempat dan diberi kelapa untuk dibawanya minum guna menghilangkan dahaga.
Orang-orang Ben Tre sangat baik dan ramah. Banyak pemirsa saluran ini menyarankan saya untuk pergi ke Barat karena orang-orang di sini sangat ramah dan baik hati.
Benar. Mereka sangat terbuka, bahkan orang asing pun bisa dengan mudah mengenal mereka. Semua orang mudah didekati, jadi mudah untuk memulai percakapan," kata Papaken.
Foto: Keluarga Papaken – Kehidupan di Vietnam
[iklan_2]
Sumber: https://vietnamnet.vn/khach-nhat-lan-dau-thu-mon-la-o-ben-tre-khen-de-an-hon-bun-thit-nuong-2355546.html










Komentar (0)