Mekarnya alga dalam jumlah besar melayang di dekat pantai Florida yang penuh dengan plastik dan bakteri yang berpotensi membahayakan.
Seorang pengunjung pantai berjalan melewati tumpukan rumput laut yang terdampar di pantai pada 18 Mei di Key West, Florida. Foto: Joe Raedle
Menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Water Research, gumpalan alga berisi plastik dan bakteri dapat menciptakan "badai patogen" di tengah Samudra Atlantik. Berasal dari Laut Sargasso di Atlantik Utara, alga cokelat yang dikenal sebagai hawar telah menjadi masalah yang semakin besar bagi pantai-pantai di seluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir, karena gumpalan besarnya terdampar di pantai. NASA memperkirakan ledakan hawar tahun ini di sepanjang pantai Karibia dan Florida timur akan menjadi yang terbesar yang pernah tercatat. Para ahli memperkirakan hawar tersebut akan melanda pantai-pantai di wilayah tersebut pada bulan Juni dan Juli.
Penumpukan alga seringkali berbau, padat, dan mengandung bakteri yang berpotensi berbahaya dari genus Vibrio. "Vibrio dapat mengkolonisasi plastik dan alga, dan mereka dapat membawa gen yang dapat menyebabkan penyakit," kata Linda Amaral-Zettler, ahli biologi kelautan di Royal Netherlands Institute for Marine Research dan salah satu penulis studi tersebut. "Ada beberapa kasus infeksi Vibrio yang cukup menakutkan. Perilaku predator mereka jarang terjadi, tetapi memang ada."
Sekitar selusin spesies bakteri dalam genus Vibrio menyebabkan vibriosis, penyakit yang dapat terjadi ketika bakteri tersebut tertelan atau ketika menginfeksi luka terbuka. Jika tertelan, bakteri ini dapat menyebabkan diare parah, kram perut, demam, dan muntah. Ketika ditularkan melalui luka, satu spesies Vibrio terkadang menyebabkan fasitis nekrotikans.
Dalam studi tersebut, para ilmuwan menganalisis sampel lumut sphagnum dari Laut Karibia dan Laut Sargasso dan tidak menemukan V. vulnificus atau V. cholerae, dua spesies Vibrio yang menginfeksi manusia. V. vulnificus adalah satu-satunya spesies Vibrio yang diketahui menyebabkan necrotizing fasciitis. Namun, tim menemukan beberapa spesies Vibrio yang sebelumnya tidak terdeskripsikan yang membawa gen kunci yang sama dengan kerabat mereka yang menyebabkan penyakit. Analisis mereka menunjukkan bahwa mereka juga memiliki "mekanisme" yang dibutuhkan untuk menginfeksi dan menyebabkan penyakit pada manusia.
Menurut Amaral-Zettler, alga mengandung plastik dalam jumlah besar, yang memungkinkan bakteri Vibrio menempel dan berkembang biak dengan cepat. Vibrio dalam alga dapat berdampak besar terhadap lingkungan. Seperti halnya manusia, ikan yang menelan Vibrio dapat mengalami diare, melepaskan nutrisi ke lingkungan, membantu alga menumpuk dan menyerap banyak oksigen di dalam air, menciptakan "zona mati" di mana kehidupan laut lainnya tidak dapat bertahan hidup.
Namun, dari segi kesehatan manusia, keberadaan Vibrio dalam kelp tidak perlu dikhawatirkan, menurut Hidetoshi Urakawa, seorang ahli ekologi mikroba di Florida Gulf Coast University, yang tidak terlibat dalam penelitian ini. Saat ini, pihak berwenang Florida tidak melakukan pengujian Vibrio pada kelp yang terdampar di pantai, tetapi tetap menyarankan pengunjung pantai untuk tidak terlalu dekat dengan alga tersebut. Untuk mencegah potensi ancaman, termasuk infeksi Vibrio, masyarakat sebaiknya menghindari berenang atau menyentuh kelp sebisa mungkin, terutama jika terdapat luka terbuka, menurut Departemen Kesehatan Florida.
An Khang (Menurut Live Science )
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)