Dalam beberapa tahun terakhir, Ibu Tran Thi Hang, seorang guru Matematika di SMA Muong Khuong No. 2 (Komune Ban Lau), telah menerapkan teknologi dalam pengajaran. Beliau sering menggunakan aplikasi AI untuk membuat video pembelajaran agar siswa dapat mengakses pengetahuan dengan lebih mudah dan sekaligus tetap tertarik dengan materi pelajaran. Selain itu, alat ini membantu menyusun soal dan tes dengan cepat, sesuai untuk setiap siswa; menghitung hasil belajar siswa dengan cepat dan akurat, serta memberikan orientasi tentang materi pengetahuan yang perlu ditambahkan...

Tak dapat disangkal bahwa alat bantu pembelajaran berbasis AI dapat membantu siswa mengakses pengetahuan dengan lebih mudah, mempersonalisasi alur pembelajaran mereka, dan menjawab pertanyaan dengan cepat. Namun, sisi negatifnya adalah ketergantungan yang berlebihan pada AI dapat membuat siswa malas berpikir, menganalisis, dan memecahkan masalah.
“Kita menyaksikan generasi pelajar yang dapat dengan mudah menemukan jawaban atas masalah apa pun hanya dengan beberapa klik, dan jika dibiarkan, mereka tidak dapat melatih keterampilan berpikir kritis dan kreatif,” ungkap Ibu Hang.

Survei terbaru menunjukkan bahwa tingkat siswa yang menggunakan alat AI untuk menyelesaikan pekerjaan rumah meningkat. Banyak siswa menganggap ini sebagai "penyelamat" ketika mereka menghadapi kesulitan, alih-alih mencari tahu sendiri. Hal ini menyebabkan mereka hanya bisa mengatasi masalah, menghafal, dan mengurangi minat belajar yang sebenarnya.
Menghadapi kenyataan tersebut, selain menggunakan AI, para guru di Lao Cai juga secara proaktif menerapkan berbagai langkah untuk membatasi penyalahgunaan AI oleh siswa. Alih-alih melarang, para guru justru mencari cara untuk "hidup berdampingan" dengan AI, mengubahnya menjadi alat bantu pembelajaran yang efektif. Guru Hang juga menekankan pentingnya mengendalikan penggunaan AI oleh siswa untuk menyelesaikan soal latihan, bukan dengan berpikir dan meneliti sendiri, melainkan langsung menggunakan hasil AI.
Ibu Hang berbagi: Untuk menghindari siswa malas berpikir, saya membimbing siswa untuk bertanya (promt) secara efektif, sesuai prinsip "bertanya dan menggali lebih dalam". Setelah mendapatkan hasil, mereka harus memeriksa silang 3 sumber (dokumen resmi, buku teks, situs web resmi Kementerian Pendidikan dan Pelatihan , dan bertanya kepada guru). Selain itu, saya membantu siswa memiliki keterampilan untuk menjadikan AI sebagai "asisten pembelajaran", yang hanya menggunakannya untuk mensistematisasikan pengetahuan, membuat kerangka kerja, membuat kerangka, dan peta pikiran. Dari sana, siswa mengisi informasi rumus dan pengetahuan terperinci ke dalam kerangka kerja tersebut; membimbing siswa untuk menggunakan AI guna memperluas pengetahuan, misalnya dari suatu topik. Berkat AI, AI dapat menciptakan banyak topik serupa dan menyediakan berbagai pendekatan serta solusi.

Di Sekolah Menengah Nguyen Du (Kelurahan Yen Bai), guru Nguyen Thi Phuong Thao telah menerapkan metode "terbuka". Alih-alih soal-soal latihan yang hanya memiliki satu jawaban benar, Ibu Thao mendorong siswa untuk memecahkan soal-soal praktis dengan berbagai pendekatan dan solusi. Beliau mendorong siswa untuk menggunakan AI guna memeriksa hasil, mencari berbagai solusi, atau mengeksplorasi aplikasi matematika dalam kehidupan nyata.
"Saya selalu mengingatkan siswa bahwa AI hanyalah sebuah alat. Yang penting adalah mereka memahami dengan jelas hakikat permasalahannya dan tahu cara menggunakan alat tersebut secara cerdas dan kreatif," tegas Ibu Thao.

Sekolah-sekolah di provinsi tersebut telah menerapkan langkah-langkah untuk membatasi penyalahgunaan AI oleh siswa, dengan fokus pada perubahan metode pengajaran. Selain berfokus pada transfer pengetahuan satu arah, para guru juga mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan diskusi kelompok, memecahkan masalah kehidupan nyata, dan melakukan penelitian mandiri.
Bersamaan dengan itu adalah inovasi bentuk pengujian dan penilaian, dengan fokus pada kemampuan siswa dalam menerapkan pengetahuan, berpikir kritis, dan kreativitas; meningkatkan pendidikan untuk membantu siswa dibekali dengan pengetahuan tentang AI, memahami dengan jelas kelebihan dan keterbatasan teknologi ini, sehingga menggunakan AI secara sadar dan bertanggung jawab.
Selain itu, sekolah dan keluarga bekerja sama untuk memantau, mengingatkan, dan membimbing siswa dalam menggunakan AI. "Kami ingin siswa menggunakannya sebagai alat pendukung, bukan sebagai pengganti berpikir. Yang penting adalah membantu mereka memahami nilai belajar mandiri, riset mandiri, dan mengembangkan keterampilan berpikir mandiri," tegas guru Nguyen Thi Thu - Kepala Sekolah Menengah Atas Nguyen Hue (Kelurahan Yen Bai).

Dengan solusi yang efektif, sekolah telah membantu siswa menggunakan AI untuk tujuan yang tepat, meningkatkan efektivitas pendidikan, membantu siswa tidak hanya menjadi pandai dalam pengetahuan tetapi juga memiliki kemampuan untuk berpikir mandiri, kreatif dan beradaptasi dengan semua perubahan zaman.
Sumber: https://baolaocai.vn/khong-de-hoc-sinh-lam-dung-tri-tue-nhan-tao-post885206.html






Komentar (0)