40 tahun berkarya di "jurnalisme radio"

Setiap pagi, sementara banyak orang masih tidur, Bapak Ta Nhu Dinh (72 tahun) sudah berada di kantornya di Komite Rakyat komune untuk menyiapkan buletin berita pagi. Sudah lebih dari 40 tahun sejak beliau mulai bekerja di sektor kebudayaan dan penyiaran komune, dari masa penggunaan pengeras suara genggam bertenaga baterai dan alat perekam manual hingga saat ini dengan teknologi digital modern, tetapi rasa tanggung jawab dan kecintaannya pada profesinya tidak pernah berubah.
Dalam ingatan Bapak Dinh tentang kariernya sebagai penyiar radio, hari-hari banjir tahun 1971 tetap terpatri jelas. "Pada waktu itu, komune Thuong Mo terbagi menjadi dua wilayah: di dalam dan di luar tanggul. Di luar tanggul adalah dataran banjir Sungai Day, yang sepenuhnya terendam. Sebagai Wakil Sekretaris Serikat Pemuda komune, saya secara sukarela membawa pengeras suara dan bepergian dengan perahu untuk menyebarkan informasi dan memobilisasi masyarakat untuk mencegah dan mengendalikan banjir. Itu sulit dan berbahaya, tetapi saya merasa bangga ketika kemudian dipuji oleh Serikat Pemuda Provinsi Ha Tay. Mungkin 'panggilan saya ke profesi ini' dimulai dari sana," kenang Bapak Dinh.
Setelah keluar dari militer dan kembali ke kampung halamannya pada tahun 1980, ia bekerja di sebuah koperasi, kemudian sebagai petugas kebudayaan di komune, yang bertanggung jawab atas penyiaran. “Saat itu, radio merupakan sumber informasi yang berharga; orang-orang mendengarkannya selama berjam-jam setiap hari, dari stasiun pusat hingga tingkat kota, distrik, dan komune. Jika Anda salah bicara atau berbicara terlalu cepat, orang-orang akan segera menelepon untuk mengoreksi Anda. Melakukan pekerjaan ini membutuhkan perhatian yang cermat terhadap setiap kata,” cerita Bapak Dinh.
Dia tidak hanya membaca berita, tetapi juga menyunting dan menyaring informasi dari berbagai sumber, menuliskannya kembali dalam bahasa sehari-hari yang mudah dipahami dan relevan bagi masyarakat pedesaan. Terutama selama pandemi Covid-19, sistem pengeras suara desa menjadi alat yang efektif untuk menyebarkan informasi, dengan cepat memperbarui arahan tentang pencegahan dan pengendalian penyakit, daftar karantina, jadwal vaksinasi, dll., ke setiap desa dan dusun.
Banyak orang mengatakan siaran itu sederhana, hanya membaca berita. Namun, kenyataannya, dibutuhkan berjam-jam setiap hari untuk memilih, menulis ulang, dan memperbarui informasi agar sesuai dengan situasi lokal. Ada hari-hari dengan hujan, pemadaman listrik, dan pengeras suara yang rusak, tetapi mereka tetap harus menemukan cara untuk mengatasi masalah ini agar tidak terjadi gangguan.
Cintai pekerjaan Anda, atasi kesulitan.

Bagi Bapak Dinh, siaran radio adalah cara tercepat untuk menyebarkan informasi kepada masyarakat. "Surat kabar membutuhkan waktu, tetapi dengan siaran radio, orang dapat mendengarnya segera. Baik itu hujan, badai, wabah penyakit, pertemuan desa, atau pertemuan komune, stasiun radio komune menyiarkan dan masyarakat dapat 'mengikuti perkembangan situasi' dengan segera."
Saat ini, stasiun radio komune tersebut mengudara dua kali sehari: pagi hari dari pukul 6:00 hingga 6:45 dan sore hari dari pukul 17:00 hingga 17:45, menyiarkan siaran dari stasiun pusat, kota, dan distrik, serta menyiarkan berita komune. Bapak Dinh menangani semua aspek proses tersebut sendirian: menulis, membaca, pengecekan teknis, perekaman, penyuntingan, dan lain-lain.
Meskipun bekerja keras dan hanya mendapat tunjangan sederhana sebesar lebih dari 3 juta VND per bulan, ia tetap berdedikasi pada hobinya. “Thuong Mo memiliki tradisi menanam pomelo. Keluarga saya juga memiliki beberapa hektar lahan yang ditanami pomelo, jadi kami memiliki penghasilan. Selain itu, saya sudah berkali-kali meminta izin untuk berhenti agar pemerintah desa dapat merekrut pekerja muda yang terampil, tetapi karena penghasilan yang rendah, tidak ada yang mau mempekerjakan saya. Jadi, saya terus bekerja,” kata Bapak Dinh sambil tersenyum tipis.
Menurut Bui Thi Quyen, Direktur Pusat Kebudayaan, Informasi, dan Olahraga Distrik Dan Phuong: “Distrik ini memiliki 16 kecamatan dan kota, masing-masing dengan sistem penyiaran dan staf yang bertanggung jawab. Meskipun tidak terlatih secara formal seperti jurnalis profesional, mereka merupakan 'filter informasi' yang efektif, menyampaikan kebijakan kepada masyarakat dengan cara yang paling mudah diakses.”
Menurut Ibu Bui Thi Quyen, mereka yang bekerja sebagai penyiar komunitas seringkali tidak memiliki jam kerja tetap, tidak terdaftar sebagai karyawan tetap, dan kekurangan kondisi kerja yang memadai, namun mereka tetap teguh berkomitmen karena dedikasi mereka kepada masyarakat. Untuk mendorong semangat ini, distrik tersebut menyelenggarakan Festival Penyiaran Komunitas setiap tahun dan berencana untuk berinvestasi dalam peralatan yang lebih modern, serta menyediakan kebijakan dukungan yang lebih masuk akal.
Orang-orang seperti Bapak Dinh, yang bekerja sebagai penyiar desa, tidak memiliki kartu pers, tidak menerima royalti, atau posisi tetap, tetapi mereka tetaplah "jurnalis bisu," yang terus-menerus menjaga arus informasi di daerah pedesaan, menghubungkan masyarakat dengan pemerintah dan masyarakat.
Di tengah hiruk pikuk media sosial dan jurnalisme digital, masih ada individu-individu yang tenang dan pekerja keras yang, pagi dan sore, menjaga agar pengeras suara desa terus bergema jauh dan luas, dengan cara yang sederhana namun bertanggung jawab.
Sumber: https://hanoimoi.vn/lao-nong-hon-40-nam-lam-bao-noi-o-lang-706280.html










Komentar (0)