Baru-baru ini, banyak film Korea berfokus pada genre kuat mereka - komedi romantis - untuk menarik penonton Asia.
Seminggu yang lalu, Netflix mengumumkan tiga seri film Korea “Queen of Tears,” “Parasite: The Gray Zone,” dan “My Devil Boy” masuk ke dalam 10 acara non-Inggris teratas platform tersebut pada paruh pertama tahun ini.
Menurut kritikus budaya Jung Duk Hyun, keberhasilan film-film tersebut di atas berkat para kreator berbakat di baliknya.
Dengan “Queen of Tears”, film ini ditulis oleh Park Ji Eun - seorang penulis skenario terkenal dari film-film hit seperti “My Love from the Star” dan “Crash Landing on You”.
Sementara “Parasite: Gray Zone” disutradarai oleh Yeon Sang Ho - yang terkenal dengan film “Train to Busan”, “My Devil” melibatkan Song Kang - aktor yang sangat populer di dunia perfilman. Serial TV dari Netflix.
Menurut Jung Duk Hyun, hal ini juga menunjukkan perubahan di pasar drama Korea, ketika beralih dari konten gelap seperti "The Squid Game" ke kekuatan komedi romantis untuk menarik penonton Asia.
Sementara itu, kritikus budaya Kim Hern Sik berpendapat bahwa meskipun belum ada film laris Korea baru yang berdampak global seperti "Parasite" atau "The Squid Game", serial TV kelas menengah yang populer masih tetap berkembang pesat, terutama di pasar yang tidak berbahasa Inggris, termasuk Asia.

Misalnya, komedi romantis “Carry Me Running”, meskipun diproduksi dengan anggaran rendah, tetap menyapu banyak tangga lagu OTT (streaming online) di lebih dari 130 negara dan wilayah.
Penonton Asia cenderung menikmati cerita yang berkisah tentang narasi moral yang lebih mendalam, di mana kebaikan dan kejahatan tidak sekadar hitam dan putih. Ketiga karya yang berhasil masuk peringkat Netflix memiliki karakteristik ini.
Penekanan pada humanisme dan komunitas ini menarik bagi penonton yang tidak berbahasa Inggris. Di sisi lain, penonton Barat seringkali lebih menyukai cerita yang lebih kompetitif, seperti "Physical 100," ujar Kim Hern-sik kepada The Korea Times.
Para kritikus mengatakan industri konten Korea terlalu berfokus pada pasar Barat dalam beberapa tahun terakhir, mengabaikan kekuatannya di Asia. Drama seperti "The 8 Show" dan "Queen Woo", meskipun didanai dengan baik, tidak populer atau cocok untuk selera Barat.

"Oleh karena itu, memprioritaskan audiens Asia dan menciptakan karya yang etis dan humanis perlu digalakkan saat ini. Meskipun manfaat jangka pendeknya mungkin belum pasti, potensi jangka panjang konten Korea di pasar non-Inggris sangat besar," ujar Kim Hern Sik.
Sumber
Komentar (0)