Bantu orang yang membutuhkan
Pada tanggal 18 Oktober, rumah Nyonya Ro Lan Ble (lahir 1966, Desa Hnap) lebih ramai dari biasanya. Tentara perbatasan dan milisi setempat memotong rumput, membersihkan, memperbaiki kabel listrik, mengganti bohlam lampu, dan menggali lubang pembuangan sampah untuk membantu keluarga tersebut.
Nyonya Ble menderita stroke dan tidak bisa berjalan, salah satu lengannya lumpuh; suaminya, Tuan Siu Klunh (lahir 1940), sudah tua dan lemah, serta kesulitan berjalan. Mereka hanya memiliki seorang putri berusia 13 tahun, yang setiap hari harus menggembalakan sapi sewaan untuk membantu menghidupi keluarga.

Memahami situasi tersebut, para perwira dan prajurit dari Pos Penjaga Perbatasan Ia Mo tidak hanya membantu membersihkan dan memperbaiki rumah tersebut tetapi juga berkoordinasi dengan Kepolisian Komune dan Departemen Kehakiman untuk menerbitkan kembali kartu tanda penduduk, memandu pengajuan kebijakan lansia; pada saat yang sama, memberikan hadiah kepada keluarga tersebut termasuk beras, susu, deterjen, dan kebutuhan pokok.
Sambil memegang tas hadiah, Ibu Ble dengan penuh emosi berbagi: "Keluarga saya miskin, suami saya dan saya sudah tua dan lemah, tetapi Penjaga Perbatasan peduli pada kami dan datang ke rumah kami untuk membantu seperti ini, saya sangat bahagia."
Pada tanggal 25 Oktober, Pos Penjaga Perbatasan Ia Mo terus mendukung dua bersaudara, Siu Duom (lahir 2006) dan Siu Nham (lahir 2009) di Desa Klăh. Keduanya yatim piatu, tetapi mereka saling bergantung dan juga membesarkan keponakan mereka, Siu Thoang (lahir 2018), putri dari saudara perempuan mereka yang meninggal karena penyakit paru-paru. Aset mereka hanyalah beberapa hektar pohon jambu mete dan sebidang kecil tanah peninggalan orang tua mereka.
Kapten Tran Van Khen, Kepala Tim Mobilisasi Massa Pos Penjaga Perbatasan Ia Mo, mengatakan: “Sawahnya dekat dengan rumah tetapi kekurangan air, sehingga anak-anak hanya bisa menanam satu jenis tanaman. Kami berencana membantu mereka menggali parit irigasi agar mereka bisa menanam dua kali panen padi, sehingga taraf hidup mereka menjadi lebih baik. Namun, karena parit tersebut harus melewati lahan rumah tangga lain, unit kami sedang berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk memobilisasi keluarga dan menyepakati rencana sebelum pelaksanaan.”
Sambil menunggu kesepakatan untuk membiayai kedua anak tersebut, unit tersebut mengorganisasikan diri untuk membantu keluarga Bapak Ro Mah Phi (lahir tahun 1942, Desa Khoi). Istrinya tuna netra, anak-anaknya tinggal berjauhan, dan kehidupan pasangan lansia ini sebagian besar bergantung pada bantuan tetangga.
Para perwira dan prajurit satuan datang untuk membersihkan rumah, mengganti pintu yang rusak, dan berkoordinasi dengan pihak berwenang setempat untuk membantu menerbitkan kembali dokumen pribadi dan melengkapi catatan kebijakan untuk keluarga tersebut.
Kesulitan yang dihadapi masyarakat adalah ketidaksesuaian dokumen antara KK, akta kelahiran, dan KTP. Akibatnya, ketika mengurus polis, mereka menghadapi banyak kendala," tambah Kapten Khen.
Memperkuat hubungan militer-sipil
Menurut Letnan Kolonel Le Dinh Su - Wakil Komisaris Politik Stasiun Penjaga Perbatasan Ia Mo, dalam melaksanakan rencana mobilisasi massa Komando Penjaga Perbatasan Provinsi, unit tersebut membangun model "Membantu satu rumah tangga miskin setiap minggu".
Setiap minggunya, kesatuan ini mengirimkan 7-8 perwira dan prajurit untuk berkoordinasi dengan pasukan milisi guna membantu satu rumah tangga miskin dengan tugas-tugas khusus seperti: membersihkan rumah, memanen, membuat pagar, merenovasi kebun campuran, memberikan sembako, dan lain-lain.
Rumah tangga yang terpilih untuk mendapatkan dukungan disaring secara cermat, baik dari keluarga miskin, hampir miskin, lajang, penyandang disabilitas, maupun keluarga polis dengan kondisi sulit. Sebelum pelaksanaan, unit ini berkoordinasi erat dengan pemerintah daerah untuk melakukan survei lapangan, menyusun rencana, menyusun daftar dan jadwal dukungan khusus untuk setiap kasus, memastikan subjek dan kebutuhan yang tepat, serta memberikan hasil yang praktis.
Selain mendukung hari kerja, model ini juga berfokus pada pendampingan masyarakat untuk menerapkan teknik bertani dan beternak yang sesuai dengan kondisi nyata, mendorong anak-anak untuk bersekolah, dan membantu masyarakat mengakses kebijakan jaminan sosial. Rata-rata, setiap rumah tangga menerima dukungan selama 10 hingga 20 hari kerja, tergantung pada kondisinya.

Tak berhenti di situ, satuan ini juga menyelenggarakan berbagai model dan kegiatan bermakna lainnya, seperti: "Anggota Satgas Perbatasan yang mengurus rumah tangga", "Anak Asuh Pos Satgas Perbatasan", "Membantu Anak Sekolah", "Alamat Merah"... yang merupakan serangkaian kegiatan praktis dan berjangka panjang dalam rangka mobilisasi massa.
Kegiatan-kegiatan praktis ini telah memberi kontribusi dalam memperkuat solidaritas besar antara tentara dan rakyat, membangun postur pertahanan perbatasan yang kuat yang melibatkan seluruh rakyat, menjaga keamanan politik dan ketertiban serta keselamatan sosial di wilayah tersebut.
Sumber: https://baogialai.com.vn/moi-tuan-giup-mot-ho-ngheo-am-tinh-quan-dan-noi-bien-gioi-ia-mo-post570469.html






Komentar (0)