Berdasarkan hukum yang berlaku, tindakan membeli, menjual faktur secara ilegal, menggunakan faktur ilegal, atau menggunakan faktur secara ilegal, tergantung pada sifat dan beratnya pelanggaran, dapat dikenakan sanksi administratif atau tuntutan pidana. Direktorat Jenderal Pajak menyatakan bahwa sanksi administratif dan sanksi pidana untuk tindakan-tindakan ini diatur secara khusus sebagai berikut:
Tentang sanksi administratif
Menurut Direktorat Jenderal Pajak, sanksi administratif atas pelanggaran terkait faktur pajak diterapkan sesuai dengan ketentuan terkait dalam Peraturan Pemerintah Nomor 125/2020/ND-CP tanggal 19 Oktober 2020 tentang Sanksi atas Pelanggaran Administratif Pajak dan Faktur Pajak (sebagaimana diubah dan ditambah dalam Peraturan Pemerintah Nomor 102/2021/ND-CP tanggal 16 November 2021).
Foto ilustrasi. (Sumber: SC)
Pertama, perbuatan memberi atau menjual faktur akan dikenakan sanksi sesuai Pasal 22 Peraturan Pemerintah Nomor 125/2020/ND-CP tanggal 19 Oktober 2020 dengan denda paling sedikit VND 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah) dan paling banyak VND 45.000.000,00 (empat puluh lima juta rupiah).
Jalan keluarnya adalah dengan memaksa pembatalan faktur dan memaksa pengembalian keuntungan yang diperoleh secara ilegal.
Kedua, perbuatan menggunakan faktur pajak ilegal atau memakai faktur pajak secara melawan hukum akan dikenakan sanksi sesuai dengan Pasal 4 dan Pasal 28 Peraturan Pemerintah Nomor 125/2020/ND-CP tanggal 19 Oktober 2020 dengan denda paling sedikit VND 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) dan paling banyak VND 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) (kecuali perbuatan menggunakan faktur pajak ilegal atau memakai faktur pajak secara melawan hukum yang mengakibatkan bertambahnya jumlah pajak yang terutang atau bertambahnya jumlah pajak yang dibebaskan, dikurangkan, atau dikembalikan, yang akan dikenakan sanksi perpajakan sesuai dengan ketentuan Pasal 16 dan Pasal 17 Peraturan Pemerintah ini).
Jalan keluarnya adalah dengan membatalkan paksa faktur yang sudah digunakan.
Ketiga, atas perbuatan menggunakan faktur pajak yang tidak sah untuk mencatat nilai barang dan jasa yang dibeli, mengurangi jumlah pajak yang terutang atau menambah jumlah pajak yang dikembalikan, jumlah pajak yang dibebaskan atau dikurangi, namun setelah diperiksa dan ditelusuri oleh Kantor Pelayanan Pajak, ditemukan bukti pelanggaran yang dilakukan oleh penjual dan pembeli telah melakukan pembukuan secara lengkap sesuai ketentuan, maka pembeli akan dikenakan sanksi sesuai dengan Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 125/2020/ND-CP dengan denda sebesar 20% dari jumlah pajak yang kurang dilaporkan atau jumlah pajak yang dikembalikan lebih tinggi dari ketentuan.
Tindakan pemulihan meliputi pemaksaan pembayaran penuh tunggakan pajak, pengembalian pajak lebih tinggi dari yang ditentukan, dan pembayaran pajak terlambat ke anggaran negara; pemaksaan penyesuaian jumlah PPN masukan yang dapat dikurangkan yang ditransfer ke periode berikutnya (jika ada).
Keempat, terhadap perbuatan menggunakan faktur pajak yang tidak sah; menggunakan faktur pajak secara tidak sah untuk melaporkan pajak dengan maksud mengurangi jumlah pajak yang terutang atau menambah jumlah pajak yang dikembalikan, jumlah pajak yang dibebaskan atau dikurangi tersebut ditetapkan sebagai perbuatan penggelapan pajak tetapi tidak sampai pada tuntutan pidana berdasarkan Pasal 200 KUHP, dikenakan sanksi sesuai Pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 125/2020/ND-CP tanggal 19 Oktober 2020 dengan denda paling banyak 1 (satu) kali lipat dari jumlah pajak yang digelapkan, tergantung pada sifat dan beratnya pelanggaran (denda bertambah secara bertahap sesuai dengan hal-hal yang memberatkan pelanggaran).
Tindakan perbaikannya adalah dengan memaksakan pembayaran penuh atas jumlah pajak yang dihindari ke dalam anggaran negara; Memaksa penyesuaian jumlah PPN masukan yang dapat dikurangkan pada catatan pajak (jika ada).
Tentang proses pidana
Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Tahun 2015 (diubah tahun 2017), perbuatan menggunakan faktur pajak yang tidak sah untuk mempertanggungjawabkan barang dan bahan masukan dalam kegiatan yang menimbulkan kewajiban perpajakan, mengurangi jumlah pajak yang terutang atau menambah jumlah pajak yang dibebaskan, mengurangi pajak atau menambah jumlah pajak yang seharusnya dikurangkan, atau mengembalikan pajak sedemikian rupa sehingga dapat dituntut atas dasar pertanggungjawaban pidana, akan dituntut atas tindak pidana penggelapan pajak (Pasal 200).
Dan perbuatan melakukan jual beli faktur secara melawan hukum yang dapat dikenakan sanksi pidana, akan dikenakan Tindak Pidana Pencetakan, Penerbitan, Jual Beli Faktur dan Dokumen secara melawan hukum dengan tujuan pembayaran ke Kas Negara (Pasal 203).
Berdasarkan ketentuan di atas, pada dasarnya sanksi administratif dan pidana atas perbuatan jual beli faktur secara melawan hukum, penggunaan faktur secara melawan hukum, dan penggunaan faktur secara melawan hukum telah diatur secara khusus dan lengkap dalam sistem hukum penanganan pelanggaran administrasi dan hukum pidana sesuai dengan sifat, tingkat, dan skala pelanggarannya.
Perbuatan menggunakan faktur yang tidak sah merupakan tindak pidana penggelapan pajak.
Akan dituntut dan diadili atas tindak pidana penggelapan pajak sesuai dengan ketentuan Pasal 200 KUHP Tahun 2015 (sebagaimana telah diubah dan ditambah tahun 2017):
Apabila seseorang diancam dengan 3 pasal pidana pokok dengan denda paling banyak Rp100 juta sampai dengan Rp4,5 miliar atau pidana penjara paling lama 3 (tiga) bulan sampai dengan 7 (tujuh) tahun.
Pelanggar juga dapat dikenakan denda mulai dari 20 juta VND hingga 100 juta VND, dilarang memegang jabatan, menjalankan profesi, atau melakukan pekerjaan tertentu selama jangka waktu 01 tahun hingga 05 tahun, atau sebagian atau seluruh harta bendanya disita.
Apabila berbentuk badan hukum komersial, dikenakan 4 macam pidana pokok: Denda paling banyak Rp300.000.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan Rp10.000.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah); atau penghentian kegiatan usaha selama-lamanya 6 (enam) bulan sampai dengan 3 (tiga) tahun, atau penghentian kegiatan usaha selama-lamanya.
Badan hukum komersial juga dapat dikenakan denda mulai dari VND 50 juta hingga VND 200 juta, dilarang menjalankan bisnis, dilarang beroperasi di bidang tertentu, atau dilarang menghimpun modal dari 01 hingga 03 tahun.
Perbuatan jual beli faktur secara melawan hukum merupakan tindak pidana jual beli faktur secara melawan hukum.
Akan dituntut dan diadili atas tindak pidana mencetak, menerbitkan, dan memperdagangkan faktur dan dokumen secara melawan hukum untuk pembayaran ke anggaran negara berdasarkan ketentuan Pasal 203 KUHP Tahun 2015 (sebagaimana telah diubah dan ditambah tahun 2017).
Apabila seseorang diadili dengan 2 rangka pidana utama dengan denda mulai dari 50 juta VND sampai dengan 500 juta VND atau pidana kurungan non-penahanan sampai dengan 03 tahun atau pidana penjara mulai dari 06 bulan sampai dengan 05 tahun.
Pelanggar juga dapat dikenakan denda mulai dari 10 juta hingga 50 juta VND, larangan memegang jabatan, menjalankan profesi, atau melakukan pekerjaan tertentu selama jangka waktu 01 hingga 05 tahun.
Jika merupakan badan hukum komersial, akan dikenakan dua sanksi utama: Denda mulai dari 100 juta VND hingga 1 miliar VND; atau penghentian operasi secara permanen.
Badan hukum komersial juga dapat dikenakan denda mulai dari VND 50 juta hingga VND 200 juta, larangan menjalankan bisnis, larangan beroperasi di bidang tertentu mulai dari 01 hingga 03 tahun atau larangan menghimpun modal mulai dari 01 hingga 03 tahun.
[iklan_2]
Sumber: https://www.congluan.vn/mua-ban-trai-phep-hoa-don-la-hanh-vi-trai-phap-luat-co-the-bi-phat-tu-7-nam-post298846.html






Komentar (0)