Ekonomi nomor satu Eropa kembali menghadapi resesi. (Sumber: AP) |
Data Destatis menunjukkan bahwa pada tahun 2023, Produk Domestik Bruto (PDB) Jerman menurun sebesar 0,3% dibandingkan dengan tahun 2022. Dengan demikian, setelah tahun pertama pandemi Covid-19 (2020), ini merupakan penurunan kedua ekonomi Jerman dalam dekade ini.
Inflasi yang tinggi, meningkatnya suku bunga, dan lemahnya ekonomi global merupakan alasan utama perlambatan ekonomi Jerman.
Inflasi yang tinggi mengurangi daya beli rumah tangga swasta, sehingga mengekang konsumsi - pilar penting ekonomi "lokomotif" Eropa.
Untuk mengatasi inflasi yang tinggi, Bank Sentral Eropa (ECB) telah berulang kali menaikkan suku bunga, mencapai level tertinggi dalam sejarah. Hal ini berdampak besar pada sektor-sektor ekonomi, terutama industri konstruksi. Permintaan rumah di Jerman telah anjlok akibat tingginya biaya pembiayaan.
Sementara itu, eksportir Jerman terpukul keras oleh ekonomi global yang lemah. Permintaan barang dunia telah menurun, memberikan tekanan besar pada produsen di negara tersebut.
Sementara itu, mitra dagang utama Jerman, terutama Tiongkok, sedang mengalami kesulitan, dengan impor dari ekonomi terbesar Eropa turun 3,0% dan ekspor turun 1,8% tahun lalu.
Selain itu, ketidakpastian geopolitik yang terus-menerus, dari konflik di Ukraina dan Timur Tengah hingga ketegangan lainnya, terus mengancam rantai pasokan, terutama jalur pelayaran Laut Merah yang vital.
Ekonom Laura Pagenhardt di Institut Penelitian Ekonomi Jerman (DIW) mengatakan bahwa banyak perusahaan Jerman menghadapi kesulitan besar dan menunda rencana investasi baru. Hal ini terlihat jelas dari angka investasi yang lemah, terutama di tahun 2024.
Menurut Destatis, 2023 juga merupakan tahun yang sangat sulit bagi anggaran federal. Biaya bunga yang lebih tinggi, subsidi energi yang besar, dan berbagai pengeluaran lainnya telah mendorong defisit anggaran ke status "siaga merah".
Menurut penilaian awal, defisit anggaran Jerman meningkat sebesar 82,7 miliar euro, yang setara dengan defisit sebesar 2,0% PDB.
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)