| Pada bulan September 2022, beberapa ledakan terjadi pada sistem pipa gas Nord Stream di Laut Baltik. (Sumber: Global Times) |
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan bahwa ketiga negara tersebut "berusaha menunda" upaya penyelidikan dan "berupaya menyembunyikan pelaku" di balik ledakan tersebut.
Moskow menyatakan "ketidakpuasan" atas penolakan pihak-pihak terkait untuk mengizinkan Rusia berpartisipasi dalam penyelidikan ini.
Pada September 2022, beberapa ledakan menargetkan sistem pipa gas Nord Stream di Laut Baltik. Selanjutnya, para ahli menemukan empat kebocoran pada pipa Nord Stream 1 dan 2.
Dari lokasi-lokasi tersebut, dua berada di dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Swedia dan dua berada di dalam ZEE Denmark. Negara-negara Barat dan Rusia saling menyalahkan atas ledakan-ledakan tersebut.
Namun, investigasi yang dilakukan oleh otoritas Swedia, Denmark, dan Jerman sejauh ini gagal untuk meminta pertanggungjawaban negara atau entitas mana pun, meskipun mengklaim bahwa ini adalah tindakan yang "disengaja".
* Pada hari yang sama, Duta Besar Jerman untuk Polandia, Thomas Bagger, menyatakan bahwa pemerintah federal Jerman, termasuk pemerintah di bawah Kanselir Angela Merkel, harus bertanggung jawab atas keputusan terkait proyek pipa Nord Stream.
“Uni Eropa (UE) akan selalu memiliki konflik. UE menyediakan cara untuk menyeimbangkan kepentingan anggotanya secara damai, jenis perselisihan yang diinstitusionalisasi dan diatur oleh aturan yang telah ditetapkan,” kata diplomat Jerman itu dalam sebuah wawancara dengan media Polandia.
Namun, tidak setiap keputusan yang dibuat dengan cara ini benar. Pembangunan Nord Stream 1 dan 2 adalah keputusan yang salah.”
Sumber










Komentar (0)