Rancangan Undang-Undang Lembaga Perkreditan (amandemen) sedang dipertimbangkan untuk disetujui oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat ke-15 pada masa sidang ini. Rancangan undang-undang ini memiliki sejumlah tambahan penting, termasuk ketentuan tentang intervensi dini pada lembaga perkreditan.
Bank dengan akumulasi kerugian 15% dari modal dasar mungkin dikenakan beberapa langkah intervensi khusus (Foto TL)
Berdasarkan ketentuan dalam Rancangan Undang-Undang tersebut, Bank Negara (BPN) akan mempertimbangkan untuk mengambil keputusan melakukan intervensi lebih awal apabila lembaga perkreditan atau cabang bank asing termasuk dalam salah satu kasus berikut:
Kerugian lembaga perkreditan atau cabang bank asing yang melebihi 15% dari modal dasar, modal ditempatkan, dan dana cadangan berdasarkan laporan keuangan terakhir yang telah diaudit atau berdasarkan hasil pemeriksaan atau kesimpulan audit instansi negara yang berwenang, melanggar ketentuan rasio modal pengaman minimum sebagaimana dimaksud dalam huruf b ayat (1) Pasal 138 Undang-Undang ini.
Dalam hal lembaga kredit dan cabang bank asing mempunyai peringkat di bawah tingkat rata-rata sesuai dengan peraturan Gubernur Bank Negara.
Lembaga perkreditan dan kantor cabang bank asing melanggar rasio solvabilitas sebagaimana dimaksud dalam huruf a ayat 1 pasal 138 Undang-Undang ini selama 30 hari berturut-turut.
Terkait tindakan pembatasan terhadap lembaga perkreditan dan kantor cabang bank asing, Rancangan Undang-Undang ini mensyaratkan:
Pertama, lembaga kredit dan cabang bank asing tidak membagikan dividen, laba, atau laba setelah pajak setelah menyisihkan dana, atau mentransfer laba kembali ke negara; dan membatasi transfer saham, kontribusi modal, dan aset.
Batasi aktivitas bisnis yang tidak efektif dan berisiko tinggi; kurangi batas kredit, kontribusi modal, dan pembelian saham; serta batasi pertumbuhan kredit.
Menghentikan sementara atau menunda sementara satu atau beberapa kegiatan perbankan atau kegiatan usaha lain yang terindikasi melanggar hukum; tidak menambah kegiatan baru atau memperluas jaringan.
Memberhentikan sementara manajer dan eksekutif yang melanggar peraturan perundang-undangan atau menimbulkan risiko besar terhadap operasional lembaga kredit dan cabang bank asing; meminta intervensi dini dengan memilih atau menunjuk pengganti manajer dan eksekutif yang melanggar peraturan perundang-undangan atau menimbulkan risiko besar terhadap operasional lembaga kredit dan cabang bank asing. Langkah-langkah lain dilaksanakan di bawah wewenang Bank Negara.
Selain itu, lembaga perkreditan dan kantor cabang bank asing yang melanggar ketentuan rasio modal aman minimum sebagaimana dimaksud dalam huruf b ayat 1 pasal 138 Undang-Undang ini selama 6 bulan berturut-turut atau melakukan penarikan dana secara besar-besaran dan telah dilaporkan kepada Bank Negara, juga dikenakan tindakan intervensi dini.
Rancangan undang-undang tersebut juga menetapkan sejumlah persyaratan bagi lembaga kredit dan cabang bank asing, termasuk:
Pertama, lembaga kredit dan cabang bank asing harus meningkatkan modal dasar dan modal yang dialokasikan; meningkatkan kepemilikan aset yang sangat likuid dan menerapkan solusi lain untuk memenuhi persyaratan memastikan keamanan dalam operasi perbankan.
Kedua, permohonan pemotongan biaya operasional, biaya manajemen, remunerasi, gaji, bonus; permohonan pengembalian remunerasi dan bonus bagi manajer, eksekutif, dan anggota Dewan Pengawas.
Ketiga, memperkuat manajemen risiko; menata kembali aparatur administrasi dan operasional.
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)