Pada pagi hari tanggal 8 Februari (29 Desember), lalu lintas di depan gerbang masuk pemakaman Cau Cuong - pemakaman rakyat terbesar di kota Hai Duong - cukup padat karena arus orang dan kendaraan yang berhenti untuk membeli dupa, bunga, dan barang-barang untuk mengunjungi makam.
Di dalam pemakaman, ratusan orang membersihkan, memperbaiki, dan membakar dupa di makam leluhur dan kerabat mereka. Banyak makam dirawat dengan cermat oleh keluarga, dihiasi dengan pot kumquat, pohon persik mini...
Setelah selesai membersihkan dan mendekorasi 15 makam keluarga, Bapak Dinh Van Cuong di Jalan Han Giang (Kota Hai Duong) beserta anak-cucunya dengan penuh hormat mempersembahkan dupa dan berdoa kepada leluhur, kakek-nenek, dan orang tua mereka. "Ini adalah kegiatan tradisional keluarga kami. Pertama, memanjatkan doa kepada para dewa agar keluarga mengundang leluhur, kakek-nenek, orang tua, dan kerabat yang telah meninggal untuk pulang merayakan Tet. Kedua, untuk mendidik anak-cucu agar selalu menghormati dan berterima kasih kepada orang tua dan wali mereka," ujar Bapak Cuong.
Ibu Nguyen Thi Thuy Linh di Jalan Tue Tinh (Kota Hai Duong) juga memilih untuk membeli setangkai bunga persik yang sedang mekar untuk menghiasi makam kakeknya. Ia bercerita bahwa semasa hidup, kakeknya sangat menyayangi anak dan cucunya. Seperti kebanyakan orang, kakek Ibu Linh senang bermain dengan bunga persik saat Tet. Oleh karena itu, sejak beliau meninggal, setiap tahun ketika beliau berziarah ke makamnya pada kesempatan ini, beliau membawa setangkai bunga persik untuk dipersembahkan.
Pada pagi hari tanggal 29 Desember, Ibu Duong Thi Toan dari Desa Phuong Quat, Kecamatan Lac Long (Kinh Mon) beserta anak-cucunya juga pergi berziarah. Beliau dengan hati-hati membersihkan dan menghias setiap makam keluarga dengan bunga krisan dan berbagai hiasan lainnya.
"Selama Tet, saya sibuk dengan berbagai hal, tetapi apa pun yang terjadi, saya harus pergi ke pemakaman untuk membakar dupa bagi leluhur dan kerabat saya yang telah meninggal. Suatu tahun, tepatnya tanggal 29 Desember, saya sakit dan tidak bisa pergi ke makam, tetapi saya merasa sangat sedih. Pada pagi hari tanggal 30 Tet, saya bangun pagi-pagi untuk membakar dupa bagi leluhur, kakek-nenek, dan orang tua saya, lalu pulang dengan perasaan sehat dan bahagia," ujar Ibu Toan.
Pada pagi hari tanggal 7 Februari (28 Desember), meskipun gerimis, tetap saja tak mampu menghentikan arus orang yang berziarah di pemakaman desa Dong Lai, kecamatan Ung Hoe (Ninh Giang). Pemakaman biasanya dingin, tetapi hari ini menjadi ramai dan nyaman dengan asap dupa dan berbagai kegiatan yang dijiwai kasih sayang dan rasa syukur dari generasi ke generasi kepada leluhur, kakek-nenek, dan orang tua mereka yang telah meninggal pada perayaan Tet dan musim semi.
Saat berziarah bersama keluarganya, Bapak Nguyen Tien Phong di Desa Dong Lai dengan cermat menyiangi dan membersihkan makam kakek-neneknya. Ia berkata, "Setiap kali saya berziarah saat Tet, bayangan dan kenangan kakek-nenek saya di masa lalu kembali membanjiri pikiran saya. Ziarah saat Tet membawa perasaan yang sangat istimewa, jadi setiap tahun saya menelepon orang tua saya dan meminta mereka menunggu saya pulang dan pergi bersama."
Menyapu makam selama Tet adalah tradisi yang indah, yang telah dilestarikan oleh generasi demi generasi masyarakat Vietnam pada umumnya dan Hai Duong khususnya. Tradisi ini menunjukkan moralitas "mengingat sumber air", rasa syukur dan penghargaan keturunan kepada leluhur, kakek-nenek, dan orang tua mereka.
Menyapu makam selama Tet juga merupakan kesempatan bagi keluarga untuk mendidik anak-anak mereka tentang tradisi nasional, selalu mengingat akar mereka, tidak melupakan asal-usul mereka, dan menjalani kehidupan bakti kepada kakek-nenek dan orang tua mereka. Dari sana, mereka berkontribusi pada penyempurnaan kepribadian, akhlak yang baik, dan hidup dengan baik dalam menghadapi segala perubahan ritme kehidupan yang baru.
KEMAJUANSumber
Komentar (0)