![]() |
| Thuy An dengan percaya diri memperkenalkan budaya Tay kepada teman-teman internasionalnya. |
Thuy An memiliki perjalanan khusus untuk kembali ke Thai Hai. Lahir di tempat lain, tetapi setelah menyelesaikan sekolah menengah, Thuy An mengikuti orang tuanya untuk tinggal permanen di desa. Sejak SMA, Thuy An tumbuh besar di rumah panggung, di dekat perapian, ditemani lagu-lagu daerah Tay dan cerita-cerita dari para lansia. "Saya menganggap desa sebagai tanah air sejati saya. Segala sesuatu dalam hidup dan kepribadian saya dipupuk dari sini," ungkap Thuy An.
Kecintaannya pada bahasa asing berawal dari pertemuannya dengan turis asing yang datang ke desa, mendengarkan mereka bertanya, dan rasa ingin tahunya yang mendalam tentang budaya Tây. Thuy An pun memutuskan untuk kuliah di Fakultas Bahasa Asing, Universitas Pendidikan Thai Nguyen . Setelah lulus, ada banyak pilihan karier, tetapi Thuy An memutuskan untuk melakukan sesuatu yang mengejutkan banyak orang: kembali ke desa. "Saya rasa saya lebih memahami desa ini daripada orang lain, dan ketika orang-orang di desa memperkenalkan budaya desa dalam bahasa internasional, rasanya akan lebih tulus dan meyakinkan," ungkap Thuy An.
Kini, hari-hari Thuy An diisi dengan bahasa Inggris dan cerita-cerita desa. Ia bekerja sebagai pemandu wisata bagi wisatawan mancanegara dan mengajar bahasa Inggris kepada hampir 40 anak di desa. Metode pengajaran Thuy An juga sangat istimewa: mulai dari permainan di halaman, cerita rakyat, hingga menyapa tamu begitu ia bertemu di jalan desa.
Berkat hal itu, anak-anak di Desa Thai Hai kini menjadi sangat berani. Ucapan "Halo!", "Senang bertemu denganmu!" terdengar alami seperti sapaan dalam bahasa Tay. Banyak wisatawan terkejut ketika anak-anak dapat bercakap-cakap sederhana dalam bahasa Inggris, memperkenalkan rumah panggung, adat istiadat, atau makanan tradisional.
![]() |
| Tidak malu-malu di hadapan tamu internasional, anak-anak Thai Hai berbicara bahasa Inggris secara alami dan antusias. |
Saat ini, desa ini memiliki 4-5 orang yang fasih berbahasa Inggris dan mampu memberikan bimbingan profesional. Mereka semua tumbuh besar di desa ini atau telah lama tinggal di desa ini, belajar secara otodidak dan mengembangkan diri melalui komunikasi dengan para tamu. Kedewasaan mereka melahirkan generasi baru - generasi yang berintegrasi namun tetap mempertahankan fondasi budaya Tay.
Saat berkunjung ke desa ini, wisatawan mancanegara seringkali mendapatkan kesan yang tak terlupakan. Helena, dari Prancis, mengatakan bahwa yang menyentuh dan mengejutkannya bukan hanya makanan tradisionalnya—kaya rasa, disajikan sederhana namun indah—tetapi juga cara anak-anak mudanya berbicara bahasa Inggris dengan fasih saat memperkenalkan budaya mereka. "Saya melihat ketulusan dalam setiap cerita. Ini bukan sekadar tempat untuk dikunjungi, tetapi tempat untuk melestarikan cara hidup," ungkap Helena.
Sementara banyak tempat mengejar pariwisata komersial, Thai Hai memilih jalur berkelanjutan: mengandalkan komunitas, dengan budaya sebagai intinya. Bahasa adalah jembatannya, dan anak muda seperti Thuy An adalah yang memimpin perjalanan itu. Setiap kali ia mengajak tamu menyusuri jalan berbatu, Thuy An bercerita tentang setiap pohon, setiap rumah panggung, setiap adat istiadat yang ia dengar sejak kecil. Cara bertutur Thuy An menjadikan kisah tersebut bukan lagi informasi melainkan emosi, bukan lagi pengetahuan melainkan kenangan hidup. Dengan demikian, pengunjung merasakan budaya Tay dengan kedekatan, kesinambungan, dan keaslian.
Thai Hai saat ini masih merupakan desa yang damai, tetapi kedamaian itu semakin meluas. Anak-anak tumbuh besar dengan berbicara bahasa Tay dan Inggris. Para lansia senang melihat budaya mereka dihormati. Turis datang dan kembali. Dan kaum muda seperti Thuy An, dengan kecintaan mereka pada desa dan kemampuan bahasa mereka, semakin mendekatkan Thai Hai dengan dunia .
Sumber: https://baothainguyen.vn/van-hoa/202512/nguoi-tre-thai-hai-mo-cua-ban-lang-ra-the-gioi-70169e4/












Komentar (0)