
Permintaan baja global akan pulih pada tahun 2026
Laporan terbaru dari Asosiasi Baja Dunia (Worldsteel) memperkirakan bahwa permintaan baja global pada tahun 2025 akan stabil di sekitar 1,75 miliar ton seperti pada tahun 2024 dan diharapkan meningkat sebesar 1,3% menjadi 1,77 miliar ton pada tahun 2026. Prospek optimis untuk pasar baja didukung oleh ketahanan ekonomi global, investasi dalam infrastruktur publik di sebagian besar ekonomi utama di seluruh dunia dan pelonggaran kondisi keuangan yang diharapkan, kata laporan Prospek Jangka Pendek Asosiasi tersebut.
Menurut Worldsteel, pertumbuhan pada tahun 2026 akan didorong oleh kombinasi tren regional. Meskipun permintaan baja dari Tiongkok akan melambat, permintaan akan tumbuh pesat di negara-negara berkembang seperti India, Vietnam, Mesir, dan Arab Saudi. Laporan tersebut juga mencatat bahwa permintaan baja di Eropa akan pulih, seiring dengan pertumbuhan permintaan baja sebesar 9% antara tahun 2025 dan 2026 di India (permintaan diperkirakan akan meningkat hampir 75 juta ton pada tahun 2026 dibandingkan dengan tahun 2020), dan pertumbuhan permintaan yang relatif kuat sebesar 5,5% tahun ini di Amerika Tengah dan Selatan.
Untuk pasar AS, Worldsteel memperkirakan permintaan baja akan naik 1,8% tahun ini seiring dengan peningkatan produksi menjelang kenaikan tarif dan belanja infrastruktur yang terus meningkat. Pasar ini juga diproyeksikan tumbuh 1,8% pada tahun 2026, didorong oleh permintaan yang terpendam dari konstruksi perumahan dan investasi swasta, serta membaiknya kondisi keuangan dan berkurangnya ketidakpastian. Organisasi tersebut menyatakan bahwa pertumbuhan dapat lebih didorong oleh implementasi paket stimulus ekonomi, yang dapat mendorong banyak sektor.
Sementara itu, Worlsteel memperkirakan bahwa selama tiga tahun terakhir, permintaan baja Afrika telah tumbuh rata-rata 5,5% per tahun, terutama didorong oleh aktivitas yang kuat di wilayah utara dan timur benua tersebut. Momentum baru ini didukung oleh fundamental makroekonomi dan tata kelola yang lebih baik, dan akan meningkatkan permintaan baja Afrika menjadi sekitar 41 juta ton pada tahun 2025.
Namun, Worldsteel juga menyatakan bahwa sektor manufaktur global terus menghadapi tekanan akibat kenaikan biaya produksi dan daya beli konsumen yang terus menurun. Selain itu, meningkatnya ketegangan perdagangan berdampak negatif langsung terhadap permintaan baja di negara-negara yang sangat bergantung pada ekspor barang-barang yang padat baja, seperti mesin dan komponen otomotif.
Sumber: https://vtv.vn/nhu-cau-thep-toan-cau-du-bao-tang-tro-lai-vao-nam-2026-100251016212239427.htm
Komentar (0)