Meskipun penglihatannya lebih buruk daripada teman-temannya, Huyen selalu bertekad untuk belajar dan telah mencapai hasil yang sangat baik - Foto: MINH PHUONG
Pada hari pengumuman hasil ujian kelulusannya, di sebuah rumah kecil di Desa Hiep Hung, Kecamatan Ea M'droh ( Dak Lak ), Nguyen Thi Thanh Huyen tak bisa berkata-kata ketika ia melihat dua nilai 10 untuk sejarah dan geografi, serta nilai 8 untuk sastra. Itulah anugerah terbesar setelah perjalanan belajar yang berat bagi mahasiswi tersebut.
Siswa perempuan belajar dengan telinga dan hati
Berbicara tentang perjalanan belajarnya, Huyen mengatakan bahwa di kelas, ia selalu duduk di meja depan, mendengarkan setiap kata yang diucapkan guru. Sekembalinya ke kamar asramanya, Huyen dengan tekun mengulang kembali pelajaran yang telah ia hafal di dalam kepalanya.
Tanpa menggunakan kacamata khusus atau proyektor, Huyen memilih untuk mempersiapkan pelajarannya dengan cermat di rumah dan kemudian berkonsentrasi penuh saat di kelas. Metode belajarnya tidak banyak trik, hanya kesabaran, selangkah demi selangkah.
"Mata saya lemah, saya tidak bisa melihat lama-lama atau membaca sebanyak teman-teman saya. Jadi saya harus belajar dengan cara saya sendiri. Dengarkan baik-baik, ingat baik-baik, dan jangan terganggu sedetik pun. Saya tidak menghafal sejarah dan geografi, tetapi menghafal garis waktu, peristiwa, dan memahami maknanya. Dengan sastra, saya berlatih setiap jenis pelajaran dan berlatih bagaimana mengembangkan ide secara koheren," ungkap Huyen.
Huyen dan guru geografinya, yang menginspirasi Huyen untuk memilih profesi guru - Foto: V.DAT
Rumah Huyền berjarak lebih dari 20 km dari sekolah. Sejak kelas 10, ia pergi ke kota Quang Phu (dulunya distrik Cu M’Gar, sekarang komune Quang Phu) untuk menyewa kamar agar bisa bersekolah. Orang tuanya adalah petani dan pedagang kecil di pasar, dengan pendapatan yang tidak stabil. Mengetahui bahwa putri mereka menderita nistagmus kongenital, seluruh keluarga membawanya ke berbagai tempat untuk berobat. Namun harapan pupus ketika dokter menyimpulkan bahwa mereka tidak bisa berbuat banyak.
"Ada hari-hari di mana matanya begitu sakit sampai-sampai dia menelepon ke rumah dan bilang ingin bolos sekolah seharian. Tapi keesokan harinya dia datang ke kelas seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Suatu kali saya bertanya mengapa dia begadang sampai larut malam, dan dia hanya menjawab pelan, 'Aku bisa. Aku harus.' Hati saya hancur mendengarnya," kata Ho Thi Trang Hong, ibu Huyen, sambil terisak.
Meskipun hidup jauh dari rumah tidaklah mudah, Huyen tetap mengurus dirinya sendiri, belajar mandiri, dan bertekad untuk pantang menyerah. Teman-teman sekelasnya mengatakan bahwa setiap kali mereka melihat Huyen sakit mata, ia tetap datang ke kelas dan mencatat dengan tekun, yang memotivasi seluruh kelas.
"Dia tidak banyak bicara, tetapi setiap tindakannya membuat kami mengaguminya. Suatu kali, hujan turun begitu deras sehingga semua orang tidak hadir, tetapi Huyen masih di kelas, jas hujannya basah kuyup. Dia duduk dan belajar seperti biasa," kenang Tran Pham Mai Huong, seorang teman sekelas.
Bermimpi menjadi guru, menginspirasi pembelajaran
Huyen dan orang tuanya di rumah kecil keluarga - Foto: MINH PHUONG
Di sekolah, Huyen adalah siswa teladan. Selama tiga tahun berturut-turut, ia menjadi siswa berprestasi, memenangkan dua medali emas dalam kompetisi Olimpiade tradisional 10-3, satu medali perak dalam kompetisi Olimpiade 30-4, dan dua juara kedua di tingkat provinsi.
Namun hal yang paling berharga, menurut Huyen, adalah keyakinan yang ditanamkan guru-gurunya padanya.
"Dulu saya sangat minder, tetapi berkat guru-guru yang selalu menyemangati saya, terutama Bu Khuyen yang mengajar geografi, saya perlahan-lahan merasa bisa melakukan sesuatu yang bermakna. Beliau menanamkan kecintaan terhadap geografi dan gaya hidup positif dalam diri saya," ujar Huyen penuh emosi.
Ketika ditanya tentang mimpinya, ia tak ragu: "Saya ingin belajar pendidikan geografi dan menjadi guru di masa depan. Saya ingin kembali ke daerah terpencil, mengajar siswa seperti yang saya lakukan di masa lalu, dan menginspirasi anak-anak untuk belajar. Saya yakin saya bisa."
Mengetahui putri mereka ingin kuliah, keluarga tersebut senang sekaligus khawatir. Ayah Huyen, Bapak Nguyen Tuong, berbagi: "Jika dia bertekad, saya dan suami harus berusaha. Sesulit apa pun, kami harus membiarkannya belajar dengan baik. Bahkan jika kami harus meminjam uang, kami harus tetap khawatir."
Di mata Bapak Phan Van Thuong, wali kelas, Huyen bukanlah siswa biasa. "Kamu belajar bukan hanya untuk ujian, tetapi juga untuk mengatasi kesulitan. Jika tekad memiliki wujud, itu adalah Huyen. Kamu adalah cahaya terang di antara anak-anak di pedesaan yang penuh kekurangan," kata Bapak Thuong.
Sumber: https://tuoitre.vn/nu-sinh-hoc-bang-tai-va-bang-trai-tim-gat-hai-diem-10-thi-tot-nghiep-20250717080739497.htm
Komentar (0)